2. Terus bertemu

54 2 0
                                    

Keesokan harinya, para mahasiswa KKN sudah siap untuk memulai kegiatan pertama melakukan sosialisasi ke desa-desa. Mereka dengan almamaternya dan anggota TNI AD dengan seragam lengkapnya. Dengan menaiki mobil TNI mereka mulai memasuki sebuah desa yang masih terbilang agak jauh dari kota.

"Wah kalo desa tuh, asri adem banget yah. Cuma sayang fasilitasnya masih kurang dan jauh." Ucap salah satu temanku. Setibanya di tempat, Letda Danu membukakan pintu belakang. Satu persatu teman-teman turun dan aku sebagai pemimpin turun belakangan. Baru saja hendak menurunkan kaki sebelah, tiba-tiba hampir saja tubuhku terhuyung ke depan. Namun seseorang memegangi tangan dan pinggangku. Aku mengadah dan menatap orang tersebut.

"Komandan Ghaafi?"

"Belum sehari dan kamu sudah sangat ceroboh." Ucapnya dingin. Aku langsung melepaskan pegangannya dan menjaga jarak darinya.

"Maaf Dan. Lagipula siapa juga yang mau jatuh." Ucapku membela diri. Pria itu habya menggelengkan kepalanya.

"Cepat kembali!" Perintahnya yang membuatku langsung menuju barisan. Tepat di sampingku ada pemimpin dari regu 2 yang merupakan mahasiswi jurusan kedokteran.

"Ck! Centil banget jadi cewek." Cibirnya tanpa menatap ke arahku namun aku merasa ucapannya ditujukan kepadaku. Aku mengabaikannya dan fokus membariskan regu kelompokku.

"Setiap regu akan ikut serta membagikan sembako dan sebagian ada yang mendokumentasikannya." Tegas Letda Danu sebagai penanggung jawab regu kami.

"Siap Let!" Kami pun memulai acara berbagi tersebut. Satu persatu rumah kami datangi. Sungguh senang bisa membantu masyarakat yang membutuhkan seperti ini.

"Terima kasih Pak tentara, mbak, dan mas semuanya." Ucap salah satu warga desa tersebut.

"Sama-sama Bu. Semoga bermanfaat." Ucapku.

"Ayo Ra foto." Ucap Dimas, salah satu teman reguku dari jurusan lain. Kamipun berfoto sebagai dokumentasi. Setelah selesai berbagi, kami beristirahat sejenak di lapangan tempat parkir mobil sebelumnya.

"Heh cewek gatel!" Ucapnya menunjuk ke arahku yang saat itu tengah bersandar pada satu pohon bersama Henny.

"Apa-apaan sih lu ngatain temen gue gatel!" Bela Henny.

"Temen lu tuh yang gatel banget sama Komandan Ghaafi." Ucapnya lagi. Aku memutar mataku malas mendengar cewek itu.

"Mau lo apa sih Din?" Dina nama perempuan dari jurusan kedokteran itu.

"Jadi cewek jangan kegatelan sok ngedeketin Komandan Ghaafi."

"Kenapa? iri karena Komandan Ghaafi lebih deket sama gue daripada lo?"

"Komanda Ghaafi tuh gak cocok sama cewek kayak lo. Cocoknya sama dokter! Tentara itu sama dokter!"

"Emangnya lo Tuhan? Kalo Tuhan berkehendak gue sama Komandan Ghaafi lo bisa apa?"

"Bener-bener lu ya!" Hampir saja Dina mendorong Azzura, Letda Danu dan Letda Harvis datang.

"Ada apa ini?" Tanya Letda Danu.

"Gapapa Let. Tadi cuma ngebahas kucing garong lagi tengkar." Pungkas Azzura dan melirik ke arah Dina dan temannya.

"Kucing garong? Perasaan tidak ada kucing bertengkar di sini." Jawab Letda Harvis. Dina yang sedikit panik langsung pamit pergi.

"Udah pergi tuh." Ucap Azzura kemudian sambil tertawa bersama Henny. Sedangkan Letda Danu dan Letda Harvis hanya terdiam sembari melirik ke arah sekitar dan tidak menemukan kucing yang dimaksud.

"Azzura panggil teman-temanmu setelah ini kita kembali ke markas."

"Siap Let!" Azzura dan Henny pun menghampiri teman regu mereka dan kembali ke mobil. Namun tiba-tiba entah bagaimana bisa, padahal sebelumnya mobil itu muat dengan jumlah regu mereka. Tiba-tiba saja jadi tidak muat saat Azzura hendak menaikinya.

Halo Mas!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang