25. EXO dan Red Velvet

0 0 0
                                    

Setelah kabar bahagia kehamilan Aya, Aji dan Aya kembali melanjutkan rutinitas mereka, meskipun dengan sedikit warna baru yang ditambahkan. Suatu malam, saat mereka duduk berdua di sofa, Aya menyalakan TV dan menonton drama Korea favoritnya. Matanya berbinar saat melihat sosok Chanyeol EXO muncul di layar.

“Aji, kamu tahu tidak? Jika anak kita perempuan, aku ingin dia secantik dan sepintar Wendy Red Velvet!” seru Aya dengan semangat, tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya.

Aji mendengarnya sambil tersenyum, tetapi di dalam hatinya, dia merasa sedikit jengkel. “Oh, jadi anak kita harus mirip dengan idolamu, ya? Bagaimana dengan aku?” ujarnya sambil mengerutkan dahi.

Aya menoleh dan tertawa, “Ya, tentu saja! Jika anak kita laki-laki, aku ingin dia sekeren dan setampan Chanyeol! Bayangkan, Aji! Dia pasti akan menjadi bintang!”

Aji merasa seolah dihadapkan pada tantangan yang tidak adil. “Tunggu dulu! Harusnya anak kita mirip aku, bukan idolamu!” Dia berpura-pura cemberut, tetapi tatapan Aji menunjukkan bahwa dia sebenarnya terhibur.

“Haha, jangan cemburu, Aji. Aku hanya membayangkan yang terbaik untuk anak kita!” Aya menjelaskan sambil memeluk perutnya yang mulai membesar.

Aji menggoyangkan kepalanya, “Oke, oke. Tapi ingat, aku juga ingin anak kita mewarisi ketampanan dan kebijaksanaan dari ayahnya.”

Aya menatap Aji dengan serius, lalu berusaha menahan tawanya. “Bagaimana kalau kita buat kesepakatan? Anak kita bisa jadi mirip dengan kita berdua, dan mungkin sedikit dari idol-idolku. Bagaimana?”

Aji tertawa, “Kesepakatan yang bagus. Tapi hanya jika kita bisa menyaksikan konser mereka bersama-sama saat anak kita besar nanti!”

“Deal!” seru Aya antusias.

Saat itu, Aji teringat betapa pentingnya bagi mereka untuk terus berbagi mimpi dan harapan, terutama di tengah perjalanan kehamilan yang penuh tantangan ini. “Ngomong-ngomong, apakah kamu sudah siap untuk pemeriksaan bulan ini?”

Aya mengangguk, “Ya, aku sudah membuat janji dengan dokter. Semoga semuanya berjalan lancar.”

“Kalau begitu, kita akan pergi bersama. Dan setelah itu, kita harus memanjakan diri dengan makanan enak!” Aji menambahkan, “Seperti nasi goreng yang kamu suka itu.”

Aya memegang tangan Aji, “Terima kasih, Aji. Dukunganmu sangat berarti bagiku.”

Malam itu, mereka terus bercengkerama tentang hal-hal kecil, mengisi rumah mereka dengan tawa dan impian, meskipun ketidakpastian tentang kehamilan masih menghantui pikiran mereka.

Keesokan harinya, Aji bergegas bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan. Saat dia sedang memasak, Aya muncul dengan wajah mengantuk. “Pagi, Aji,” sapa Aya sambil menguap.

“Pagi, sayang. Aku bikin nasi goreng kesukaanmu!” Aji tersenyum.

Setelah sarapan, mereka bersiap untuk pergi ke dokter. Dalam perjalanan, Aya tiba-tiba berkata, “Aji, bisa tidak kita mampir ke tempat jual mangga muda setelah pemeriksaan? Aku tiba-tiba pengen banget!”

Aji menatap Aya, “Mangga muda? Di jam segini?”

“Ya, please! Tiba-tiba aku merasa ngidam,” ujar Aya sambil memohon.

Aji hanya bisa tertawa. “Baiklah, kita akan mampir. Tapi kamu harus ingat, kita tidak bisa mengganggu orang-orang yang sedang beraktivitas.”

“Deal!” jawab Aya ceria.

Setelah pemeriksaan selesai, mereka melanjutkan perjalanan ke tempat jual mangga muda. “Ini dia!” Aya berteriak kegirangan saat melihat kios mangga muda yang ramai.

Pertemuan Tak TerdugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang