Bab 10

7.1K 1.1K 227
                                    

"Mas, aku lebih cocok pakai baju yang kanan atau yang kiri?" Bitha menunjukkan dua baju dengan warna dan model yang berbeda.

Galen yang semula sedang membalas pesan di ponsel, sontak mengangkat pandangannya. Ia melihat Bitha sudah berdiri di hadapannya dengan dua baju di tangan kanan dan kiri. "Bagus semua," jawabnya.

Bitha berdecak. "Aku tau kalo bajuku bagus semua. Maksudnya, untuk hari ini aku lebih cocok pakai yang mana?"

"Yang kanan aja." Tunjuk Galen pada baju bewarna biru.

"Kenapa?"

Galen menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. "Harus banget ada alasannya?"

"Iyalah! Biar aku tau kenapa baju yang satunya nggak cocok."

Galen menggaruk kepalanya yang mendadak gatal. Ia pikir setelah memilih urusannya akan selesai, tapi ternyata Bitha masih butuh alasan.

"Mas!"

"Karena yang baju hitam terlalu pendek. Nanti kamu masuk angin."

Bitha melihat baju hitamnya. Model bajunya memang crop top. "Tapi nanti bisa dikasih cardigan."

"Tetap aja nanti udelmu kemana-mana, Bitha."

"Lah, emang kenapa?"

"Udelmu jelek!"

Bitha memajukan bibirnya. Kemudian ia menghentakkan kakinya keras, membalikkan badan masuk ke kamarnya. Tidak lupa ia membanting pintu saat menutupnya.

"Dasar cewek. Dikasih alasan malah ngambek," dumel Galen. "Gantinya jangan lama-lama!" teriaknya keras.

Bitha keluar dari kamar Galen setelah berganti baju. Sebenarnya ia ingin memakai bajunya yang bewarna hitam, tapi tidak jadi dan memilih untuk memakai baju bewarna biru pilihan Galen. Kaos bewarna biru dengan gambar bunga matahari kecil di bagian dada. Dipadukan dengan celana jeans panjang dan tas bewarna putih.

"Nah, kan bagus pakai baju itu." Galen langsung bangun dari posisi duduknya. Ekspresi wajahnya nampak puas karena Bitha mengikuti sarannya.

Ketika Galen hendak membuka pintu rumah, terdengar suara bel berbunyi. Kemudian ia menoleh, beradu pandang dengan Bitha.

"Siapa yang datang? Mas janjian sama orang? Atau jangan-jangan Mamanya Mas Galen yang datang?" tanya Bitha menatap Galen kebingungan.

Galen menggeleng. Kemudian ia membuka pintu dan buru-buru berjalan ke pagar. Ketika mengintip, ia bisa melihat sosok Santi sudah berdiri dengan rambut dikuncir kuda.

"Hai, Mas."

"Lho, kenapa ke sini? Nanti aku sama Bitha bisa jemput di rumahmu?"

"Nggak enak, Mas. Kan Mas Galen udah ngajak aku jalan-jalan, masa harus jemput ke rumahku. Kebetulan Pakdheku lagi nggak ke sawah, makanya tadi minta tolong antar ke sini."

"Oh, yaudah kalo gitu. Aku keluarin mobil dulu deh."

Bitha yang berdiri di ambang pintu, memperhatikan Galen mengeluarkan mobil. Lalu tatapannya beralih ke Santi. Perempuan itu tersenyum lebar selama Galen mengeluarkan mobil dari garasi.

Sebenarnya Bitha cukup kaget karena tiga hari yang lalu Galen mengajaknya untuk jalan-jalan ke mall sekalian nonton film di bioskop. Awalnya dia senang karena akhirnya bisa melihat dunia luar lagi setelah satu minggu lebih tinggal di pedalaman. Tapi kesenangannya langsung surut begitu tahu kalau ini semua karena permintaan dari Santi. Bahkan ia sempat bilang tidak mau ikut pergi bersama mereka berdua, tapi Galen berusaha untuk meyakinkannya.

"Nggak lucu dong kalo kamu nggak ikut. Kan dia tau kamu pacarku."

"Orang pacaran tuh nggak perlu kemana-mana bareng."

Bitha for the BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang