Chapter 10 : Rahasia yang diceritakan

72 21 0
                                    

boleh minta 30 vote untuk update chapter berikutnya ga? :)

Pernahkah kau terjebak dalam situasi aneh dan sulit dijelaskan? Aku pernah. Dan sekarang sedang terjadi padaku.

Dalam situasi rasional, semua orang akan menganggapku gila, tidak waras, murahan karena bermalam bersama seorang pria tanpa status yang pasti. Dia Jafi. Jafi Mortimer. Seorang aristokrat pemegang perusahaan Galvanize yang sudah berdiri lama dan paling dikenal di Seattle. Tapi tidak ada yang tahu pasti dia siapa, seakan keberadaannya selama ini tidak perlu diberitahu ke semua orang.

Dan aku. Di sini. Bersamanya. Di tempat tidur king size di sebuah apartemen mewah kawasan tengah kota Seattle. Betapa menakjubkan. Meskipun usai ciuman menggairahkan dan mengejutkan yang dia lakukan tadi, tidak terjadi apapun sesudahnya. Dia membatasi dirinya, aku tahu. Dan aku pun terkejut dia bisa melakukan itu karena stigma gelap di kepalaku soal laki-laki sangatlah buruk.

Pria itu berbaring bersamaku. Kemeja yang dikenakannya hanya dikancing beberapa saja. Dan dia tertidur dalam keadaan berbaring miring menghadapku.

Bagaimana bisa dia tidur dalam keadaan seperti itu? Tetapi yang lebih aneh adalah, meskipun berulangkali aku dibuat terkejut oleh segala perbuatannya, tindakan absurdnya, senyuman psikopatnya, tapi sekarang aku tidak merasa takut sama sekali.

Apakah karena dia sudah dua kali menciumku lantas membuatku takluk?

Tidak juga. Tidak tahu. Apakah mungkin?

Apa karena dia tampan? Apa karena aku tahu kapasitasnya seperti apa?

Aku tidak mau munafik, ya. Dia lebih menarik karena kekayaannya.

Mengakhiri sesi tanya-jawab di kepala, aku memutuskan bertanya padanya,

"Kau belum menceritakan rahasiamu, Jafi. Dasar curang," ucapku nyaris berbisik.

Mengejutkan dia tak lama membalas dengan menggumam. "Aku akan memberitahumu. Aku janji."

"Kenapa tidak sekarang? Aku sudah memberitahu soal rahasiaku dan setuju untuk bermalam. Kau juga sudah ..." menciumku. "Aku juga sudah melakukan apa yang kau mau."

"Kau belum menceritakan segalanya."

"Bagaimana kau tahu?"

Dia menggeleng pelan dengan masih memejam. Tidakkah dia merasa aneh juga sama seperti yang kurasakan?

"Aku orang yang kejam, Lirose. Itu yang harus kau tahu lebih dulu."

Dahiku berkerut. "Sejauh apa manusia dapat melampaui batasnya? Kalau aku belum memberitahumu segalanya, bagaimana denganmu?"

Dia diam saja. Lalu beberapa saat kemudian, dia membuka matanya secara perlahan untuk menatapku, serta merta menciptakan atmosfer mendebarkan di antara kesunyian yang kini tercipta di antara kami. Serta jarak yang sangat terbatas ini. Tidak. Pipiku menghangat seperti suatu pertanda.

"Kau tahu kenapa aku tertarik padamu?" tanyanya.

"Kau tertarik padaku? benarkah?"

Dia mendengkuskan tawa. "Lihat dirimu, Lirose. Sejak awal kau menarik perhatianku. Kedua mata indah itu..." dia mengulurkan tangan yang kukira ingin menusuk bola mataku, tapi rupanya dia hanya menunjuknya lalu menurunkan tangannya lagi. "Mengingatkan aku pada mata seorang anak kecil yang pernah kukenal dulu."

"Kau masih mengingat mata teman kecilmu? mengesankan."

"Aku bilang kau mengingatkanku kembali."

"Baiklah. Lalu? hanya itu?"

Dia mengangguk.

"Aku merindukannya. Karena aku sudah kehilangannya selamanya." Dia seperti mengingat sesuatu di masa lalu karena setelahnya dia terdiam lama. Kemudian berbicara lagi dengan pelan namun masih terdengar jelas. "Aku mengalami hal yang mengerikan sewaktu kecil. Beberapa orang anak juga bersamaku waktu itu. Kau bahkan tidak akan membayangkan apa yang kami lihat bersama sampai pada akhirnya..." dia berhenti. Tak lama menggantung ucapannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE DEVIL SEDUCTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang