Bab 7

38 9 0
                                    

Saat ini Kimberly bersama dengan Sheryl dan Ertan sudah ada di tempat pacuan kuda. Kimberly sudah memakai safety untuk naik kuda. Dia menarik kuda berwarna cokelat besar dengan rambut kuda yang hitam dan lebat. Kuda itu bernama Shetland, kuda itu berasal dari Arab. Kuda Arab adalah salah satu ras kuda tertua. Sesuai dengan namanya, kuda ini berasal dari Semenanjung Arab. Tingginya adalah 145-155 cm dengan berat 360-450 kg. Warnanya bervariasi dari hitam, putih, cokelat dan abu-abu.

Kuda ini disebut 'berdarah panas' karena cocok dibiakkan untuk kecepatan. Berkat daya tahan dan staminanya, kuda ini cocok untuk dilombakan. Kuda Arab sudah hidup berabad-abad dengan manusia, sehingga mereka menjadi hewan yang peka dan cerdas dalam berkomunikasi dengan penunggangnya.

"Shetland, aku sudah kangen padamu," ucap Kimberly mengusap wajah kuda itu dan memeluknya.

"Kim, kita udah siap," ucap Sherryl membuat Kimberly menoleh ke sumber suara dan benar saja, Sherryl dan Ertan sudah menaiki kuda masing-masing.

Kimberly langsung menaiki kudanya. Mereka bertiga pun melakukan balapan ringan di area balapan kuda yang ada disana.

"Kau selalu kerena, Shetland." Kimberly mengusap lembut leher kuda itu yang terlihat senang di perlakukan seperti itu oleh Kimberly.

***

"Kau datang?" seru Devan saat melihat Danial sudah berada di depan rumahnya.

"Aku datang untuk menjemput Rain. Suruh dia keluar," ucap Danial.

"Dia sedang bersama Dilbara, dia sepertinya akan tidur disini."

"Tidak bisa. Dia harus pulang," ucap Danial.

"Ayolah Dan, jangan sekaku itu. Kasihan Rain, dia kesepihan di mansionmu sendiri. Kau terlalu sibuk dengan pekerjaanmu, bahkan melupakan adikmu. Biarkan dia disini, lagipula ada Dilbara, mereka sepertinya juga sudah tertidur."

Danial hanya bisa terdiam.

"Ngomong-ngomong si Marcel mengajak kita bertemu di tempat biasa. Kau sebaiknya ikut denganku dan pergi kesana," ucap Devan.

"Kau saja yang pergi, aku sedang malas."

"Ayolah Dan, kau sering menolak dan menyiksa dirimu dengan bekerja dan bekerja. Lama-lama kau akan tua karena pekerjaan," seru Devan.

"Aku memang sudah tua, puas."

"Kasihan sekali masa tua tanpa bisa melampiaskan hasratmu," gurau Devan membuat Danial mendelik kesal.

"Sudah cepat naik ke dalam mobil. Biar aku yang menyetir. Kita temui Marcel dan asisten kesayanganmu Dimitri."

Danial pun menurut dan menaiki mobil di jok penumpang, sedangkan Devan menempati duduk di jok sopir. Dia pun mulai menginjak gas mobil dan meninggalkan kediaman Ansel Emmanuel.

Sesampainya di restoran itu, mereka berdua menuruni mobildan berjalan masuk ke dalam lift.

Saat memasuki area restoran, semua pasang mata tertuju pada Danial dan Devan, terlebih Danial yang menjadi idola kaum hawa.

Mendengar keributan itu, seorang wanita melihat yang menjadi pusat keributan itu hingga tatapannya bertemu dengan tatapan tajam milik pria kutub.

Wanita itu adalah Kimberly yang sedang melakukan makan malam bersama dengan Richard. Tatapan Danial pun tak teralihkan dari Kimberly dan pria di depan wanita itu.

Kimberly merasa tatapan Danial begitu tajam dan terlihat kesal padanya. Kimberly bingung antara harus menyapanya atau tidak. Tetapi tatapan Danial membuatnya tidak nyaman, seperti seorang kekasih yang kepergok berselingkuh.

Bukan Wanita PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang