❗JUST FAN FICTION❗
- Happy Reading -
×
×
×Para jajaran pemilik saham dari perusahaan Dyeongsang Culture saling berkumpul di dalam sebuah ruangan rapat. Duduk memutari meja yang berbentuk lingkaran. Suasana di dalam ruangan tersebut nampak sedikit ramai, saling berbisik-bisik membicarakan sang tokoh utama rapat pada hari ini yang belum juga datang.
"Ku dengar semua kepemilikan dari mendiang tuan Taemin akan diberikan kepada Lalisa yang merupakan istrinya."
"Bukankah tuan Taemin memilikki anak lelaki? Kenapa tidak langsung diberikan ke dia saja?" Suara bisikan saling bersahutan.
"Tuan Taemin tak akan tenang jika mewariskan semua perusahaannya kepada putranya yang nakal dan tak taat aturan itu."
"Biarpun begitu, Dino adalah putranya... Jadi semestinya ada bagian yang diberikan padanya walau sedikit."
"Entahlah. Kita lihat saja nanti hasilnya bagaimana."
"Tapi ku rasa. Nyonya Lalisa memang pantas untuk mengambil alih semua perusahaan milik Tuan Taemin."
"Ya kau benar. Karena beliau adalah istrinya..."
"Yeah, sepertinya banyak pemilik saham yang mengharapkan nyonya Lalisa sebagai pewaris utama dari perusahaan Dyeongsang Culture. Benarkah begitu tuan Jeonghan?" Tanya seorang pria dengan set pakaian jas. Menatap pria tampan di sebelahnya yang terdiam. Tampak tidak memperdulikan setiap perbincangan yang masuk ke dalam telinganya.
Jeonghan menoleh. Menatap rekannya tersebut dengan senyuman tipis.
"Kau benar." Ujarnya. Matanya kemudian bergerak untuk menatap kursi utama yang masih kosong; tempat yang biasa di duduki oleh kakaknya. Taemin.
"Kau sendiri bagaimana?" Tanya Jeonghan. Tanpa menoleh.
"Apa kau menyetujui jika kakak iparku yang menjadi CEO utama dari perusahaan milik kakakku?"
Pria itu terdiam. Lalu kemudian tertawa singkat.
"Jika aku menyetujuinya, bukankah kau akan marah padaku tuan?" Candanya. Jeonghan ikut tertawa walau pelan.
"Aku tahu kalau kau sedang bercanda." Balas pria itu. Dan di detik yang bersamaan pintu ruangan tersebut terbuka, menampilkan presensi Lalisa dengan para pengawal yang senantiasa berada di belakangnya.
Suasana yang awalnya ramai berubah hening. Dan satu per satu orang yang ada di sana mulai bangun dari posisi duduknya, memberikan sikap hormat mereka kepada Lalisa yang ikut membungkuk sekilas.
Termasuk Jeonghan.
Dengan beberapa pengawal terpercaya yang masuk ke dalam ruangan, Lalisa dengan gerakan anggunnya mulai menduduki kursi kebesaran milik mendiang suaminya. Dan selepas duduk, mata bulatnya itu langsung tertuju ke semua rekan-rekan, kolega serta para pemilik saham yang berkontribusi dalam perkembangan perusahaan Dyeongsang Culture.
Lalisa menatap mereka secara bergantian.
"Saya ucapkan terima kasih kepada kalian semua yang telah datang untuk menghadiri rapat pada hari ini." Lalisa berujar dengan raut datarnya. Kedua tangannya kemudian bertumpu di atas meja.
"Rapat pada hari ini bukan untuk membahas project perusahaan. Melainkan..." Lalisa terdiam sejenak. Napasnya seketika tercekat ketika mengingat bahwa suaminya; Taemin sudah tak lagi ada.

KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Is (Not) Fine
Romanzi rosa / ChickLitKehidupan Lee Lalisa yang terbilang bahagia, dengan kemewahan serta kekayaan yang melimpah ruah... Ternyata menutupi kenyataan di baliknya jika sebenarnya Lalisa, tidak baik-baik saja. --- "Kau itu wanita ular, murahan... Dan wanita sepertimu tak p...