"Lho, menurutmu memang nggak aneh?" Tanyaku.
"Nggak sih. Seks itu kan kebutuhan dasar manusia, baik cowok maupun cewek. Jadi yah wajar aja sih kalo cici memikirkan seks, secara itu kebutuhan." Kata Mahendra.
Seks adalah kebutuhan dasar manusia? Betul juga sih ya.
"Emang kenapa, ci? Maaf nih, tapi suami cici ga bisa muasin cici?" Tanya Mahendra.
"Yah, kurang lebihnya sih gitu, Ndra." Kataku.
"Maaf nih ci kalo aku boleh tau, ga bisa berdiri ato cepet keluarnya?" Tanya Mahendra.
"Cepet keluarnya Ndra. Kadang baru aja masuk, udah keluar duluan. Kadang sih tahan lama, tapi yah begitu aku orgasme, dia juga keluar dan langsung kecapekan." Kataku.
"Terus, cici kira-kira masalah dengan itu?" Tanya Mahendra.
"Yah, sebetulnya sih bukan masalah yang gimana-gimana banget sih, Ndra. Tapi, kadang tuh aku pengen banget dipuasin. Rasanya gimana gitu." Kataku.
"Iya sih, aku ngerti, ci." Kata Mahendra.
"Ngerti? Emangnya kamu udah pernah berhubungan badan?" Tanyaku.
"Waktu itu sih beberapa kali ci sama pacar. Tapi sekarang yah masturbasi aja seringnya." Kata Mahendra.
"Kamu ini ya! Belum nikah, udah main berhubungan aja." Kataku.
"Hehehe. Susah sih, ci. Namanya nafsu, emang susah ditahan. Tapi kan sama pacar aja, ga sama sembarang cewek." Kata Mahendra.
"Apa bedanya?" Tanyaku.
"Kalo sama pacar kan juga dilandasi rasa sayang, ci. Jadi ga sepenuhnya bejat." Kata Mahendra.
"Halah, ngeles aja kamu. Jadi kamu ama pacar itu jatuh cinta pada pandangan pertama ya?" Kataku.
"Hah? Ga kok ci, maksudnya apa ya?" Tanya Mahendra dengan bingung.
"Itu, kata beberapa sumber, bilang kalo kamu udah punya seseorang yang kamu jatuh cinta pada pandangan pertama. Pacar toh." Kataku.
"Oh, itu sih beda lagi, ci." Kata Mahendra.
"Loohh... Kok beda? Ooohhh, jadi kamu masturbasi ngebayangin orang itu ya? Divisi accounting kan?" Tanyaku dengan senyum memancing.
"Betul, ci!... Ah, maksudnya ga kok ci." Kata Mahendra dengan terbata-bata.
"Hayoo, kamu ngebayangin siapa? Sini cerita sama cici, siapa tau cici bisa makcomblangin kalian berdua, terus kalian berdua nikah, dan fantasi kamu terwujud deh, Ndra." Godaku.
"Ah, ga mungkin, ci." Kata Mahendra dengan serius.
Hmmm, entah kenapa aku merasakan keseriusan di raut wajahnya.
"Kenapa nggak mungkin, Ndra?" Tanyaku.
"Ah, udahlah. Kok kita malah ngomongin beginian sih. Udah lanjut kerja aja yuk, ci." Kata Mahendra.
"Ah, malu-malu kamu. Ayolah cerita aja udah." Kataku.
Ya, singkatnya malam itu kami malah jadi ngalor-ngidul gak jelas. Yang lebih parahnya, kita itu terkadang ngalor-ngidul soal seks. Ternyata, Mahendra itu cukup berpengalaman masalah seks. Ia selalu nyambung denganku yang notabenenya sudah menikah dan lebih paham masalah seks. Waduh, dia dan pacarnya sudah sejauh apa ya? Terkadang juga, aku menjadi terpancing untuk mengetahui bagaimana sisi laki-laki memandang seks. Dan yang aku simpulkan, ternyata Mahendra ini cukup unik. Ia memandang seks sebagai pelampiasan dari kasih sayang kepada wanita yang ia cintai, bukan hanya pelampiasan birahi semata. Menarik juga.
Karena kebanyakan ngobrol, kami baru selesai jam 11 malam. Mahendra menawariku untuk mengantarku pulang. Akan tetapi, aku menolaknya karena kebetulan aku membawa kendaraan sendiri. Kemudian, kami pulang ke rumah masing-masing.
Sejak kejadian malam pada saat kami lembur itu, terutama sejak kami banyak ngobrol soal seks, aku dan Mahendra menjadi semakin akrab. Kami banyak bercerita soal pengalaman hidup kami, pengalaman indah kami, pengalaman pekerjaan kami, dan juga seputar kehidupan seks. Ia juga terkadang bertanya seputar hal wanita. Aku tahu bahwa menurut anak-anak ABG divisi accounting, ada orang yang membuat Mahendra jatuh hati pada pandangan pertama. Akan tetapi, Mahendra tidak pernah mau menunjukkan orangnya padaku.
Aku pun jadi penasaran juga dibuatnya. Kira-kira orang seperti apa yang mampu membuat Mahendra jatuh hati pada pandangan pertama. Dan mungkin, aku bertanya-tanya sebetulnya wanita seperti apa yang sangat beruntung mendapatkan tempat spesial di hati Mahendra. Mahendra ini orangnya begitu simpatik, baik hati, pintar, kritis, dan juga perhatian. Ditambah dengan wajahnya yang ganteng dan tubuhnya yang bagus, kurang beruntung apa lagi wanita itu. Akan tetapi, bukankah Mahendra sudah punya pacar? Apakah hatinya sudah berpindah? Entahlah.
Suatu hari, aku merayakan hari ulang tahunku yang ke-35. Ah, biasanya aku cuti untuk merayakannya bersama dengan suamiku. Akan tetapi, pekerjaan kantor sedang ada deadline, jadinya perayaan ulang tahunku terpaksa harus tertunda deh. Aku mendapatkan surprise berupa kue ulang tahun dari anak-anak divisi accounting, termasuk Mahendra. Malamnya, aku lembur membuat laporan keuangan perusahaan.
"Misi, ci. Bisa ganggu ga? " Kata Mahendra sambil mengetuk pintu ruanganku yang kebetulan terbuka.
"Ya ada apa, Ndra?" Jawabku sambil tetap melihat layar komputer.
"Ini, ci. Ada beberapa yang aku ga ngerti. Boleh minta penjelasan ga, ci?" Kata Mahendra.
"Ooohh bisa. Mana yang kurang paham?" Kataku sambil berdiri dari kursi kerjaku dan mempersilakan Mahendra untuk duduk di sofa. Aku pun juga duduk di sofa disebelah Mahendra.
Kemudian, Mahendra mulai menunjukkan kepadaku data-data laporan keuangan yang telah dibuat oleh anak-anak ABG divisi accounting itu. Aku memberikan penjelasan panjang lebar kepadanya. Daya serapnya Mahendra pun cukup baik. Hanya beberapa kali kujelaskan, ia langsung mengerti. Hingga akhirnya, semua yang hendak ia tanyakan sudah ia pahami sepenuhnya.
"Oohh, sip deh, ci. Aku udah ngerti semua nih. Semua berkat cici. Makasih banget loh, ci." Kata Mahendra sambil membungkukkan badannya.
"Ah, nggak apa-apa, Ndra. Makin kamunya ngerti, makin kebantu aku juga." Kataku sambil tersenyum.
"Ci... anu..." Kata Mahendra sambil berpikir.
"Kenapa, Ndra?" Tanyaku.
"Aku punya hadiah ulang tahun buat cici nih. Cici mau nerima ga?" Tanya Mahendra.
Mendengar hal itu, aku sedikit kaget, tapi kemudian tersenyum.
"Ya ampun, Ndra. Repot-repot banget sih kamu, tadinya mah nggak usah, Ndra." Kataku sambil tersenyum.
"Ga repot juga sih, ci. Tapi cici mau nerima ga nih?" Tanya Mahendra.
"Mau dong. Tapi, syaratnya hadiahnya harus banyak." Jawabku bergurau.
"Yah ga tau sih ci, banyak ato ga. Menurutku sih lumayan banyak, tapi ga tau deh menurut cici banyak ato ga." Kata Mahendra sambil tersenyum.
"Yaudah, aku anggap banyak deh. Mana?" Tanyaku sambil tersenyum.
"Nah, syarat cici kan udah aku penuhin nih. Sekarang, aku juga punya syarat nih, ci. Cici tutup mata dulu, baru aku kasih hadiahnya." Kata Mahendra.
"Serius nih? Itu mah gampang. Oke, aku tutup mata nih." Kataku sambil memejamkan mata.
"Tunggu ya, ci. Jangan melek dulu sampe aku kasih aba-aba." Kata Mahendra.
"Iya." Kataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
21+ Pilihan Jalan Seorang Istri (Cuck Warning)
RomanceAku bekerja sebagai accounting manager pada sebuah perusahaan distributor yang cukup besar di kota Jakarta. Aku juga menjadi instruktur bermacam-macam kelas di tempatku fitness, seperti body combat, body language, dan body pump. Aku merupakan orang...