Bab 11

6.8K 1.2K 123
                                    

"Kamu betah di sini?" tanya Leo tanpa memberi jawaban dari pertanyaan Bitha sebelumnya.

Kepala Bitha otomatis mengangguk.

"Dia...." Leo diam sebentar, memastikan Galen belum kembali. "Baik kan sama kamu?" tanyanya dengan suara pelan.

Lagi-lagi Bitha mengangguk.

"Beneran kan, Bit?" tanya Leo, meneliti wajah Bitha, mencari kebohongan di sana.

Bitha tertawa pelan. "Mas tenang aja deh," ucapnya menenangkan Leo yang tampak tidak yakin. "Walaupun wajah Mas Galen kelihatan seram dan galak, tapi sebenarnya hatinya baik kok. Tiap hari Mas Galen masak buat aku. Terus, aku belajar masak juga dari Mas Galen."

"Kamu? Belajar masak?" Ada nada terkejut dalam suara Leo. "Beneran bisa?"

Bitha mengangguk kuat. "Emang bantu yang gampang aja sih. Kayak cuci beras, cuci sayuran, potong-potong juga."

"Kamu pegang pisau?!" sela Leo menaikkan nada suaranya.

"Kenapa? Kayak nggak mungkin, ya?"

"Iyalah!" seru Leo cepat. "Kerjaanmu kalo di rumah cuma teriak-teriak aja ke Bibi. Agak mustahil kamu masuk dapur buat masak. Bahkan bikin ramyeon instan aja, kamu minta tolong ke Bibi," lanjutnya.

Bitha meringis, merasa malu dengan kelakuannya sendiri. Padahal apa yang dibilang Leo semuanya benar. "Tuh, lihat jariku. Waktu itu kena pisau sampai berdarah. Ini bukti kalo aku beneran masak," ucapnya sambil menunjukkan jarinya.

Leo memperhatikan jari Bitha. Tidak ada luka apa pun di sana. "Mana? Nggak ada apa kok."

Bitha berdecak kesal. "Iyalah, lukanya udah sembuh. Kan kena pisaunya udah dari beberapa hari yang lalu. Lagian udah diobatin juga sama Mas Galen."

Leo manggut-manggut ketika mendengar penjelasan Bitha.

"Kak Leo tiba-tiba ke sini nggak nyuruh aku pulang, kan?"

Leo mengerutkan kening, tampak heran dengan pertanyaan Adiknya. "Emang kamu nggak mau pulang?" balasnya bertanya.

Bitha seketika terdiam, tidak langsung memberi jawaban. Ia menekuri jari-jarinya yang ada di pangkuan. "Aku mau pulang, tapi Mami bilang masalahnya belum seratus persen selesai," sahutnya. Terus, aku juga masih betah banget tinggal di sini. Nggak ikhlas aja kalo tiba-tiba disuruh pulang," lanjutnya memberi alasan.

"Kamu suka ya sama si Galen?" tanya Leo dengan tatapan menyipit curiga.

"Aku? Suka sama Mas Galen?" Kemudian Bitha tertawa keras. "Nggak mungkinlah. Aku aja belum ada satu bulan di sini, nggak mungkin tiba-tiba aku suka sama Mas Galen."

Leo mengedikkan bahunya. Kemudian ia mendekatkan bibirnya ke telinga Bitha. "Kamu kan suka goblok masalah percintaan. Dibaikin dikit, hatimu langsung mleyot."

Bitha cemberut. Tangannya refleks memukul lengan Leo keras.

Kemudian percakapan Bitha dan Leo terhenti sejenak karena Bi Umah mengantarkan tiga gelas minuman beserta dengan beberapa toples kue kering.

"Mas Galen mana, Bi?" tanya Bitha.

"Tadi kayaknya lagi ke kamar mandi, Mbak."

"Oh, makasih ya Bi."

"Sama-sama, Mbak."

Setelah kepergian Bi Umah, Bitha kembali menatap Leo. "Jadi, sebenarnya Mas Leo ngapain ke sini?" tanya Bitha sekali lagi karena sebelumnya ia belum mendapat jawaban.

"Bawain barang titipan Mami, Papi sama Kak Evan buat kamu."

"Oh ya?" tanya Bitha antusias.

"Kamu beneran bilang ke Mami minta dibawai seterika uap?"

Bitha for the BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang