Mika keluar dari mobilnya dengan perasaan campur aduk. Vivi yang sudah tak bisa membendung emosi pun langsung merapalkan sumpah serapah dalam bahasa yang tak dimengerti oleh Mika. Di situasi panas seperti ini, Mika berusaha agar tak ikut terpancing emosi karena ia menyadari bahwa dirinya memang berada di posisi yang salah. Masih untung tak terjadi apa-apa dengan Lia, bagaimana jika perbuatannya tadi justru mencelakainya? Mika tentu tak akan mengampuni dirinya. Mungkin memang tak seharusnya ia mengemudikan mobilnya secara ugal-ugalan seperti barusan. Tapi begitulah cinta, membuat Mika tak bisa berpikir pakai logika.
Keributan yang disebabkan olehnya membuat beberapa pengguna jalan lain ikut berhenti, entah karena penasaran dengan apa yang sedang terjadi atau sekedar mencari bahan untuk diunggah ke media sosial agar viral. Buru-buru Lia melepas sabuk pengaman dan berlari menghampiri kedua gadis tersebut sebelum suasana menjadi semakin chaos.
"Vivi stop!" Teriak Lia, postur tubuhnya yang jauh lebih kecil dibanding dua gadis jangkung di hadapannya ini membuatnya sedikit kewalahan berusaha melepaskan cengkraman tangan Vivi yang kini sudah berada di kerah kemeja Mika.
"Please stop Vi! Jangan berantem di tempat umum, lo gak malu diliat orang? Lihat tuh semua orang lagi pada ngerekam, lo mau tiba-tiba viral?" Ucapan Lia membuat Vivi tersadar, dilihatnya suasana sekitar yang sudah ramai merekamnya dengan telepon pintar. Meski disatu sisi Vivi tak mau peduli, namun disisi lain ia lebih tak mau jika videonya nanti tersebar dan membuatnya jadi bahan pembicaraan di grup keluarganya. Perlahan ia melepaskan cengkramannya dari Mika.
"Bapak-bapak, ibu-ibu, maaf ya sudah mengganggu kenyamanan kalian." Ucap Lia meminta maaf dengan sopan, diikuti Mika dan Vivi yang hanya sedikit membungkukkan badan menghindari tatapan banyak orang. Keributan yang mulai mereda itu pun membuat massa perlahan meninggalkan mereka. Lia kembali menatap tajam kedua gadis di hadapannya.
"Kak Mika gak apa-apa?" Tanya Lia sedikit khawatir.
"Tunggu-tunggu, jadi ini yang namanya Mika?" Potong Vivi sebelum Mika sempat menjawab pertanyaan Lia.
"Pantesan Kak Raisha gak ngizinin lo deket-deket sama Kak Lia, baru ditinggal bentar aja udah hampir bikin dia celaka."
"Sorry, gue gak bermaksud kayak gitu. Gue cuma mau ngejar mobil lo tadi, tapi karena lo nyetirnya kenceng banget jadi mau gak mau gue harus ngelakuin hal itu." Ucap Mika menjelaskan.
"Kenceng pala bapak kau? Batas kecepatan nyetir di kawasan perkotaan itu cuma 50 km/jam, gue gak mungkin melebihi batas kecepatan itu kecuali gue mau ditilang polisi. Lagi pula ngapain sih lo ngejar-ngejar mobil gue? Ini tuh jalan raya fasilitas umum. Lo kalau mau ugal-ugalan atau simulasi balapan mending di sirkuit aja sana."
"Sekali lagi gue minta maaf, gue tahu gue salah. Gue cuma-"
"Cuma apa? Cuma hampir bikin orang lain celaka? Lo sadar gak sih perbuatan lo barusan bisa gue tuntut karena udah membahayakan keselamatan orang lain di jalan raya?" Mika menelan ludah mendengar intimidasi dari gadis yang sedikit lebih tinggi darinya ini.
"Vi udah Vi..." Ucap Lia berusaha menenangkan Vivi yang kembali berapi-api.
"Lo jangan udah-udah mulu bisa gak sih kak? Kalau tadi lo kenapa-napa nanti gue yang disalahin."
"Kan dia udah bilang gak ada maksud kayak gitu, lagi pula kita gak kenapa-napa juga kan? Terus apa lagi yang harus dipermasalahin?" Jawaban Lia membuat Vivi mengusap wajahnya kasar, percuma berbicara dengan orang yang sedang jatuh cinta, semua akan terlihat benar di matanya. Lia kembali mengalihkan pandangannya ke Mika yang masih menatapnya dengan rasa bersalah.
"Lia, aku bener-bener minta maaf. Emang gak seharusnya aku ngelakuin hal yang bisa bikin kamu celaka."
"..."
KAMU SEDANG MEMBACA
SKRIPSI CINTA MAHIKA
Fanfiction"Tinggal jadi pacarku apa susahnya?"- Mahika "Selesaikan dulu skripsimu apa susahnya?"- Liana Jungkir balik dunia Mahika dalam usahanya menyelesaikan skripsi sekaligus demi mendapatkan cinta sang pujaan hati.