Scalpel 3

16 1 0
                                    

Beberapa hari berlalu, dan Zaki merasa bahwa situasi semakin membaik. Para pasien yang telah dirawat mulai pulih, dan tim medis yang terlibat semakin kuat. Namun, Zaki tetap waspada, menyadari bahwa situasi di luar masih belum sepenuhnya aman.

Suatu malam, saat dia dan Lina duduk di luar ruang perawatan, Zaki merasa ada yang mengganjal di pikirannya. 

"Lina, bagaimana menurutmu kita bisa lebih bersiap menghadapi situasi seperti ini di masa depan?" tanyanya dengan serius.

Lina berpikir sejenak. 

"Kita perlu lebih banyak pelatihan, terutama untuk keadaan darurat. Mungkin kita juga bisa mengembangkan rencana evakuasi yang lebih jelas untuk semua tim," katanya.

"Setuju," Zaki menjawab. "Kita harus berkolaborasi dengan tim lainnya untuk mengorganisir simulasi. Dengan begitu, kita semua bisa lebih siap jika ada kejadian serupa."

Lina tersenyum, senang melihat semangat Zaki. 

"Aku suka ide itu! Mari kita ajukan kepada kepala tim dan mulai merencanakan."

Zaki merasa lega mendengar respons positif dari Lina. 

"Baiklah, kita bisa mulai besok pagi. Kita harus membuat semua orang merasa nyaman dan siap menghadapi risiko."

Hari-hari berikutnya mereka habiskan dengan merencanakan pelatihan dan simulasi. Seluruh tim medis terlibat, dan semangat mereka begitu tinggi. Zaki merasakan kebersamaan dan solidaritas yang kuat di antara mereka.

"Zaki, aku sangat senang dengan inisiatif ini," Lina berkata suatu hari saat mereka sedang mengatur jadwal pelatihan. "Kita benar-benar akan membuat perbedaan."

"Terima kasih, Lina. Tanpa dukunganmu, aku tidak tahu apa yang akan terjadi," Zaki menjawab dengan tulus.

Malam itu, setelah semua persiapan selesai, Zaki pulang ke rumah dengan perasaan bahagia. Namun, saat ia menatap langit malam, bayangan pengalaman yang menakutkan itu masih membekas di benaknya. 

Ia berusaha mengusir rasa cemas yang muncul, tetapi tetap saja mengganggu ketenangannya.

Keesokan harinya, Zaki dan Lina memulai simulasi dengan seluruh tim. Mereka membagi tugas, melakukan latihan evakuasi, dan berlatih menghadapi berbagai situasi darurat. 

Zaki merasa sangat bersemangat dan puas melihat semua orang berkontribusi.

Namun, saat latihan berlangsung, tiba-tiba ada bunyi sirene dari luar. Semua orang terdiam, merasakan ketegangan di udara. Zaki menatap Lina dengan cemas. 

"Apa itu?"

"Entahlah, kita harus tetap waspada," Lina menjawab, mencoba untuk tenang.

"Semua orang, tetap di posisi kalian!" Zaki berteriak, berusaha menjaga ketertiban. Dia merasakan adrenalin mengalir lagi dalam tubuhnya.

Suara sirene semakin mendekat, dan Zaki mulai merasa gelisah. 

"Kita harus mengawasi situasi. Lina, coba hubungi tim di luar," perintahnya.

Lina segera mengambil radio komunikasi dan mencoba menghubungi pihak lain. 

"Ini perawat  Lina, kami mendengar sirene di sekitar lokasi. Ada situasi darurat?"

Suara di radio menjawab, "Kami sedang memantau situasi. Mohon tetap berada di dalam dan siapkan diri untuk kemungkinan evakuasi."

Zaki menghela napas lega. 

"Baik, kita akan siap."

Namun, saat mereka menunggu, suasana di sekeliling menjadi semakin tegang. Zaki merasakan ketegangan di antara rekan-rekannya. 

Behind the White CoatWhere stories live. Discover now