Sebuah kepala hinggap di ketiak Iril, posisinya yang saat ini sedang memangku kepala dengan tangan kanan hingga ketiaknya terekspos, membuatnya kegelian. Tontonannya buyar seketika, kini pandangannya fokus ke kepala Kia yang secara bertahap merosot turun ke pangkuannya. Meninggalkan aroma sampo yang menguar dari rambutnya, memanjakan hidung Iril.
Iril mengerjap, dilihatnya Kia yang kini terlelap di pangkuannya, membuat ia menelan ludah susah payah. Bagaimana tidak? Waktu kepalanya merosot, perempuan itu secara tak sengaja menyenggol sesuatu di bawah sana, memberikan sensasi geli pada si pemilik. Hingga secara otomatis, Iril menurunkan kaki kiri yang tadinya berada di sofa untuk dirapatkan ke kaki satunya. Kemudian, secara perlahan ia angkat kepala Kia untuk memundurkan duduknya lebih ke belakang. Demi keselamatan bersama.
Dengkuran halus perlahan terdengar dari mulut Kia, membuat ide jahil muncul di kepala Iril. Diulurkannya satu tangan untuk menutup hidung Kia selama beberapa detik. Saat dilihatnya Kia mulai kewalahan, Iril membebaskan hidungnya, namun hal itu tidak lama, ia akan mengulurkan lagi tangannya untuk melakukan hal yang sama, dan akan melepaskannya lagi saat Kia mulai membuka mulutnya. Begitu seterusnya hingga Kia mulai menggumamkan sesuatu yang tidak jelas.
Setelah puas dengan aksi jahil-nya dan tontonannya kini sudah tak menarik perhatian lagi, Iril pun mengangkat Kia menuju kamar. Sebelum keluar, ia sempatkan memperhatikan wajah Kia yang terlihat begitu damai dalam tidurnya. Ditopangnya dagu sambil matanya menatap dengan intens. Salah satu tangannya bergerak mengusap rambut Kia yang terasa lembut di sentuhannya. Senyuman terbit di wajah Iril tatkala gumaman kecil meluncur dari bibir perempuan itu. Disentuhnya mulut Kia yang sedikit terbuka, membuat ia secara tak sadar menjilat bibirnya sendiri.
Melihat pemandangan itu, jakun Iril naik turun, tatapannya penuh percikan membara, seakan menyimpan niat licik yang siap dia laksanakan kapan saja.
Jujur saja, Iril tak menduga jika keponakannya ini akan semakin menarik minatnya. Padahal, dulu, Kia hanya anak kecil di matanya. Tapi entah sejak kapan, Iril sudah tak memandang Kia sebagai bocah lagi, melainkan wanita dewasa yang memiliki sejuta pesona.
Pertemuan awal mereka kemarin membangkitkan ketertarikan Iril yang sempat terkubur. Muka bantal yang terlihat begitu polos namun menggemaskan, siapa yang tidak tahan untuk menyentuhnya.
Perlahan, ia menunduk dan mengecup bibir Kia dengan singkat. Matanya kemudian memandangi leher Kia yang memerah akibat gigitan nyamuk. Berpikir sejanak, senyuman manis terbit di bibir Iril. Kepalanya mendekat ke leher Kia, di lokasi gigitan nyamuk itu, ia mencium hingga memberikan jilatan kecil di sana.
Usai dengan aksi tidak senonohnya, ia berbisik, "Good night!"
***
Iril itu mesum, dirinya tentu menyadari hal itu. Jika sedang menyukai seseorang, kontrol akan dirinya sangatlah buruk. Dia akan selalu mendempetkan badannya ke objek yang disukainya, dan suka sekali mencari-cari alasan untuk menyentuh orang yang dia sukai. Masalahnya, orang yang dia sukai itu, kini serumah dengannya.
Persoalan terbesarnya, seminggu setelah ia berada di rumah ini, Maya, mama Kia, akan pergi ke Kalimantan selama dua bulan. Katanya, untuk menemui suaminya tercinta yang sedang dilanda rindu. Sebagai gantinya, dia malah diamanahi untuk menjaga Kia. Yakali dijaga, saat ini saja, kepalanya sudah memiliki berbagai pemikiran kotor yang tak bisa ia cegah kemunculannya. Keberadaan Maya di rumah ini saja tak menghentikan aksi jahil Iril kepada Kia, bagaimana nanti jika Maya benar-benar pergi dan hanya meninggalkan mereka berdua?
Jujur saja, Iril tak yakin dengan pertahanannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Him? Big NO!!!
Любовные романы- Berbagi atap dengan sepupu mamanya yang hanya terpaut lima tahun mungkin terdengar biasa saja, tapi tidak bagi Kia. Kedatangan Iril, paman muda yang dulu sering mengomentari hidupnya dengan nyinyir, kini membawa kegelisahan baru. Bukan hanya karen...