Hening menyelimuti suasana mobil Raisha, hanya terdengar deru AC dan suara klakson kendaraan yang saling bersahut-sahutan karena terjebak kemacetan ibukota.
"Nyalain radio dong Sha, gak ngantuk apa nyetir tapi sepi begini?" Protes Lia pada Raisha yang hanya diam saja semenjak meninggalkan kafe.
"Macet kayak gini mana mungkin ngantuk."
Keheningan kembali melanda, membuat suasana tidak nyaman bagi Lia. Sementara Thalia? Gadis itu sudah nyenyak tertidur di bangku penumpang belakang sana. Biarlah, mungkin sudah terlalu lelah setelah seharian berjibaku melatih diri menghadapi para pasiennya yang bisu, atau lelah setelah berdebat dengan Raisha si kepala batu.
"Lo marah?" Tanya Lia mencoba mencairkan suasana.
"Marah kenapa?"
"I don't know, soalnya lo diem aja dari tadi."
"..."
"Lo marah gara-gara gue ngobrol sama Kak Mika?" Lia kembali bertanya karena tak mendapatkan jawaban dari sahabatnya.
"Mika siapa?"
"Ya itu, cewek yang tadi di kafe."
Gotcha! Ikan sudah memakan umpannya. Raisha tahu strategi silent treatment-nya akan membuahkan hasil. Apalagi untuk sahabatnya yang terlalu polos ini.
"Emang lo ngobrolin apa sama cewek tadi sampai gue harus marah?"
"Gak ngobrolin apa-apa." Jawab Lia singkat.
"Gak ngobrolin apa-apa tapi pegangan tangan." Sindir Raisha seakan percakapan dan nasihat Thalia yang bahkan belum berusia satu jam yang lalu itu tak pernah mampir di memorinya.
"Emang gak ngobrolin apa-apa kok. Kita cuma kenalan, ya pasti pegangan tangan lah masak pegangan kaki?"
"Hati-hati sama stranger." Raisha memperingatkan Lia dengan singkat.
"Technically, Kak Mika bukan stranger sih. Gue udah pernah ketemu dia sekali, lebih tepatnya secara gak sengaja ketemu. Not in a good way, makanya gue sempet ragu waktu tadi dia bilang mau ngajak gue kenalan, takut kalau ternyata ada udang di balik batu. Tapi kayaknya gue terlalu berburuk sangka, soalnya gue gak menemukan itu di tatapan matanya."
"Yakin? Tampangnya aja kayak orang madesu gitu. Lagipula lo sendiri yang bilang pertemuan pertama kalian gak baik, kalau dia mau bales dendam gimana?" Raisha dengan segala prasangka buruknya adalah paket kombo yang sebaiknya dihindari saja.
"Gak segitunya Sha, dia bilang cuma mau kenalan, belum tentu besok ketemu lagi." Jawab Lia mencoba menenangkan sahabatnya.
"Ya lo pikir orang ngajak kenalan tuh tujuannya apa Li? Nawarin join MLM? Jangan polos-polos amat deh jadi cewek." Kali ini Lia memilih untuk diam, tak ada gunanya melawan Raisha dengan sifat protektifnya. Argumennya pasti akan selalu dipatahkan.
"Lo gak tahu aja Sha, cewek yang lo bilang madesu itu ternyata lumayan populer."
"Kaget gila! Gue kira lo tidur dari tadi." Omel Raisha yang terkejut dengan suara serak Thalia yang tiba-tiba angkat bicara.
"Ya gimana gue bisa tidur dengan tenang kalau kalian berdua ribut mulu dari tadi? Sehari aja gak berantem emang gak bisa ya?" Protes Thalia yang merasa terganggu tidurnya.
"Bentar-bentar, back to the topic. Populer gimana maksud lo Tha?" Tanya Lia penasaran.
"Nanti aja deh kita bahas, gue masih ngantuk."
"Janji?"
"Hm."
"Malem ini jadi pajama party kan? Mumpung weekend ini gue belum ribet sama deadline laporan." Tanya Thalia. Lia mengangguk mengiyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKRIPSI CINTA MAHIKA
Fanfiction"Tinggal jadi pacarku apa susahnya?"- Mahika "Selesaikan dulu skripsimu apa susahnya?"- Liana Jungkir balik dunia Mahika dalam usahanya menyelesaikan skripsi sekaligus demi mendapatkan cinta sang pujaan hati.