MEMBANTU

1 1 0
                                    

Sudah 1 bulan semenjak aku dan Gatha bertemu di funtime, aku tidak pernah berbicara lagi dengannya. Aku sudah menjelaskan semuanya pada Gala, tapi, Gala sedang tidak bisa ikut campur banyak karena sedang sibuk dengan para nasabah. Gala tidak menyalahkanku, Gala juga tidak memarahiku atau pun menyuruhku menjauhi Gatha. Gala malahan memberiku saran dan membantuku membujuk Gatha dari jauh. Jujur saja, aku takut aku akan kehilangan Gatha, separuh hatiku ada padanya, jadi, aku harus mengejarnya.

Sudah bulan - bulan skripsisian, aku benar - benar sibuk, tapi, aku tetap memikirkan Gatha. Sebenarnya, masalahku dengan Celyn sudah selesai, dan ayahku juga sudah meminta maaf padaku, tapi, aku tidak akan memaafkan ayahku sampai Gatha memaafkanku. Setiap hari aku melihat Gatha di kampus, tapi, dia sama sekali tidak melirikku. Hari ini, aku melihatnya sedang duduk di bawah pohon bringin, itu tempat favoritnya. Gatha sedang menggambar sesuatu, jadi, aku meliriknya sedikit dari kejauhan. Tidak, ini tidak jauh, aku berada 3 meter darinya. Aku memalingkan wajahku darinya, agar Gatha tidak curiga.

"Malio."

"SUMPAH AKU GAK SALAH DENGER, KAN?! KAMU MANGGIL AKU?! Eh-"

Aku sudah berharap bahwa Gatha yang memanggilku, tapi, saat aku melirik, aku melihat seorang gadis berambut pendek. Bukannya dia teman Gatha yang dulu mirip dengan laki - laki, ya? Dia... Lyla?

"Oh- hi... temen Gatha..." ujarku.

"Hi. Lupa, ya? Gue Lyla. Layla Taresha farah. Gue ke sini buat bantu elu maafan sama Gatha."

"Hah...? Serius...? Tiba - tiba amat jir." Aku terkaget.

"Sebenernya gue bantu elu karena Gatha juga. Semenjak lu gak sama Gatha lagi, Gatha jadi murung dan makin sensitif. Please, kalau lu sama dia baikan, gue yakin Gatha bisa jadi happy lagi."

Aku senang Lyla mau membantu, tapi, dia berkata seperti itu di sebelah Gatha. Aku tidak berani melihat bagaimana ekspresi Gatha, tapi aku bisa membayangkan ekspresinya.

Lyla bilang dia akan sedikit membantuku, jadi, aku berterima kasih, walau aku tidak berharap banyak. Lyla bilang dia akan meminta bantuan seseorang untuk membujuk Gatha, dan dia yakin orang itu akan berhasil membujuk Gatha. Aku penasaran siapa orang itu, tapi, aku malas bertanya. Rasanya, moodku hilang begitu saja saat mengingat bahwa Gala yang adalah kakak Gatha saja gagal membujuk Gatha, apalagi orang yang dimaksud Lyla.

~

Aku berjalan ke arah parkiran. Sendirian, tanpa Gatha, tanpa wanita yang selalu mencubitku, dan tanpa suaranya yang kecil dan agak serak. Walau Gatha tidak pintar bernyanyi, tapi suaranya lucu, dan enak didengar. Aku rindu dengan suaranya itu yang selalu memanggilku. Suaranya masih teringat jelas di dalam benakku.

Aku pulang dengan wajah yang murung dan badan yang lesuh. Aku rindu pesan dari Gatha yang selalu memarahiku ketika aku sedang murung. Kapan suara itu akan kembali untuk memarahiku.

"Lu kenapa, cuy?"

Tanya sabit sambil meminum secangkir teh. Sabit nampaknya sudah tidak terlalu kaget melihatku pulang dengan keadaan murung.

"Gausah sedih, lagian ayah udah gak bakal jodohin lu lagi, kan? Lu cuman perlu benerin kesalah pahaman lu sama Gatha." Lanjut Sabit.

"Udah, bang. Gue udah coba. Gatha gak mau dengerin gue, bahkan deket gue aja gak mau." Ujarku.

"Pasti bisa. Udah 1 bulan lu gak sama Gatha. Gue yakin, Gatha cuman takut sama ayah kita, tapi, sebenarnya dia juga rindu elu. Lu lupa kalai Gatha itu gengsian?"

Aku juga setuju dengan perkataan Sabit. Aku jadi ingin menemui Gatha langsung untuk menjelaskan kesalah pahaman lagi.

Aku pergi ke taman, tempat yang biasa Gatha diami saat sore seperti ini. Aku kali ini akan memaksanya untuk mendengarkanku. Aku mencarinya di sekitar taman, dan aku menemukan pemandangan yang sangat menyakitkan. Tama, dan Gatha. Mereka tertawa bersama dan bermain bersama. Apakah Tama sengaja mempermainkanku untuk bisa mendapatkan hati Gatha? Aku tidak peduli. Aku langsung menghampiri mereka dan menarik Tama.

"Apa selama ini lo mempermainkan gue? Lo memang munafik." Ujarku.

"Ma- Malio? Gue bisa jela- Bugg!"

Aku menghantam perut Tama dan membuatnya tersungkur ke tanah. Gatha hanya terdiam melihat Tama tersungkur ke tanah.

"Malio... lu..." perkataan Gatha terpatah - patah.

"Akhirnya lu nyebut nama gue lagi setelah 1 bulan lu diemin gue. Haha... I know. I know you'll come back to me."

Aku tidak bisa menahan diriku. Aku menatap wajah Gatha yang melotot karena kaget. Aku memeluk Gatha dan mencium wanginya yang sangat khas, wangi bunga saffron, dan wangi vanilla. Tama sudah kembali bangun dan menyuruhku untuk melepaskam Gatha. Aku tidak suka jika ada orang yang menggaggu hal yang aku suka, terkecuali jika orang yang melarangku adalah Gatha dan ibuku.

"Lepasin Gatha... lu- liat, Gatha gak suka dipegang... lepasin dia!" Ujar Tama.

Aku baru sadar, Gatha tidak melawan sama sekali saat aku memeluknya. Wajahnya membeku, tatapannya lurus kedepan. Tidak lama kemudian, Gatha menundukkan wajahnya dan dia mulai menghampiri Tama.

"Mal, kamu gak boleh seenaknya mukul orang... Tama gak salah apa - apa... malahan Tama bantuin kamu..."

Setelah mengucapkan itu, Gatha pergi begitu saja, dan aku tidak pernah berbicara lagi dengannya selama berbulan - bulan.

New Character Design

Dear LaylaKakakku bilang aku gak boleh terlalu tomboy, jadi, aku panjangin rambutku dan ngubah styleku jadi feminim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dear Layla
Kakakku bilang aku gak boleh terlalu tomboy, jadi, aku panjangin rambutku dan ngubah styleku jadi feminim.

WOULD YOU FORGET YOUR PAST FOR ME?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang