Reaksi Kimia

326 51 19
                                    


"Huh......"

"Huft..."

"Hmmmh..."

"Huaahh..."

"Mika berisik! Lo ganggu konsentrasi gue tau gak? Kenapa sih gelisah banget dari tadi?"

Namira yang sedang asyik bermain play station bersama Emi merasa terganggu dengan Mika yang berkali-kali menghembuskan nafas kasar.

"Yeeuhhh monyet! Ada juga lo yang ganggu gue disini. Udah tahu gue lagi sibuk mikirin revisian, malah numpang main PS. Lo kira apart gue rental PS apa?"

"Mikir revisi aja resah banget kayak lagi mikir utang negara. Lagian sejak kapan ada aturan gue gak boleh main PS di apart lo?" balas Namira tak terima.

Emi yang paling 'waras' diantara mereka bertiga hanya bisa menggelengkan kepala. Sudah hafal dengan love-hate relationship diantara kedua sahabatnya yang bagaikan Tom dan Jerry. Bahkan sejak hari pertamanya berkenalan dengan mereka di bangku SMA.

#Flashback#

Hari itu adalah hari pertama Emi menginjakkan kakinya di sekolah baru. Dia baru saja pindah dari Jepang, mengikuti ibunya pulang ke Indonesia setelah memutuskan untuk berpisah dengan ayahnya. Duduk di salah satu sofa ruang guru, Emi menunggu calon wali kelasnya. Suasananya cenderung sepi, mungkin karena kegiatan belajar mengajar saat itu sedang berlangsung, sehingga tak ada guru yang berada di sana. Hembusan angin dari central air conditioner membuat matanya perlahan sayu. Hampir saja matanya terpejam saat tiba-tiba pintu aluminium transparan itu terbuka,menampilkan dua orang siswi jangkung yang terlihat panik mencari tempat persembunyian. Kedua siswi itu akhirnya bersembunyi di balik lemari besi berukuran cukup besar yang terletak di sudut ruangan.

Tak lama kemudian, muncul seorang lelaki paruh baya lengkap dengan kumis tebal khas guru-guru galak.

"Kamu lihat ada 2 anak lari ke arah sini tidak?" tanya bapak itu.

Meski memiliki darah Indonesia, tak lantas membuat Emi lancar berbicara bahasanya. Melihat situasi yang terjadi, Emi asumsikan kedua siswi tadi memang sedang lari dari kejaran bapak guru ini. Emi memutuskan untuk menggelengkan kepalanya.

"Lari kemana itu anak-anak bandel," gerutu sang bapak guru sambil berlalu.

"Thanks ya udah bantuin kita dari kejaran Pak Gatot," ucap salah satu siswi setelah keluar dari tempatnya bersembunyi. Emi hanya mengangguk, kemampuan berbahasa Indonesia yang masih sangat minim pada saat itu, membuatnya tidak berani memulai percakapan agar tak terjadi miskomunikasi.

"Lo anak baru ya? Gue belum pernah lihat lo sebelumnya," tanya siswi satunya. Lagi-lagi Emi mengangguk, bermaksud hanya untuk terlihat ramah.

"Nama lo siapa?"

"Uhm... Nama saya Emi. Saya dari Japanggg," jawab Emi dengan aksen Jepang yang masih sangat kental, membuat kedua siswi itu langsung terbahak mendengarnya.

"Hahahaha sorry sorry... kita gak tahu kalau lo bukan orang Indonesia. Pantes lo dari tadi diem aja. Gomen ne?"

"Haik.. daijoubu," balas Emi.

"Etto... hajimemashite, watashi no namae wa Namira desu. Kore wa watashi no tomodachi, Mahika. Yoroshiku onegaishimasu." Siswi bernama Namira itu tiba-tiba saja berbicara bahasa Jepang sembari membungkukkan badan.

"Jago juga bahasa Jepang lo, belajar dari mana?" Siswi satunya yang kini Emi ketahui bernama Mahika itu bertanya.

"Film bokep," jawab Namira tak acuh.

SKRIPSI CINTA MAHIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang