𝟐𝟗. 𝐂𝐥𝐚𝐬𝐬 𝐌𝐞𝐞𝐭𝐢𝐧𝐠

4 2 0
                                    

𝑯𝒂𝒑𝒑𝒚 𝑹𝒆𝒂𝒅𝒊𝒏𝒈

***

Setelah ujian selesai, suasana di sekolah mendadak berubah menjadi lebih santai dan penuh keceriaan. Class meeting dimulai dengan berbagai lomba olahraga, pertunjukan seni, dan kompetisi tari. Sorak sorai dan tawa terdengar di setiap sudut sekolah, membawa suasana hangat setelah minggu-minggu yang penuh tekanan.

Hari itu, Michelle dan beberapa temannya berkumpul di lapangan untuk menonton pertandingan bola basket antara kelas Juan dan kelas Devano. Sebagai dua siswa yang terkenal dengan kemampuan atletiknya, pertandingan mereka menjadi yang paling dinanti. Michelle duduk di tribun bersama Reyna, Angelina, dan Gracia.

"Kamu yakin Juan bakal menang?" tanya Reyna sambil menatap Michelle dengan senyum menggoda.

Michelle mengangguk, senyum kecil tersungging di wajahnya. "Iya, aku yakin. Juan udah latihan keras banget buat ini. Lagian, dia kan memang jago basket."

Angelina tertawa kecil. "Tapi Devano juga enggak kalah, lho. Dia sering ikut turnamen juga, kan?"

"Benar juga. Tapi aku tetap yakin Juan bakal kasih yang terbaik hari ini," kata Michelle dengan nada percaya diri.

Pertandingan dimulai, dan sorakan dari teman-teman sekelas mereka langsung memenuhi lapangan. Juan dan Devano berdiri di tengah lapangan, siap untuk menghadapi satu sama lain. Mereka saling menatap dengan ekspresi penuh semangat dan sedikit kompetitif.

"Semoga beruntung, Juan," ujar Devano sambil tersenyum.

"Kamu juga. Ayo kita tunjukkan permainan yang bagus," balas Juan, menepuk pundak Devano dengan sportivitas.

Ketika peluit dibunyikan, keduanya langsung bergerak lincah di lapangan. Juan dengan cepat menggiring bola, menghindari penjagaan dari lawan-lawannya. Devano tidak kalah gesit, mencoba merebut bola dan menunjukkan kemampuan terbaiknya. Pertandingan berlangsung sengit, dan setiap poin yang didapat disambut sorakan dari penonton.

"Ayo, Juan! Kamu bisa!" teriak Michelle, tanpa sadar bangkit dari tempat duduknya.

Reyna tertawa sambil menarik Michelle duduk kembali. "Santai, Michelle. Kamu kelihatan semangat banget!"

Michelle tersipu malu. "Maaf, aku enggak bisa menahan diri. Rasanya ikut deg-degan ngeliat dia main"

Angelina menambahkan, "Lihat tuh, Michelle, dia sering banget liat ke arah kamu setiap kali nge-shoot"

Michelle menoleh ke arah lapangan, dan benar saja, setelah berhasil memasukkan bola ke ring, Juan sempat melirik ke arahnya dan tersenyum tipis. Michelle merasakan pipinya memanas.

"Juan hebat banget!" seru Gracia. "Aku jadi makin yakin tim mereka bakal menang"

Pertandingan terus berlangsung dengan ketat. Devano berhasil mencetak beberapa poin penting untuk timnya, membuat skor hampir seimbang. Kini, hanya ada beberapa detik tersisa di babak terakhir, dan tim Juan masih tertinggal satu poin.

Juan mendapatkan bola dan langsung berlari ke arah ring lawan, dihadang oleh Devano yang menjaga ketat. Teman-teman mereka semua menahan napas, menanti detik-detik terakhir pertandingan.

"Ayo, Juan! Kamu pasti bisa!" Michelle berseru penuh harap.

Juan melompat tinggi dan melemparkan bola ke arah ring, tepat saat waktu habis. Bola meluncur sempurna, melewati ring dan masuk dengan mulus. Seluruh tim Juan dan penonton bersorak kegirangan, sementara Devano tersenyum penuh sportivitas.

"Selamat, Juan!" seru Devano sambil menyalami Juan. "Itu tembakan yang keren banget"

"Thanks, bro. Kamu juga main bagus banget," balas Juan sambil tersenyum puas.

Kita dan Senja | TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang