04; Perjodohan

53 16 55
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




🖤🖤🖤

"Kau sungguh akan menikah?" pertanyaan itu muncul dari mulut Fathan dengan ekspresi meledek.

Alastor Malik Aditama, si datar yang bahkan tidak punya teman atau kekasih. Kini tiba-tiba akan menikah? Sudah Fathan duga jika Malik menikah karena ditugaskan oleh Tama. Karena tidak mungkin pria itu mau menikah, dia bahkan tak pernah jatuh cinta sebelumnya.

"Tentu saja, dia pria dewasa dan normal," jelas Tristan yang tiba-tiba datang membela kakak sulungnya.

"Yang seperti ini kau sebut normal?" Fathan tertawa terbahak-bahak. "Oh iya, aku lupa... Kalian menormalkan itu, hahaha," tambahnya sembari berusaha menahan tawanya.

Isabel berkacak pinggang dan melirik sinis ke arah Fathan. Mengapa ada orang semenyebalkan dia di dunia ini? Rasanya ia ingin sekali mengacak-acak rambutnya sampai botak, itu saja.

"Kau akan membahas itu sampai kapan?!" ketus Isabel dengan matanya yang melotot.

"Sampai aku puas," balas Fathan menantangnya.

Isabel tertawa meledek. "Hahaha, kau tak akan pernah puas! Aku tahu! Kau selalu merendahkan kami, apapun situasinya. Kau memang berbakat dalam hal itu, wah..."

Malik menghela nafas--perdebatan mulai lagi.

"Aku tidak akan pernah puas sampai kalian mau berhenti melakukan semua itu!" tekan Fathan mengajak saudara-saudaranya untuk berhenti, ia sudah meminta ini berulang kali kepada mereka.

"Jika kami berhenti, kami akan mendapatkan apa?" tanya Isabel masih dengan sorot matanya yang tajam.

"Tentu saja, akan mendapatkan kebebasan yang kalian inginkan!" jelas Fathan.

"Kebebasan atau diusir dari rumah ini?" tanya Isabel lagi dengan nada sanggarnya.

Fathan membuang nafas jengah. "Kalian sebegitu takutnya ya? Di usir dari sini? Kalian sudah dewasa sekarang, kalian bisa--"

"Kau mengatakannya dengan sangat mudah karena kau tak pernah merasakan jadi kami! Kau hanya melihat kami! Tapi tak merasakannya, kau pikir mudah hidup seperti ini?" sela Isabel masih marah. Kenapa Fathan sekanak-kanak ini?

"...dan kalian lebih memilih hidup bersama dengan penjahat itu?" Fathan tak habis pikir.

Isabel selangkah maju menghampiri Fathan lalu mengetuk dadanya menggunakan jarinya. "Bagi kami para anak-anak yang terbuang oleh orangtuanya; kami lebih memilih hidup bersama seorang penjahat tetapi mempunyai seseorang penjaga. Dari pada hidup luntang lantung, tetapi tak ada penjagaan!" terang Isabel sebelah pergi meninggalkan tempat itu.

Emily menatap mereka kebingungan, pandangannya pun beralih pada Malik--gadis itu sedikit mengangkat kepalanya agar bisa menatap Malik.

"Mereka kenapa kak?"

Mr Criminal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang