Pagi yang Menakjubkan

416 53 10
                                    

Drrrrtttt....drrrrt.....

Ting tung tung tung ting tung ting tung tung tung ting tung...

Dering alarm dari perangkat gawai berukuran 6 inch itu nampaknya tak kunjung membangunkan si pemiliknya. Waktu sudah menunjukkan pukul 09.15 WIB, yang artinya alarm tersebut sudah berbunyi lebih dari 1 jam 15 menit. Mika menjadwalkan dirinya untuk bangun pukul 08.00 WIB, 2 jam lebih awal dari jadwal bimbingan skripsinya yang sudah tertunda cukup lama. Namun semua hanyalah rencana, bahkan beberapa panggilan masuk dari sahabatnya pun tak terjawab karena sang pemilik masih asyik menjelajah alam mimpi. Sungguh, mungkin hanya bunyi bom saja yang bisa membangunkannya.

Tak berapa lama kemudian, terdengar bunyi seseorang memasukkan kata sandi pintu apartemennya dengan tergesa-gesa, tanpa ada ketukan atau salam selayaknya orang bertamu. Toh Namira memang bukan tamu dan memang sudah sering bolak-balik masuk ke apartemen sahabatnya ini. Digedornya pintu kamar Mika dengan kencang.

"Woi... Mik! MAHIKA!!! Jangan bilang lo belum bangun jam segini?," teriak Namira dari luar kamar. Sunyi, sepertinya kerbau satu ini memang minta disiram pakai air seember.

Bergegas Namira ke dapur untuk mengambil gelas dan mengisinya dengan air. Dibukanya pintu kamar Mika yang untungnya tidak dikunci. Alih-alih melancarkan niatnya untuk menyiram Mika dengan air, Namira malah dibuat prihatin dengan kondisi kamar Mika yang berantakan. Kertas berserakan di lantai, laptopnya yang masih dalam kondisi menyala, dan tentu saja Mika yang tertidur di atas meja belajarnya. Terlihat tumpukan kertas tertata rapi di sampingnya, yang Namira asumsikan adalah hasil kerja keras Mika semalam. Sungguh, bagaimana bisa dia tertidur pulas seperti kerbau kena bius dengan posisi tidur yang tidak nyaman seperti itu. Namira hanya bisa berdecak melihat sahabatnya yang sangat menggambarkan kondisi "mahasiswi tingkat akhir".

Diletakkannya gelas itu di meja belajar Mika, rupanya tak sampai hati dia membangunkan Mika dengan ide nakalnya tadi. Digoyangkannya perlahan bahu Mika seraya memanggil namanya. "Mik, bangun. Udah hampir jam setengah 10, bukannya lo ada jadwal bimbingan hari ini?." Akhirnya yang dipanggil mulai ada tanda-tanda kehidupan. Mika mengerjapkan mata perlahan, menyesuaikan kondisi pupilnya dengan cahaya yang masuk ke kamarnya dari jendela. Otaknya berusaha memproses kalimat Namira yang ia dengar sebelumnya.

"Jam setengah 10? Bimbingan?"

.

..

...

....

"HAH???? JAM SETENGAH 10???? SIALAN!!! BISA TELAT GUE! NAMIRAAAA KENAPA LO GAK BANGUNIN GUE LEBIH AWAL SIH???? KAN LO TAU PAK SURYO TUH SUSAH DIAJAK KETEMU BUAT BIMBINGAN!." Teriak Mika yang mulai panik, dimasukkannya laptop dan setumpuk kertas berisi susunan Bab I itu ke dalam tasnya.

"Enteng banget mulut lo bilang gue gak bangunin lebih awal, makanya kalo tidur tuh jangan kayak kebo dibius bisa gak sih? Cek dah itu handphone lo, ada berapa missed calls dari gue yang gak lo jawab? Lagian bisa-bisanya bunyi alarm gak berhenti gitu lo tetep gak bangun. Parah banget bro, mending lo buang aja tu handphone. Gak guna!" jawab Namira bersungut-sungut.

Mika yang mendengar sahabatnya mengomel memilih tak menghiraukannya, yang ia pikirkan hanyalah bagaimana dia bisa sampai di kampus sebelum jam 10. Dengan kondisi jalanan Jakarta yang macetnya tak kenal waktu, tampaknya mustahil baginya untuk bisa sampai di sana tepat waktu.

"Udah sini deh, biar gue yang siapin barang-barang lo, sekalian gue pesenin ojek online biar satset. Mending lo mandi sono, minimal gosok gigi sama cuci mata lah biar gak belekan gitu. Ya kali mau bimbingan skripsi gak mandi dulu. Boro-boro liat pendahuluan, yang ada Pak Suryo udah males duluan liat lo." 

SKRIPSI CINTA MAHIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang