15. Ulang Tahun

0 0 0
                                    

Sebulan berlalu, tiba saatnya ulang tahun Aya yang ke-30 tahun. Aji, dengan rencana yang sudah dipersiapkan matang, berpura-pura mengatakan bahwa ia ada perjalanan bisnis ke luar kota. Padahal, dia sudah menyiapkan kejutan spesial untuk Aya.

"Aya, aku harus memberitahumu sesuatu," kata Aji dengan raut wajah serius.

"Ada apa, Aji?" tanya Aya dengan cemas.

"Aku harus pergi ke luar kota untuk perjalanan bisnis. Mungkin aku tidak bisa kembali selama dua hari," ujar Aji.

Aya merasa sedih mendengar kabar itu. "Oh, jadi kamu tidak akan ada di sini untuk ulang tahunku?"

Aji tersenyum tipis dan mengangguk. "Maafkan aku, Aya. Tapi aku janji, kita akan merayakannya begitu aku kembali."

Aya berusaha menutupi kekecewaannya. "Baiklah, aku mengerti. Hati-hati di perjalanan, ya."

Karena tahu akan merayakan ulang tahun sendirian, Aya mengajak rekan-rekan perawat satu ruangan untuk karaoke dan makan-makan. Suara tawa dan lagu mengisi malam mereka, tetapi di sudut hati, Aya tetap merasakan kekosongan tanpa kehadiran Aji.

Pukul 8 malam, Aya baru kembali ke rumah. Saat membuka pintu, dia terkejut melihat Aji berdiri di sana, senyum lebar menghiasi wajahnya. "Aji!" teriak Aya, tak percaya. Dalam sekejap, Aya melompat ke pelukan Aji, air mata bahagia mengalir di pipinya. "Aku pikir kamu tidak akan ada di sini. Aku sangat merindukanmu."

Aji membalas pelukan itu erat, merasakan betapa hangatnya kasih sayang yang mengalir di antara mereka. "Maafkan aku, Aya. Aku tidak ingin kamu merayakan sendirian. Tapi aku juga tidak mau mengganggu malammu. Aku hanya ingin memberikan kejutan."

"Aku merasa bersalah, pulang terlambat," kata Aya dengan suara bergetar, melepaskan pelukannya. "Seharusnya aku tidak pergi."

"Tak ada yang perlu dikhawatirkan," jawab Aji lembut, menghapus air mata di pipi Aya dengan ibu jari. "Yang terpenting adalah kita bersama sekarang."

Akhirnya, mereka berdua menuju meja makan yang sudah dihias indah. Aji mengeluarkan kue ulang tahun dan bersama-sama mereka menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Setelah meniup lilin, Aji memotong kue dan menyajikannya di piring.

"Ayo, kita makan malam bersama," kata Aji dengan semangat. Dia menghidangkan potongan kue ke piring Aya, lalu mengambil satu untuk dirinya sendiri.

Setelah menyantap kue, mata Aya tertuju pada kotak kecil berbalut pita biru yang diletakkan di tengah meja. "Aji, itu apa?" tanyanya dengan rasa ingin tahu yang meluap-luap.

"Ini adalah hadiah ulang tahun untukmu," jawab Aji, senyum misterius menghiasi wajahnya. "Buka, ya."

Dengan penuh rasa penasaran, Aya membuka kotak tersebut. Saat melihat isi di dalamnya, wajahnya seketika bersinar. "Oh, Aji... ini kalung dengan liontin huruf A!" Dia tertegun, tidak percaya akan hadiah itu.

"Ya, aku ingin kamu selalu mengingat bahwa kamu adalah bagian terpenting dalam hidupku," kata Aji lembut, mengulurkan tangan untuk mengambil kalung itu. "Bolehkah aku memakaikannya?"

Dengan anggukan penuh bahagia, Aya menjawab, "Tentu, aku sangat menyukainya." Aji memakaikan kalung itu dengan lembut, merasakan kehangatan yang menyelimuti mereka.

"Kamu terlihat cantik sekali, seperti bintang yang bersinar di malam hari," kata Aji, menatapnya penuh kagum. "Aku sangat beruntung memilikimu."

Aya tersenyum, merasakan hatinya berdebar. "Terima kasih, Aji. Hadiah ini berarti banyak bagiku. Dan kehadiranmu di sini jauh lebih berharga."

Mereka berdua saling memandang, merasakan ikatan yang semakin kuat di antara mereka. Suasana di sekitar terasa hangat, seakan dunia di luar tidak ada. "Malam ini adalah yang terindah dalam hidupku," ungkap Aya tulus.

Pertemuan Tak TerdugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang