8 : Aku Tidak Ingin Menjadi Junior Lagi

114 13 0
                                    

LOVE SENIOR
KARNRADA









“Kamu membuat muka seperti kucing yang tidak bisa menemukan jalan pulang. Ada apa denganmu?”

Jaojom bertanya pada teman dekatnya yang terus menunduk dan menyipitkan mata pada ponsel yang ada di tangannya.

Kondisi temannya sudah seperti ini sejak berakhirnya kegiatan bersorak.

“Aku merindukannya” bibirnya sedikit mengerucut, mata tajamnya masih terfokus membaca percakapan di layar ponsel melalui aplikasi berwarna hijau yang selama ini sering mereka gunakan untuk ngobrol. “Jika aku mengirim pesan padanya, dan dia sedang sibuk, apakah dia akan merasa terganggu? Beban kerjanya sangat berat, namun aku hanya ingin berbicara dengannya. Aku ingin tahu di mana dia berada, dengan siapa, dan apa yang dia lakukan”

Jaojom menatap temannya dengan cemas. Racun cinta tidak diragukan lagi berdampak buruk pada temannya.

“Apa yang kamu lewatkan? Kita bertemu siang tadi. Aku bahkan melihat dia mengancingkan bajumu tadi. Sial, aku penasaran apakah pipimu akan pecah saat itu. Aku belum pernah melihat orang lain dimarahi oleh seniornya tapi tetap tersenyum sampai pipimu hampir pecah”

Kata-kata sinis Jaojom tidak membuat Manaow marah, dia malah puas karena itu membuatnya memikirkan kejadian saat itu. Suara yang begitu dingin, dipadukan dengan mata tenang yang memandangnya. Memikirkannya saja membuat hatinya bergetar aneh.

“Lalu dia hanya melakukannya padaku. Itu menunjukkan kalau aku orang yang spesial, kan?”

“Alasan dia hanya melakukannya padamu sendiri adalah karena orang lain sudah berpakaian dengan rapi. Hanya kamu yang usil dan tidak memakai kancing di leher. Jangan narsis. Dasar kucing dengan wajah keriput!!”

Mata rampingnya menoleh dan menyipit untuk melihat ke arah teman dekatnya yang mulai berbicara tidak jelas.

Dan kucing berwajah keriput itu maksudnya dia, kan?!!

“Tidak bisakah kamu membiarkan aku bahagia? Kamu harus memberikan kata-kata penyemangat kepada temanmu. Jadilah teman yang baik”

“Aku seorang teman yang baik. Aku berbicara padamu mewakili hatiku. Aku tidak ingin kamu terlalu percaya diri. Dia mungkin hanya menganggapmu sebagai junior”

Kata-kata itu membuat Manaow ingin mengambil pisau untuk menusuknya. Tapi itu benar. Gyoza mungkin melihatnya hanya sebagai junior.

‘Tidak lebih istimewa dari orang lain’

Kata-kata Phi Warang terngiang-ngiang di telinganya, atau haruskah dia mulai memperjelas ketika dia tidak ingin hanya menjadi junior? Bagaimana bisa jelas kalau dia seorang wanita? Memang benar, menjadi seorang wanita membuatnya lebih mudah untuk terhubung, tetapi itu juga berarti Gyoza tidak pernah memandangnya dengan cara lain kecuali sebagai seorang junior. Jauh di lubuk hati, dia ragu-ragu.  Haruskah dia membiarkannya seperti ini agar tetap dekat, atau haruskah dia mengungkapkan perasaannya?

Perasaan... Bagaimana perasaannya terhadap seniornya itu? Ini mungkin belum cinta, hanya emosi saja. Dan emosi macam apa sebenarnya itu?

Manaow sangat mendambakannya, perasaan ini disebut apa?

Dia ingin tahu di mana orang tersebut berada, apa yang dilakukannya, apa yang dimakannya, apakah ia sudah istirahat. Perasaan seperti apa ini?

Dia tidak ingin Gyoza tersenyum pada orang lain, tidak ingin tangan kecil itu menyentuh tubuh siapa pun kecuali tubuhnya.

Rindu, cemburu, dan khawatir semuanya bercampur jadi satu, tapi...

Sudahlah, jangan mencari definisinya sekarang.

Love Senior 1 (VERSI INDONESIA)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang