9. Suami Istri

55 2 0
                                    

Saat di tengah perjalanan, Ghaafi justru menghentikan mobilnya sejenak di sebuah supermarket. Azzura yang melihatnya berhenti di sana hanya menautkan alisnya bingung.

"Kenapa berhenti?"

"Ke supermarket sebentar." Ucapnya lalu turun dan memutari mobil. Ia membukakan pintu untuk Azzura. Perempuan itu bingung namun tetap menuruti pria itu. Ghaafi menggandeng tangan Azzura untuk menyeberang jalan. Azzura yang digandeng hingga supermarket pun hanya diam dan tak memberontak. Tangan hangat itu menggenggamnya erat seolah takut lepas.

"Kamu pilihlah beberapa makanan untuk kamu dan teman-temanmu." Perintah Ghaafi yang kemudian diangguki oleh Azzura. Ia pun memilih beberapa snack dan beberapa minuman untuknya dan teman-temannya sebagai persediaan ngemil.

"Eh lihat. Cewe Cantik." Bisik seorang pria pada pria lain di sampingnya. Ghaafi yang tidak sengaja melihatnya mengernyit dan memperhatikan dua pria yang usianya memang sepantaran dengan Azzura. Sedangkan Azzura sibuk memilih makanan. Saat dua pria itu terus melirik ke arah Azzura, Ghaafi sudah sangat tidak tahan dan segera merangkul mesra pinggang Azzura yang membuat perempuan itu tentu saja terkejut dengan sikap Ghaafi yang tiba-tiba.

"Eh? Mas? Apaan sih?" Tanya Azzura yang sedikit risih dan juga malu saat suaminya justru merangkul pinggangnya.

"Ssstttt...." Azzura memutar bola matanya dan memutuskan kembali memilih makanan.

"Sudah?" Azzura mengangguk. Ghaafi langsung menggandeng Azzura menuju kasir dan meletakkan belanjaan mereka. Lalu saat Azzura hendak mengeluarkan uangnya, Ghaafi lebih dulu mengeluarkan kartu debitnya.

"Eh Mas, tapi inikan untuk teman-teman Azzura. Jadi Azzura saja yang-"

"Kamu istri saya. Sudah tugas saya menafkahi kamu Azzura." Ucapnya tegas yang membuat Azzura kembali terdiam. Setelah itu Ghaafi kembali menggandeng Azzura sambil membawa belanjaan tadi. Sesampainya di mobil, Azzura kembali duduk di jok depan sedangkan Ghaafi masih menaruh belanjaannya di belakang.

"Untukmu." Ucap Ghaafi saat masuk ke dalam mobil sembari membawa sebuah ice cream berukuran sedang rasa vanilla.

"Eh? Kenapa?"

"Sebagai moodbooster." Azzura menerimanya dengan senang hati dan langsung membukanya. Ia menyendok es krim tersebut ke dalam mulutnya.

"Enak?" Azzura mengangguk sambil terus menguyang es krim tersebut sedangkan Ghaafi mulai kembali melajukan mobilnya. Ghaafi sesekali melirik ke arah Azzura yang asik dengan es krimnya hingga hampir setengah.

"Kamu tidak ingin membaginya denganku?" Tanya Ghaafi menawarkan.

"Apa?"

"Ea krim itu mau kamu makan sendiri sebesar itu."

"Iya. Kan Mas yang belikan untukku."

"Lalu kamu tidak mau membagikannya padaku?"

"Mas mau? Kenapa tidak beli dua." Ghaafi menghela napas. Bukan jawaban itu yang ia inginkan. Ia sengaja membeli ea krim itu hanya satu agar bisa dimakan berdua di dalam mobil. Tidak mungkin ia makan sambil menyetir bukan? Ghaafi lantas diam dan kembali fokus menyetir. Lalu tiba-tiba Azzura menyodorkan sendok yang berisi es krim di hadapan Ghaafi.

"Aaaa..." Azzura hendak menyuapi suaminya. Ghaafi tersenyum sekilas dan menerima suapan Azzura.

"Enak?"

"Manis."

"Sejak kapan es krim pahit." Jawab Azzura dan kembali menikmati es krimnya. Lalu kembali menyuapi Ghaafi. Keduanya akhirnya saling menikmati es krim dalam sendok yang sama.

Halo Mas!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang