Scalpel 21

2 0 0
                                    

Seorang perawat bergegas menghampiri mereka. "Apa yang terjadi?" tanyanya, terlihat panik.

"Dia terluka di kakinya, kita butuh dokter segera!" Ryan menjelaskan dengan cepat.

Perawat itu segera memanggil dokter dan membantu Zaki dan Ryan mengangkat Dani ke meja periksa. Zaki merasa sedikit lebih tenang saat melihat tim medis lainnya bersiap membantu.

"Namaku Dr. Zaki, dan ini rekan saya, Ryan. Kami datang dari tim misi kemanusiaan," Zaki menjelaskan, sementara dokter yang datang segera memeriksa kondisi Dani.

"Dani, kamu harus tetap tenang ya. Kami akan merawatmu sekarang," dokter itu berbicara lembut kepada anak itu, membuat Zaki merasa lebih lega.

"Terima kasih, Dok...," Dani mengucapkan dengan suara lemah.

Zaki dan Ryan berdiri di samping, siap membantu apa pun yang diperlukan. "Kami membawa perban dan antiseptik, serta beberapa alat medis lainnya," Ryan menambahkan, menunjukkan isi tas mereka.

Dokter itu mengangguk. "Baiklah, saya akan membutuhkan semua itu. Mari kita mulai!"

Mereka mulai bekerja sama dengan cepat, memberikan perawatan yang dibutuhkan. Zaki tidak bisa tidak merasa bangga melihat bagaimana semua orang bekerja sama untuk menyelamatkan nyawa.

Setelah beberapa saat, dokter berhasil merawat Dani. "Lukanya sudah dibersihkan, tapi kita perlu memantau kondisinya lebih lanjut. Terima kasih sudah membawanya ke sini," dokter itu berterima kasih kepada Zaki dan Ryan.

"Tidak masalah, Dok. Kami hanya melakukan yang terbaik yang kami bisa," Zaki menjawab, merasa sedikit lebih ringan.

"Sekarang, kita harus kembali ke luar. Masih banyak orang yang membutuhkan bantuan!" Ryan mengingatkan, dan Zaki mengangguk, menyadari betapa pentingnya waktu dalam situasi seperti ini.

Mereka keluar dari gedung, kembali ke mobil, dan melanjutkan perjalanan. "Ke mana kita selanjutnya?" Zaki bertanya, mencoba merencanakan langkah berikutnya.

"Ada beberapa laporan tentang kelompok yang terjebak di sekitar daerah ini. Kita harus pergi ke sana dan memastikan mereka aman!" Ryan menjelaskan, terlihat bersemangat.

Mereka berusaha menuju lokasi tersebut, melewati jalanan yang sulit dan penuh bahaya. Setiap detik terasa seperti pertaruhan, dan Zaki merasakan tekanan di dadanya semakin meningkat.

"Zaki, fokus. Kita bisa melakukannya!" Ryan berusaha memberi semangat, meskipun wajahnya juga menunjukkan kelelahan.

Zaki berusaha menenangkan dirinya. "Kita sudah melalui banyak hal, dan kita tidak boleh berhenti sekarang!" Dia memacu mobil lebih cepat, berusaha sampai ke tujuan secepat mungkin.

Saat mereka tiba di lokasi yang dilaporkan, Zaki melihat sekelompok orang berkumpul di sekitar sebuah bangunan yang hancur. "Mereka di sana!" dia menunjuk, bergegas keluar dari mobil. "Mari kita lihat siapa yang bisa kita bantu!"

Mereka berlari ke arah kelompok itu. "Ada yang terluka? Siapa yang butuh bantuan?" Zaki bertanya, mencoba menjangkau orang-orang yang tampak cemas.

Salah satu lelaki dalam kerumunan menjawab, "Kami butuh bantuan! Anak kami terjebak di dalam bangunan itu!"

Zaki merasakan jantungnya berdegup kencang. "Di mana dia? Kita harus membawanya keluar!"

"Dia terjebak di bawah puing-puing! Kami tidak bisa masuk!" lelaki itu terlihat putus asa.

Zaki segera berlari menuju bangunan yang hancur. "Kita harus mencari cara untuk masuk dan menyelamatkannya!" dia berteriak, merasakan semangat juangnya kembali menyala.

Behind the White CoatWhere stories live. Discover now