Setelah beberapa menit, mereka tiba di lokasi yang kacau. Ruang perawatan darurat telah didirikan, dan pasien-pasien terluka dibawa ke dalam.
Zaki merasakan kepanikan dan ketegangan, tetapi ia tahu bahwa inilah saatnya untuk bertindak.
"Tim, kita harus bekerja cepat!" Zaki berteriak. "Dua orang ke sini, satu orang periksa vital sign!"
Tim medis segera bergerak, berusaha menjalankan tugas mereka secepat mungkin. Zaki merasa lelah tetapi semangatnya tetap menyala.
Dia mengawasi semua pasien, memberikan perawatan yang diperlukan dengan teliti.
Di antara kerumunan, Zaki melihat seorang wanita muda dengan luka parah di lengannya.
"Bawa dia ke sini!" Zaki berteriak, dan dua orang segera mengangkatnya.
"Dia kehilangan banyak darah! Kita harus menghentikan pendarahan!" Zaki berteriak, bekerja cepat untuk menghentikan pendarahan.
Dia merasakan tekanan dalam dadanya, tetapi dia tidak boleh mundur.
"Kita butuh lebih banyak perban!" Zaki berteriak, sementara timnya bergerak cepat menyiapkan peralatan.
Setelah beberapa menit yang melelahkan, Zaki berhasil menghentikan pendarahan dan memberikan stabilisasi awal pada pasien.
Dia merasa lega, tetapi tidak ada waktu untuk bersantai. Masih banyak pasien yang membutuhkan perhatian.
Sementara itu, di lokasi yang lain, Lina dan timnya juga berjuang.
"Kita perlu segera mengevakuasi pasien ini!" Lina berteriak kepada rekannya.
Mereka bekerja sama untuk membawa pasien-pasien keluar dari lokasi berbahaya. Lina merasakan adrenalin mengalir dalam tubuhnya, tetapi dia juga merasa berat melihat semua orang yang terluka.
"Ayo, kita bisa melakukannya!" Lina memberi semangat pada timnya. "Kita telah berlatih untuk ini!"
Setiap pasien yang mereka bawa keluar memberikan semangat baru bagi mereka. Lina merasa bangga pada timnya, mereka semua bekerja keras meskipun dalam kondisi yang sulit.
Setelah berjam-jam bertarung dengan waktu, akhirnya Zaki dan timnya berhasil menangani sebagian besar pasien yang datang.
Dia melihat sekeliling dan merasakan kelelahan tetapi juga rasa syukur.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Lina saat dia tiba di lokasi Zaki, terlihat lelah tetapi bersemangat.
"Aku baik-baik saja, kita berhasil menangani banyak pasien," jawab Zaki, merasa lega bisa bertemu Lina.
Mereka berdua saling bertukar kabar tentang pasien yang mereka tangani.
Zaki bisa melihat semangat Lina tetap membara meskipun situasi sangat menegangkan.
"Zaki, kita harus melakukan evaluasi setelah ini. Kita perlu merencanakan apa yang harus dilakukan selanjutnya," kata Lina.
"Ya, kita perlu berkomunikasi dengan tim medis lainnya dan memastikan kita siap menghadapi situasi serupa," Zaki setuju.
Setelah beberapa jam, situasi mulai mereda. Tim medis lainnya mulai berdatangan, membawa lebih banyak pasien dan peralatan.
Zaki merasa lega karena mereka tidak sendirian.
Ketika malam menjelang, Zaki dan Lina mengumpulkan tim untuk membahas pengalaman hari itu.
"Kita telah melewati hari yang sulit," Zaki mulai. "Tapi kita berhasil. Kita telah menyelamatkan banyak nyawa."
YOU ARE READING
Behind the White Coat
Teen FictionDika, seorang perawat, terbangun dalam tubuh Dr. Zaki, seorang dokter muda yang terlibat dalam misi kemanusiaan di tengah konflik bersenjata. Terjebak dalam dunia baru yang penuh tantangan dan ketegangan, Zaki harus menghadapi ketidakpastian dan ket...