Chapter 5 : Akan dimulai

145 21 13
                                    

Jafi mengantungi tangannya ke saku saat melangkah membelakangiku. Dia berjalan menuju kaca jendela yang luas dan sosoknya berdiri di sana memindai pemandangan.

Mengingat kata "Bermain" membuatku merasa gelisah. Karena momen-momen kritis ketika awal bertemu dengannya adalah momen yang paling berkesan, yang mana itu berkaitan dengan permainan hidup dan mati.

"Aku tidak mengerti tentang apa permainan ini dan apa tujuannya?" tanyaku. Dia berbalik setengah badan kemudian benar-benar berbalik. Menghadapku.

Dia bilang, "Ini akan menyenangkanmu," katanya.

Menyenangkan katanya? "Menyenangkan dalam hal apa?"

"Dalam hal-hal yang menguntungkan. Baik untukmu dan untukku. Akan kuperjelas satu hal, ketertarikanmu padaku membuatmu bertindak mengawasiku secara diam-diam. Kau merasakan getaran seksual, gelombang keingintahuan yang musti dituntaskan."

Aku pernah bertemu orang yang begitu yakin dengan pendapatnya sendiri. Ialah ayahku. Persis seperti Jafi.

Ucapannya membuat momen-momen mengawasinya melalui corong binocularku selama berhari-hari semakin jelas. Tidak ada hal sekuat ini. Dan tidak ada dorongan sebesar ini sehingga mengawasinya adalah hal yang paling mendebarkan. Ketika aku membuka tirai jendelaku, ketika aku memikirkan apa kira-kira yang aku lihat selanjutnya pada rumah itu. Dan pada apa yang dia lakukan.

Hal tersebut membuatku malu pada diriku sendiri. Dan dia mengatakan hal yang benar. Tapi aku terlalu malu mengatakannya. Karena, ini terlalu cepat. Bayangkan saja, momen ketertarikan pada seseorang adalah tahap awalnya di antara beberapa tahapan.

Kemungkinan besar setelah tahapan itu, momen lain akan terjadi. Seperti perkenalan, pendekatan, dan relasi seksual. Tapi, Jafi melampauinya. Seperti aku melompati anak tangga pertama ke anak tangga ke sepuluh.

Apa aku senang orang yang membuatku tertarik dapat sefrontal ini? Tidak. Aku adalah tipe yang harus melalui segala tahapan satu demi satu.

Namun akan selalu ada hal yang bertentangan dengan diri setiap manusia.

Salah satunya adalah bahwa aku ingin mencobanya. Permainan yang dia katakan dan apa makna bermain yang dia maksud.

"Katakan padaku apa yang kau maksud."

Dia berbinar seperti seorang anak kecil yang permintaannya dipenuhi. Gerakannya cepat menghampiriku dan duduk di depanku seperti yang sebelumnya.

"Kau boleh menyebutnya sebagai pelepas penat. Setiap minggu, aku akan memberitahumu permainan yang akan kita mainkan bersama."

"Oke? Lalu?"

Dia mengetuk-ngetukkan sebelah kaki berbalut sepatu pentofelnya dengan tatapan yang sulit diartikan sebelum dia berdiri.

"Tunggu sebentar."

Aku mengawasi pergerakannya yang pergi menuju ruangan lain di ruangan ini. Kemudian datang lagi membawa finger bite yang pernah kulihat waktu itu.

"Kemarilah, ini sangat mudah," katanya saat dia duduk di kursi yang saling berhadapan dan meja kecil di tengah-tengah. Di dekat jendela ada sofabed berwarna cokelat. Di mejanya terdapat toples kaca berisi bola-bola yang ditengahnya diselipkan kertas-kertas. Bentuknya seperti undian. Dan aku tahu permainan ini.

CEO bermain bersama karyawan di hari pertama dia bekerja. Wow!

"Jika dia menggigitmu maka kau harus mengambil salah satu bola dari toples dan melakukan apa yang diinstruksikan. Mudah saja, mengerti?"

Aku mengangguk tanpa mampu mengalihkan diri dari matanya. Seperti seseorang yang tersedot.

"Oke. Kau boleh coba."

THE DEVIL SEDUCTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang