Pagi itu, Devano datang menjemput Michelle di rumah seperti biasa. Meskipun perasaan Michelle telah berubah, dia tetap naik ke mobil Devano dan mereka berangkat sekolah bersama. Sepanjang perjalanan, suasana terasa canggung. Michelle hanya diam sambil memandang keluar jendela, pikirannya tertuju pada Juan.
Setibanya di sekolah, Michelle segera menuju kelasnya. Di depan pintu kelas, Angelina, Gracia, dan Rayna sudah menunggunya.
Angelina berbisik, "Gimana nih, Michelle? Pagi-pagi udah bareng Devano lagi"
Michelle tersenyum tipis. "Nanti aku jelasin, tapi ini semua hanya masalah formalitas"
Michelle mengalihkan pandangannya dan melihat Juan yang sedang duduk di pojok kelas, sibuk menggambar sesuatu di bukunya. Ada perasaan rindu yang tak bisa diabaikan dalam hati Michelle, tetapi dia sadar situasinya tak mudah. Michelle tahu dia harus segera menyelesaikan masalahnya dengan Devano.
Bel sekolah berbunyi, menandakan dimulainya pelajaran pertama hari itu, yaitu Fisika. Guru Fisika masuk dan memberikan pengumuman tentang proyek kelompok yang akan dikerjakan di laboratorium.
"Hari ini, kita akan memulai percobaan gaya Lorentz di laboratorium. Kalian akan bekerja dalam kelompok yang saya tentukan. Hasil percobaan ini harus dikumpulkan Senin depan" ucap Buk Renia dengan nada tegas.
Guru mulai membacakan pembagian kelompok. "Kelompok 1 yang anggotanya Juan, Serina, Isabella, dan Karel"
Juan melirik ke arah Michelle sejenak, sebelum kembali fokus ke buku catatannya. Michelle berusaha tetap tenang, meskipun hatinya terasa sedikit tidak nyaman melihat Juan bersama Serina dan Isabella.
"Kelompok 2 beranggotakan Michelle, Angelina, Gracia, dan Reyna"
Michelle merasa lega bisa bersama teman-temannya, terutama karena Rayna baru bergabung di sekolah dan ini adalah kesempatan bagi mereka untuk lebih mengenalnya. Setelah pembagian kelompok selesai, semua siswa beranjak ke laboratorium.
Di sana, masing-masing kelompok mulai bekerja, mendiskusikan strategi untuk percobaan gaya Lorentz mereka.
"Jadi, kita harus bikin percobaannya hari ini, biar tinggal nyusun laporannya aja minggu depan?" tanya Angelina
"Iya, lebih baik kita beresin dulu percobaannya, nanti laporannya bisa kita bahas bareng" jawab Gracia
Reyna sedikit gugup dan berkata, "Ini percobaan pertama aku di sini, jadi tolong bantu aku ya"
Michelle tersenyum lalu berkata "Tenang aja, Reyna. Kita kerjain bareng-bareng"
Sementara itu, di kelompok Juan, Serina dan Isabella terlihat sibuk mencoba menarik perhatian Juan, tetapi dia tetap fokus pada percobaannya. Karel, yang berada di kelompok Juan, sesekali melirik Michelle dan tersenyum kecil.
Laboratorium penuh dengan suara diskusi, tawa, dan eksperimen. Michelle merasa lebih nyaman bekerja dengan teman-temannya, namun pikiran tentang Juan tetap ada di sudut hatinya.
Setelah selesai melaksanakan praktik percobaan gaya Lorentz di laboratorium, para siswa kembali ke kelas. Mereka hanya punya sedikit waktu untuk istirahat sebelum pelajaran olahraga dimulai. Udara yang sedikit sejuk karena pagi itu memberi semangat pada beberapa siswa, tetapi Michelle merasa energinya terkuras, terutama karena semua pikiran yang berkecamuk tentang Juan dan Devano.
"Siap buat olahraga?" tanya Angelina bercanda sambil menarik tangan Michelle.
"Entahlah, mungkin olahraga bisa bikin pikiranku lebih segar" jawab Michelle
Pelajaran olahraga hari itu adalah lari sprint dan beberapa permainan bola voli di lapangan luar. Semua siswa keluar dengan pakaian olahraga mereka, bersiap untuk latihan fisik. Saat Michelle dan teman-temannya berjalan menuju lapangan, dia melihat Juan di seberang lapangan, berbicara dengan beberapa temannya. Sekilas pandang mereka bertemu, tapi Juan segera memalingkan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dan Senja | Tamat
Teen FictionTakdir bekerja dengan cara yang tak terduga. Michelle tak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan seorang pria bernama Juandra Mahesa di sekolah akan mengubah hidupnya. Juandra, dengan senyum manis yang selalu ia tampilkan. Di balik sikapnya yang...