Memberi kesempatan

0 0 0
                                    

“Sejak bertemu, aku sudah tak berdaya menahan segala rasa. Di hati dan pikiranku hanya ada namamu. Ti amo, Sandra Rein.”

“Finn, aku ....”

Finn menutup bibir Sandra dengan telunjuknya. Ia sedang tak berminat mendengar penolakan kembali. Pria itu menjelajah bibir lembut sang desainer interior dengan jemari, lalu berpindah mengelus pipi berona merah muda itu. Selanjutnya, membelai puncak kepala wanita tercinta.

“Aku tak bisa lagi mengontrol perasaan kepadamu. Berkali-kali mencoba menepis, tetapi hasilnya malah semakin menggebu. Percaya atau tidak, ini kali pertama untukku, si berengsek jatuh cinta kepada wanita cantik bernama Sandra Rein. Sialnya, ia memiliki pengalaman tak mengenakkan dengan lelaki jenis tersebut. Aku tahu, kategori pria bajingan tak akan pernah bisa menembusi hatimu.”

Finn meraih kedua tangan Sandra. Menarik napas sesaat untuk kembali berkata, “Bolehkah aku memohon satu kali saja? Tolong beri aku kesempatan. Biarkan aku membuktikan kalau playboy ini sudah insaf dan telah bertekuk lutut kepadamu. Please.”

Mendengar penuturan Finn, hati Sandra menghangat. Ia bisa merasakan jika kata-kata itu begitu tulus. Namun, adik dari Tristan itu tetap bersikap waspada.

“Finn, pikirkan lagi. Siapa tahu kamu hanya terobsesi denganku? Yakinkan dahulu itu cinta atau bukan.”

Finn tersenyum. “Aku, Finn Elard Liam. Tak pernah mengatakan cinta kepada wanita mana pun. Selain kepadamu, Sandra Rein.”

“Bohong.”

Finn menggeleng. Ia menaruh tangan Sandra di atas kepalanya. “Aku berani sumpah. Apa yang kukatakan adalah kebenaran.”

Sandra terdiam. Ia tak lagi bisa berkata-kata. Tapi, ketakutan akan pengkhianatan kembali terulang tetap masih bersemayam. Jadi, wanita itu memilih bungkam.

Hening!

Finn mengecup tangan Sandra. Ia tak pernah sefrustrasi ini menghadapi wanita.

“Sandra, boleh aku minta sesuatu?”

“Apa?”

“Biarkan aku berjuang mendapatkan cintamu."

“Finn ....”

“Sandra, dengar dulu. Asal kamu tahu, aku pria pantang menyerah. Jadi, lebih baik biarkan aku berjuang."

“Finn, citramu sebagai playboy masih belum bisa aku terima. Aku masih takut kalau dengan image itu hubungan kita tak akan berhasil. Hanya membuang-buang waktu. Aku lelah bermain-main. Mengertilah.”

Finn mengembuskan napas berat. Rasanya ia ingin memutar waktu dan menjadi pria dengan citra baik-baik. Sang ceo pun mencoba untuk tetap tenang. Walaupun hatinya setengah mati kalang kabut menghadapi Sandra.

“Hei, Cantik. Biarkan aku memperjuangkanmu dulu. Beri aku kesempatan untuk merebut hatimu dan membuktikan juga kalau aku sudah dengan kulit baru. Pria tampan yang setia kepada satu wanita yaitu kamu.”

Sandra menatap lekat Finn. Ia tak tahu harus berkata apa. Rasanya egois jika tak memberi kesempatan. Bukankah, setiap orang berhak mendapat maaf dan mengubah diri menjadi lebih baik.

Sejenak berpikir. Akhirnya, Sandra memberanikan diri mengambil keputusan. “Ya. Satu kali kesempatan. Buktikan kalau kamu memang benar pria tampan yang setia.”

Finn mengembangkan senyumnya. “Aku akan membuktikan. Bersiaplah untuk mendapat serangan cinta dariku.”

“Terserah. Tapi, awas menipuku. Aku akan benar-benar menembak kepalamu.”

“Dengan apa? Kamu tidak punya pistol.”

“Aku sudah memilikinya dari satu bulan lalu.”

“Ah, kamu mengerikan, Baby.”

“Mau mundur? Silakan saja.”

“Tidak akan.”

“Kalau begitu, aku akan menyiapkan banyak peluru lebih dulu. Untuk berjaga.”

“Wah, sebuah peringatan. Baiklah. Siapa sangka dibalik wajah cantikmu ternyata memiliki kesenangan berbeda dari wanita kebanyakan. Aku semakin suka. Aku yakin hubungan kita akan berhasil. Karena, pria sepertiku memang membutuhkan sosok perempuan tangguh sekaligus manja.”

Sandra tertawa. Kemudian, berkata, “Semoga saja kamu tidak tersiksa karena harus setia dengan satu wanita.”

Finn tersenyum. “Terima kasih sudah mengkhawatirkanku.”

“Sama-sama.”

“Cantik.”

“Perayu ulung.”

“Ayolah, Baby. Jangan mulai.”

Tanpa keduanya sadar, gagang pintu bergerak ke bawah, lalu terbuka.

“Sandra!”

“Finn!”

Sejoli belum resmi baik menikah ataupun sebagai kekasih itu menoleh. Sandra refleks langsung melepaskan pegangan tangan Finn.

“Bunda!”

“Mami!”

Mereka berempat saling melempar pandangan.

Bloody HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang