05; Mr and Mrs Aditama

59 16 56
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🖤🖤🖤

"Kini kalian telah resmi menjadi pasangan suami-istri, selamat."

Semua tamu undangan yang hadir bersorak bahagia ketika sang penghulu mengatakan hal tersebut.

Ayara seperti biasanya––ia memberikan senyuman manis kepada orang-orang, memberikan aura positifnya. Sedangkan Malik seperti biasanya juga datar, memberikan aura negatif.

Ayara memperhatikan Malik lalu berbisik sedikit. "Apa kau tak bisa tersenyum sedikit saja? Jangan menebarkan aura negatif sekarang."

"Aku tak akan tersenyum, Nona..." jelas Malik.

Kini Ayara tersenyum kecut menatap Malik. Apa katanya? Nona? Padahal baru beberapa detik yang lalu dirinya sudah menjabat sebagai istri Alastor Malik Aditama.

"Ternyata nama mu Alastor Malik Aditama, ya? Mengapa kau tidak beritahu aku kalau nama depanmu--"

"Aku hanya tak suka nama itu," sela Malik tak mau diperpanjang.

Ayara menganggukkan kepalanya paham. "Bilang saja kau takut di panggil Astor? Wafer coklat? Haha." Wanita itu berusaha menahan tawanya.

"Konyol," balas Malik yang tak berselera tertawa.

"Lalu? Padahal nama Alastor bagus, mengapa kau tak suka?" Ayara kembali bertanya.

"Hanya tidak suka, tak ada alasan lain," jelas Malik ditekankan.

"Baiklah, Astor..." ledek Ayara.

Malik hanya menatap wanita yang baru saja menjabat sebagai istrinya. Ia sedikit heran; mengapa Ayara selalu tersenyum? Mengapa dia selalu terlihat bahagia? Apa yang membuat dia selalu bahagia seperti itu? Malik merasa bingung dan baru pertama kalinya bertemu manusia seperti itu.

Sejujurnya Malik selalu alergi dengan senyuman orang-orang. Namun jika Ayara yang tersenyum––justru ia kecanduan dan menginginkannya lagi dan lagi.

Entah sihir apa yang dilakukan Ayara padanya.

"Istrinya boleh di cium," kata seseorang yang telah menikahkan mereka.

Ayara lagi-lagi menahan senyumnya malunya, sedangkan Malik agak kikuk. "Harus?" bisik pria itu kepada istrinya.

"Tentu saja," balas Ayara.

"Disebelah mana?" Malik kebingungan.

Ayara menahan tawanya.

Malik memegang bibirnya sendiri. "Disini?" bisiknya lagi.

Ayara menggelengkan kepalanya. "Bukan, tetapi di kening."

Malik pun mengangguk dengan kikuk dan segera menempelkan bibir di atas kening Ayara. Tidak lama, tetapi lumayan bisa sampai kena foto.

"Kau gugup sekali, seperti tak pernah mencium gadis lain saja," bisik Ayara setelah pertunjukan cium kening itu selesai.

Mr Criminal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang