17. Sedikit Kemajuan

34 8 0
                                    


Jangan terlalu memuji, nanti tinggi hati.

-Jomlo tersesat




Pesan Nata tempo hari bukan tanpa alasan, dia meminta aku datang ke apartemennya saat hari liburku tiba. Entah mengapa dia sedang suka sekali bereksperimen, mencoba resep ini-itu dan menjadikan aku sebagai pencicipnya. Dia jarang datang ke restonya pada pagi hari, dia sudah mempercayakan urusan dapur pada koki senior.

"Menu hari ini adalah nasi, gulai ayam kemangi, terong balado, telor cabe ijo," ucapnya sambil membawaku ke meja makan.

Aku mengerutkan kening dengan heran. "Ih, bohong. Katanya mau dibantu buat menu baru, tahunya sudah dimasak gini. Lagian ini menu rumahan, masa butuh penilaian? Ini kan chill banget buat lo, Nat." Melihat ada kemangi pada ayamya, aku langsung mengambil garpu dan menyendoknya sedikit.

"Nyokap gue ke sini tadi. Cuma sebentar sih."

Aku sangat terheran. "Nganterin ini semua?"

"Iya." Nata mengangguk dan menarik kursi untuk dia duduki. "Jadinya nggak masak, kapan-kapan aja, biar lo ke sini lagi, Mar."

Aku ikut duduk di seberangnya. "Senang banget ngerjain orang. Memang sesepi itu hidup bujang yang terkenal buas di luaran sana? Lo kan bisa manggil si ... ehm, pacar lo sekarang namanya siapa ya?" tanyaku sambil berpikir. Keseringan ganti pacar jadi lupa nama cewek yang lagi digandeng Nata.

"Geovani."

"Iya, Vani."

Nata hanya mengangkat bahu. Mungkinkah sudah bosan dengan perempuan bernama Vani itu?

"Lagi review produk apa sekarang?" tanya Nata ketika tanganku memindahkan ayam kemangi ke piring berisi nasi setengah porsi. Enak ya, datang-datang dikasih makan. Nata tahu banget kalau temannya lagi lapar, tadi pagi cuma sarapan sereal satu set karena malas keluar kamar.

Aku berdeham sebelum menjawab. "Yang lagi tren aja dan kebetulan gue punya produknya. Tahu nggak, Selly dikirimin make up dari brand baru, dia lempar ke gue. Untung banget, kan?" Kemarin, aku baru mencoba memakai kosmetik yang Selly berikan saat ia mengantarku pulang. Aku jadi lebih hemat karena tidak harus membeli produk tersebut, katanya sih lagi diincar di pasaran.

Nata mulai mengaduk nasinya.

Aku lanjut menceritakan kegiatanku belakangan ini. "Gue baca-baca di artikel gitu, sering-sering review produk yang lagi hits, terus isi konten dengan hal-hal yang update, katanya efektif buat ningkatin jumlah pengikut."

"Iya, gue juga pernah dengar. Terus kendala lo apa sekarang? Nggak ada, kan?"

"Nggak punya kamera bagus," ucapku dengan bibir manyun. "Tapi, untungnya gue beli HP canggih, makasih buat Selly yang sudah merekomendasikan HP ini, kameranya lumayan dan gambar gue nggak jelek-jelek amat."

"Selian itu?"

"Ehm," aku menatap kabinet di pantri Nata, berpikir untuk sesaat. "Oh, ada! Gue nggak bisa ngedit video. Padahal pengin banget masukin ke Instagram. Pakai aplikasi apa sih yang mudah dimengerti? Gue agak gaptek kalau soal itu, Nat. Kalau cuma bikin foto dan tulis caption, gue bisa dan nggak pernah susah. Tapi ini edit video, gue sama sekali buta."

"Video yang kayak gimana?"

"Yang kayak konten kreator beneran gitu, Nat. Yang estetik lah, ada backshound-nya, ada subtitle tiap gue lagi ngejelasin produknya."

Untungnya, Aku BertahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang