"Bella, hentikan semua ini!" ucap Danial melindungi tubuh Bella dari serangan orang-orang yang ada di sekitar mereka.
"Terlambat. Aku tidak bisa berhenti sekarang." Bella menatap Danial dengan tatapan nanar. "Maafkan aku Danial. Aku mencintaimu."
Bles
Danial membeku di tempatnya saat Arabella menusukkan pisau belati tepat di dada kiri Danial.
Kedua mata Danial memerah menahan rasa sakit dan keterkejutannya. Tatapannya terus tertuju pada mata jernih milik wanita di depannya. Yang sudah berurai air mata.
Kenapa?
Itulah yang terus terngiang dalam pikiran Danial. Sampai tubuhnya mulai oleng.
"Danial!" teriak Marcel.
"Sial. Bunuh wanita itu!" Kali ini Devan yang memberikan perintah.
"Pergi!" ucap Danial sekuat tenaga menahan rasa sakitnya. Hingga akhirpun Danial masih melindungi wanita itu.
Arabella tak bisa terus berada di sana. Dia pun berjalan mundur dan berlari meninggalkan Danial yang kini ambruk ke tanah dengan bertompang kedua lututnya. Bersamaan dengan air mata yang luruh membasahi pipinya.
Byur
Danial melihat Arabella meloncat dari atas tebing ke lautan.
"Danial!"
Semua teman-temannya mengelilingi tubuh Danial yang kini ambruk ke tanah dan kehilangan kesadarannya.
Huft...
Danial terbangun dengan tubuh penuh keringat. Dia menatap sekeliling dimana kini dia berada di dalam kamarnya. Dia menghembuskan nafasnya kasar seraya mengusap wajahnya dengan gusar. Sudah lima tahun berlalu, dan mimpi itu terus saja menghantui dirinya. Selama lima tahun lamanya, Danial tidak pernah bisa tidur dengan nyenyak, rasa sakit, marah, gelisah sekaligus rasa rindu mendalam selalu menghantuinya. Dia bisa tertidur dengan bantuan obat tidur, setidaknya dia tidak akan menjadi zombie seperti lima tahun lalu dimana selama satu bulan dia sama sekali tidak tidur.
Danial melihat jam digital yang tersimpan di meja nakas dimana sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Dia pun bergegas beranjak dari atas ranjang dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Danial melepaskan semua pakaiannya, dia menatap pantulan dirinya di cermin. Luka tusukan itu masih membekas jelas di dada kirinya. Kejadian naas yang hampir merengut nyawanya. Danial memejamkan matanya dan membiarkan tubuh kekarnya di guyur air shower yang dingin dan menusuk ke kulitnya.
***
Di suatu ruangan terlihat seorang wanita cantik memakai setelan jas formal dengan celana panjang menutupi kaki jenjangnya. Wanita itu terlihat tengah bertanya pada seorang wanita yang duduk di kursi saksi. Ruangan itu adalah ruang sidang, dimana banyak orang sebagai tamu, terdapat hakim dan antek-anteknya, para jaksa penuntut umum, tersangka dan juga saksi.
"Saya sudah selesai bertanya, yang mulia," ucap wanita cantik itu seraya kembali ke tempat duduknya berdampingan dengan tersangka.
"Anda boleh kembali, Nyonya Amelia," seru Hakim pada saksi. Wanita itu pun beranjak dari duduknya dan berlalu pergi.
"Kami akan berunding untuk mengambil keputusan," ucap Hakim.
----
"Setelah kami berunding. Melihat semua bukti yang ada juga saksi, kami menyatakan bahwa Tuan Peter tidak bersalah dalam kasus ini. Maka dari itu pengadilan memutuskan Tuan Peter dinyatakan bebas dari semua tuduhan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Wanita Pengganti
RomanceDanial memiliki kisah masalalu yang begitu kelam. Dimana dia mendapatkan pengkhianatan terpahit dari wanita yang begitu dia cintai. Selama lima tahun Danial harus menderita dengan mimpi buruk dan rasa sakit yang tidak pernah sembuh. Luka tusukan yan...