𝟐𝟓. 𝐓𝐨 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐚𝐧𝐝 𝐑𝐞𝐥𝐞𝐚𝐬𝐞

4 3 0
                                    

𝑯𝒂𝒑𝒑𝒚 𝑹𝒆𝒂𝒅𝒊𝒏𝒈



"Aku rela melihatmu bahagia di sampingnya, meskipun itu berarti aku harus melepaskan harapanku sendiri"

***

Setelah pelajaran Sejarah berakhir, Guru Bahasa Inggris masuk ke kelas Michelle, membawa setumpuk kertas di tangannya. Suasana kelas yang semula riuh langsung tenang saat guru tersebut melangkah ke depan dan meletakkan kertas-kertas itu di mejanya.

"Selamat siang, anak-anak. Hari ini kita akan membahas tentang application letter atau surat lamaran kerja," katanya sambil menatap seluruh kelas dengan senyuman ramah.

Michelle dan teman-temannya saling bertukar pandang, ada yang tampak antusias, ada juga yang terlihat sedikit bingung. Ini topik yang baru bagi mereka.

"Application letter ini penting, terutama nanti saat kalian melanjutkan studi atau melamar pekerjaan. Jadi, perhatikan baik-baik," lanjut guru tersebut.

Guru mulai menjelaskan struktur dan elemen penting dari surat lamaran, seperti alamat, tujuan surat, dan bagaimana menulis kalimat pembuka yang baik. Michelle menyalin setiap poin dengan teliti, berusaha memahami agar tidak ketinggalan.

Ketika penjelasan selesai, Guru Bahasa Inggris membagikan contoh surat lamaran yang sudah dipersiapkannya. "Saya ingin kalian baca dan pelajari contoh ini. Setelah itu, buatlah surat lamaran singkat untuk pekerjaan impian kalian, dan jangan lupa jelaskan mengapa kalian cocok untuk posisi tersebut"

Michelle mulai membayangkan pekerjaan yang diimpikannya, merasa sedikit gugup tapi juga bersemangat dengan tantangan tersebut. Ia melihat teman-temannya juga mulai sibuk menulis.

Di sampingnya, Angelina berbisik, "Michelle, kamu mau melamar pekerjaan apa?"

Michelle tersenyum tipis. "Mungkin sesuatu yang berhubungan dengan jalan jalan. Aku suka banget dunia globetrotter"

Angelina mengangguk setuju. "Wah, pasti keren kalau kamu jadi Tour Guide"

Mereka melanjutkan tugas dengan penuh semangat, masing-masing membayangkan masa depan mereka. Di akhir kelas, Guru Bahasa Inggris mengumpulkan surat-surat mereka dan berjanji akan memberikan feedback pada pertemuan berikutnya.

Bel istirahat berbunyi, dan para siswa segera keluar dari kelas menuju kantin. Michelle tersenyum kecil saat merasakan genggaman tangan Juan di tangannya. Sejak mereka resmi berpacaran, kebersamaan mereka menjadi lebih berarti, dan setiap momen terasa lebih hangat.

"Lagi senyum-senyum, ya?" goda Angelina yang berjalan di samping mereka, melirik tangan mereka yang bergandengan.

Michelle tertawa pelan dan menggenggam tangan Juan sedikit lebih erat. "Biasa aja, ah," jawabnya sambil tersenyum malu-malu.

Juan hanya tersenyum tanpa berkata apa-apa, namun ekspresi bahagia terlihat jelas di wajahnya. Mereka berjalan berdampingan menuju kantin, menarik perhatian beberapa teman mereka yang tak bisa menahan senyum melihat kedekatan mereka.

Sesampainya di kantin, mereka memilih tempat duduk dekat jendela. "Mau makan apa, Chel?" tanya Juan dengan suara lembut.

"Hmm, nasi goreng kayaknya enak, deh. Kamu mau apa?" balas Michelle sambil melepaskan genggaman tangannya.

"Nasi goreng juga, biar barengan," jawab Juan sambil tersenyum.

Sementara mereka menunggu pesanan datang, Michelle berbincang dengan Angelina dan Gracia yang sudah bergabung di meja mereka. Mereka membicarakan gosip terbaru dan bercanda tentang kelas-kelas yang mereka ikuti hari itu.

Kita dan Senja | TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang