Malam itu Kimberly baru saja meninggalkan area kantor. Dia kembali sibuk dengan banyaknya pekerjaan, seharusnya pengacara di perusahaan besar seperti ini memiliki asisten atau sekretaris minimal. Tetapi entah bagaimana pemikiran atasannya itu. Kimberly sama sekali tidak diberikan asisten atau sekretaris.
"Apa perusahaan sebesar ini akan rugi kalau menambah satu pegawai di divisi firma hukumnya?" gerutu Kimberly mengusap tengkuknya yang terasa pegal sekali.
"Pria kutub itu benar-benar menyiksaku," gerutunya.
Ting
Pintu lift terbuka lebar, Kimberly membawa langkahnya keluar dari ruang persegi itu. Dia berjalan menuju lobby gedung karena tadi Richard menghubunginya kalau dia sudah menunggunya di depan sana.
Wanita itu berjalan keluar dari lobby dan benar saja terlihat sebuah mobil SUV terparkir tidak jauh dari lobby. Kimberly berjalan mendekati mobil dan menaikinya. Di saat bersamaan sebuah mobil sport mewah baru saja melewati Kimberly yang menaiki mobil. Sang empu di mobil sport itu melihat ke arah Kimberly menaiki mobil seorang pria. Entah kenapa ada rasa kesal di hati pria yang ada di dalam mobil sport itu melihat wanita itu menaiki mobil pria lain.
Pria yang ada di dalam mobil sport adalah Danial. Sebenarnya pria itu merasa bingung sendiri, ini pertama kalinya Danial merasakan perasaan seperti ini pada wanita asing yang bahkan tidak menarik perhatiannya. Hanya saja tatapan matanya itu selalu membuat jantungnya terasa sakit. Dan ada rasa kesal melihat wanita itu berdekatan dengan pria lain. Danial sendiri tidak memahami perasaan yang dia rasakan.
"Anda baik-baik saja, Tuan?" tanya sopir pribadi Danial saat melihat pria itu menghela nafas panjang.
"Ya," jawab Danial memandang ke balik jendela mobil.
***
Di dalam mobil Richard, Kimberly melihat keluar jendela mobil. Tadi dia melihat mobil Danial melewat, terkadang ada rasa yang sulit dia ungkapkan di dalam hatinya. Rasa sakit yang tidak bisa dia jabarkan, rasa rindu yang juga tidak dia pahami.
"Ada apa?" tanya Richard.
"Tidak ada. Kamu tumben menjemputku?" tanya Kimberly.
"Kenapa? Apa tunanganmu tidak boleh menjemputmu?" tanya Richard.
"Tentu saja boleh. Hanya sedikit tidak terbiasa saja, biasanya aku selalu pulang sendiri," jawab Kimberly.
"Oh begitu ya. Sebentar lagi kita akan menikah. Aku hanya tidak mau merasa asing saat kita menikah nanti karena terpisah terlalu lama," ucap Richard.
Masuk akal juga perkataan Richard pikir Kimberly. Setelah menempuh perjalanan sekitar 15 menit, mereka sampai di depan halaman rumah Kimberly.
"Mau masuk dulu?" ajak Kimberly.
"Lain kali saja," ucap Richard.
"Baiklah kalau begitu, aku masuk dulu. Terima kasih karena sudah menjemputku," ucap Kimberly beranjak hendak menuruni mobil.
"Tunggu Kim." Richard memegang lengan Kimberly membuat wanita itu menoleh ke arah Richard.
"Ada apa?"
"Tidakkah ingin memberikanku tanda selamat malam," ucap Richard.
"Hmm... maksudmu apa?" tanya Kimberly mengernyitkan dahinya bingung.
"Ini-" Kimberly langsung memalingkan wajahnya saat Richard mendekatkan wajahnya untuk mencium bibir Kimberly.
"Kenapa?" tanya Richard terlihat tidak suka melihat Kimberly memalingkan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Wanita Pengganti
RomanceDanial memiliki kisah masalalu yang begitu kelam. Dimana dia mendapatkan pengkhianatan terpahit dari wanita yang begitu dia cintai. Selama lima tahun Danial harus menderita dengan mimpi buruk dan rasa sakit yang tidak pernah sembuh. Luka tusukan yan...