SEMBILAN

215 5 2
                                    

Singkat cerita Byan pergi duluan menuju kelas, karena ia tidak ingin orang lain tau jika dirinya berinteraksi dengan ku... Lalu setelahnya aku menyusul, di dalam kelas Byan pun juga berpura-pura tidak terjadi apa apa, ia bersikap dingin kembali.

"Uy Sen" Sapa Edo dari mejanya.

Seisi kelas tampak melihat diriku sambil berbisik-bisik, aku tidak tau apa yang terjadi tapi rasanya mereka semua memperhatikan diriku dan Byan.

Edo pun menghampiri ku dan berbisik padaku tentang hal yang sangat penting.

"Kamu sama Byan diminta untuk ke ruang BK" Bisik Edo.

"Tolong kasih tau ke Byan juga ya, pokoknya tenang aja bro di hadapan kepala sekolah" Bisiknya lagi.

Aku mulai merasa ngga enak, ada yang ngga beres...ke ruangan BK? Itu adalah masalah pertama ku di sekolah ini, dan harus berhadapan dengan kepala sekolah.

Aku pun menepuk pelan pundak Byan dan memberitahu hal ini padanya, ia hanya mengangguk dan lanjut tidur.

"Aku sudah tau" Ucap Byan.

Saat bel istirahat aku dan Byan pergi ke ruang BK, dan benar saja di sana ada kepala sekolah, sepertinya ada masalah serius.

"Byan, Sean silahkan duduk" Ucap kepala sekolah.

"Santai saja silahkan duduk"

Aku bersikap formal di depan kepala sekolah, menjaga cara duduk dan menghadap ke kepala sekolah ketika berbicara, berbeda dengan Byan yang justru malah duduk sambil mengangkat kakinya di sofa, serta tangannya yang di silang sambil menunduk.

"Huuhhh hufftt" Kepala sekolah menghela nafas.

"Saya mendengar kabar dari salah satu murid yang mengadu ke saya, kalau kalian pergi ke halaman belakang, benar itu nak?" Tanya kepala sekolah.

"Pah, ayolah aku ini sudah sering kesana, kenapa harus di permasalahin lagi sih?" Ucap Byan tiba tiba.

"Pah?" Batinku heran.

Kepala sekolah tersenyum dan melirik ke arah ku serta Byan, ada hubungan apa antara Byan dan kepala sekolah?

"Byan ini anak saya, dia anak terakhir jadi sifatnya memang ke kanak kanakan sih hahaha" Ucap kepala sekolah yang mulai berbicara secara santai.

"Apa sih pah, langsung aja kenapa manggil kita kesini?" Ucap Byan mulai kesal.

"Byan anaknya kepala sekolah... What the... Kenapa semua murid ngga tau" Batinku.

"O-Ouhh gitu pak, Sa-Saya baru tau kalo Byan anaknya bapak" Ucap ku.

"Memang, memang saya rahasiakan soal ini... Karena Byan sendiri yang minta buat di rahasiain ke murid lain, jadi saya minta ke kamu untuk rahasiain juga ya hahaha" Ucap kepala sekolah.

"I-Iyaa pak" Ucapku yang masih tidak percaya.

Byan menunduk kembali, auranya lagi lagi sangat mencekam... Kepala sekolah lalu menjelaskan tujuanya memanggil ku dan juga Byan.

"Saya cuma mau kasih tau, agar lebih berhati-hati kalau ingin main ke halaman belakang, karena bisa saja ada murid lain yang melihat gitu, tujuan sebenarnya saya melarang orang lain pergi ke halaman belakang selain Byan karena untuk mencegah orang orang mengambil dan memakan buah dari pohon besar" Ucap kepala sekolah.

*glek

"Aku baru saja makan buah itu semalam, rupanya itu buah terlarang... Duh gimana iniii" Batin ku mulai khawatir.

Byan melihat diriku yang panik serta kepala sekolah yang terus menjelaskan tentang pohon itu, kondisi ini sangat membuatku tertekan.

"Kamu kenapa?" Tanya Byan padaku.

"Ng-Ngga papa ngga papa, cuma kepanasan aja, iyaa kepanasan... Disini panas banget huftt" Ucapku sambil nyengir ngga jelas.

"Jadi sebenarnya Byan pernah makan buah itu dulu, dan dia sekarang adalah wa-" Ucap kepala sekolah yang langsung di potong oleh Byan.

"CUKUPPP!!"

BUAH TRANSFORMASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang