"Kamu gapapa, kan?" Tanya Agatha padaku. Dia sedang mengobatiku.
"Sakit doang, sedikit. Tapi gapapa."
"Jangan nantangin senior kita terus, kita itu masih sabuk biru."
"Suka - suka gue, lah!"
"Kamu tuh nurut deh kalau di kasih tau! Kita itu cuman bocah!"
"Elu aja kali yang bocah!"
Iya, aku suka menantang seniorku di dojo. Aku merasa diriku lebih kuat dari mereka, walau kenyataannya aku selalu kalah dan berakhir babak belur. Agatha, dia adalah gadis yang aku kenal karena dia yang selalu menolongku, walau dia tidak mengenalku. Dia selalu mengobatiku sambil marah - marah dan menyuruhku untuk tidak gegabah lagi. Siapa dia? Untuk apa dia mengaturku? Itu yang kupikirkan saat itu, tapi, aku sadar, aku beruntung bisa mengenal gadis ini.
Aku ceritakan singkat saja. Circle pertemananku ada 6 orang. Haruskah aku buatkan biodata mereka? Mungkin nanti.
"Gatha, ayo kakak antar pulang." Ucap Dirma, dia adalah kakak asuh Agatha di dojo. Dia juga adalah yang tertua di circle pertemananku.
"Iya, kak Dirma, Sebentar. Malio masih belum di jemput, Aku mau nungguin Malio..."
"Malionya aja gak ada, Nungguin siapa coba?"
"Ada, kok! Dia lagi ngambil tasnya."
"Agatha, kakak perhatiin, Malio itu kasar sama kamu, Kamu gak kesel atau gimana gitu sama Malio?"
"Dia... nakal, ngeselin, dan bikin aku pusing karena harus nyariin dia terus kalau dia gelut, tapi, dia aku anggap teman."
Aku mendengar pembicaraan Dirma dan Agatha di balik tembok. Aku sadar saat itu, Agatha, walau dia selalu galak, tapi sebenarnya dia peduli padaku. Pertama kalinya aku merasa dipedulikan oleh seseorang. Aku sadar bahwa selama ini teman - temanku hanya berteman karena hartaku. Agatha tidak seperti mereka, Agatha tulus, walau dengan cara yang berbeda.
~
"Babe, kamu belum pake cream otot, ya? Sini aku pakein." Ucap riska. Dia adalah gadis tomboy yang kepribadiannya girly.
"Tama, Malio, sini! Kakak pasangin headpronya!" Teriak Eva. Dia adalah wanita seumuran Dirma. Dia adalah wanita yang dewasa.
Ya, mungkin itu info untuk sekarang. Tunggu, aku kan sedang mengawasi Tama dan Agatha?! Sebaiknya aku kembali fokus mengawasi mereka.
Saat aku kembali memfokuskan pandanganku pada Tama dan Agatha, aku melihat Tama yang marah - marah dan hampir menampar Agatha, tapi, Agatha hanya berdiri tegak dan tidak bergerak sedikit pun. Aku ingin sekali berlari dan memukul Tama, tapi tubuhku membeku dan mataku hanya bisa melotot melihat kejadian itu.
"Gatha, maafin aku- aku gak bermaksu-"
"Pergi."
"Gatha, dengerin aku dulu!'
"Pergi!"
Tama pun meminta maaf dan masih berharap Agatha akan memaafkannya, namun, Agatha membalikkan badannya dan meninggalkan Tama duluan sebelum Tama yang pergi meninggalkan Agatha. Aku bingung, siapa yang harus aku kejar pertama. Agatha atau Tama?? Aku pun segera mengejar Tama dan menarik bajunya dari belakang. Aku mendekatkan wajahnya, dan mulai mencaci Tama dengan segala kata yang ingin aku keluarkan. Jawaban Tama hanyalah maaf, maaf, dan maaf, itu tidak seharusnya dia katakan padaku, harusnya dia mengatakan itu pada Agatha. Setelah selesai dengan Tama, aku segera mengejar Agatha. Aku mencarinya ke sekeliling taman, dan menemukannya di bawah halte bus. Aku segera duduk di sampingnya, dan merangkul pundaknya agar dia bisa bersandar di bahuku.
"Lepas!" Ucap agatha padaku.
"I'm sorry Agatha... gue cuman mau nenangin elu- dan- dan Tamanya udah gue marahin kok!"
Agatha mengangkat wajahnya dan menatapku.
"Eh.. Malio? Gue kira Tama. Maaf, ya, tadi bentak elu." Ternyata Agatha tidak sadar ini aku.
"Iya, gapapa. Lu gapapa, kan? Sorry nanya kayak gini pas lu lagi sedih..."
"Gak kok. Kata siapa gue sedih?"
"Oh... gue kira elu sedih atau sakit hati..."
"Enggak, kok. Ucapan Tama gak sesakit Ucapan si cabul."
Aku terdiam, bingung harus menjawab apa. Sepertinya Agatha teringat lagi tentang Revano. Wajahnya menjadi serius, dan suaranya terdengar lebih tegas daripada biasanya. Aku rindu Agatha yang periang, bawel, dan suka marah seperti dulu. Revano benar - benar menghancurkan Agatha yang dulu.
"Agatha, gue janji bakal bikin lu lepas dari masa lalu elu! I will heal your past!"
"Nah... benihnya udah tumbuh terlalu besar, dan akarnya udah terlalu dalam."
"Then? Gue bakal gali sampai ke akarnya, dan bakal gue cabut!"
"Ahaha... Malio, sejak kapan lu jadi anak baik kayak gini?" Agatha tertawa dan mencubit pipiku.
Aku dan Agatha mengobrol sampai sore, dan aku pun mengantarkan Agatha pulang. Sudah lama aku tidak melihatnya tertawa seperti tadi, walau aku tahu bahwa sebenarnya dia masih tetap memendam rasa sakitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WOULD YOU FORGET YOUR PAST FOR ME?
Romancemungkinkah semua orang bisa lepas dari masa lalunya dan memulai lembaran baru? tentu setiap orang berbeda dengan cara mereka. Malio wirunadata adalah pria tampan dan populer, namun, malio tidak pernah mau menerima wanita manapun. Malio setia akan p...