Seolah begitu terhipnotis oleh kata-kata Mahendra dengan nada yang lembut itu, aku pun merasa tenang. Setelah itu, Mahendra kembali mendaratkan ciuman. Ia menjilati dan menciumi seluruh wajahku, lalu merambat ke leher dan telingaku. Aku memang pasif dan diam, namun perlahan tapi pasti nafsu birahi semakin kuat menguasaiku. Harus ku akui, Mahendra sangat pandai mengobarkan birahiku. Jilatan demi jilatan lidahnya ke leherku benar- benar telah membuatku terbakar dalam kenikmatan. Bahkan dengan suamiku sekalipun belum pernah aku merasakan rangsangan sehebat ini.
Mahendra sendiri tampaknya juga sudah mulai terangsang. Aku dapat merasakan nafasnya mulai terengah-engah. Sementara, aku semakin tidak kuat untuk menahan erangan. Maka aku pun mendesis-desis untuk menahan kenikmatan yang mulai membakar kesadaranku.
Setelah itu tiba-tiba tangan Mahendra yang kekar itu membuka kancing kemeja hijau-ku.
Cepat sekali ia membukanya. Hanya dalam beberapa detik saja, seluruh kancing kemeja hijau-ku sudah terbuka sepenuhnya. Secara refleks aku masih mencoba untuk berontak.
"Cukup, Ndra! Jangan sampai kesitu. Aku takut, Ndra." Kataku sambil meronta dari pelukannya.
"Takut sama siapa, ci? Toh ga ada yang tahu. Percaya sama aku, ci. Aku akan puaskan Ci Lisnawati." Jawab Mahendra dengan nafas yang memburu.
Seperti tidak peduli dengan protesku, Mahendra yang telah melepas kemeja hijau-ku sepenuhnya, kini ganti sibuk melepas BH hijau-ku. Meskipun aku berusaha meronta, tetap tidak berguna sama sekali sebab tubuh Mahendra yang tegap dan kuat itu mendekapku dengan sangat erat.
Dalam pelukan Mahendra, buah dadaku kini terbuka tanpa tertutup sehelai kain pun. Aku berusaha menutupi dengan mendekapkan tangan di dadaku. Akan tetapi, dengan cepat tangan Mahendra memegangi tanganku dan merentangkannya. Setelah itu, Mahendra mengangkat dan merebahkan tubuhku di tempat tidur. Tanpa membuang waktu, bibir Mahendra melumat salah satu buah dadaku, sementara salah satu tangannya juga langsung meremas-remas buah dadaku yang lainnya. Bagaikan seekor singa buas, ia menjilati dan meremas buah dada yang kenyal dan putih ini. Kini, aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain megap-megap dan mengerang karena kenikmatan yang mencengkeram. Aku menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan karena rasa geli dan nikmat yang kurasakan ketika bibir dan lidah Mahendra menjilat dan melumat puting susuku.
"Ci.. da.. dada cici putih dan in.. indah sekali. A.. aku makin sa... sayaang sama cicii... " Kata Mahendra terputus-putus karna nafsu birahi yang kian memuncak.
Mendapat pujian seperti itu, nafsu birahiku semakin menggelora. Mungkin karena biasanya suamiku tidak pernah memuji tubuhku bahkan seinci pun. Kemudian, Mahendra juga menciumi perut dan pusarku. Dengan lidahnya, ia pandai sekali menggelitik buah dada hingga perutku. Sekali lagi, aku hanya mendesis-desis mendapat rangsangan yang menggelora itu.
Kemudian, Mahendra melepas celana pendek coklat dan celana dalam hijau-ku dengan cepat dan tanpa kuduga dalam sekali tarikan. Lagi-lagi, aku berusaha melawan. Akan tetapi, dengan tubuh besar dan tenaga kuat yang dimiliki oleh Mahendra, ia menaklukkan perlawananku dengan mudah. Sekarang, tubuhku yang ramping dan putih itu benar-benar telanjang total dihadapan Mahendra. Sungguh, aku belum pernah sekalipun telanjang di hadapan laki-laki lain, kecuali di hadapan suamiku. Sebelumnya, aku juga tidak pernah terpikir akan melakukan perbuatan seperti ini. Akan tetapi, kini Mahendra berhasil memaksaku. Sementara, aku seperti pasrah tanpa daya.
"Ndra, untuk yang satu ini jangan, Ndra. Aku nggak ingin merusak keutuhan perkawinan aku..!" Pintaku sambil meringkuk diatas tempat tidur, untuk melindungi buah dada dan miss.v-ku yang kini tanpa penutup.
"Cii... Sekaraang udah nanggung banget... Kita terusin aja, ci... Kasih kesempatan ke aku buat ngebuktiin kalo aku sayang sama cici... Aku ga main-main kok, ci... Aku pasti bakal ngebahagiain cici kok..." Kata Mahendra masih dengan terbata-bata dan wajah yang memelas.
Entah karena tidak tega atau karena aku sendiri juga sudah terlanjur terbakar birahi, aku diam saja ketika Mahendra kembali menggarap tubuhku. Bibir dan salah satu tangannya kembali menggarap kedua buah dadaku, sementar tangan yang satunya lagi mengusap-usap paha dan selangkangan kakiku. Mataku benar-benar merem-melek merasakan kenikmatan itu. Sementara, nafasku juga semakin terengah-engah.
Tiba-tiba, Mahendra melepaskanku. Ia beranjak dari tempat tidur dan dengan cepat melepas semua pakaian yang menempel di tubuhnya, dari kaos polo putihnya, sampai celana pendek kargo dan celana dalam-nya. Sekarang, ia sama denganku, telanjang bulat-bulat. Ya ampun, aku tidak percaya, kini aku telanjang dalam satu kamar dengan laki-laki yang bukan suamiku. Ohhh... aku melihat tubuh Mahendra yang memang benar-benar atletis, besar, dan kekar. Otot-otot perut, dada, dan tangannya begitu terbentuk. Ia lebih tinggi dan lebih besar dibandingkan dengan suamiku yang berperawakan sedang-sedang saja. Akan tetapi, yang membuat dadaku berdebar lebih keras adalah benda di selangkangan Mahendra. Benda yang besarnya hampir sama dengan lenganku itu berwarna coklat muda dan kini tegak mengacung. Panjangnya kutaksir tidak kurang dari 18 cm, atau hampir satu setengah kali lipat dibanding milik suamiku. Sementara besarnya sekitar 2 sampai 3 kali lipatnya. Pangkal batang kemaluan Mahendra yang panjang itu juga ditumbuhi oleh rambut-rambut yang lumayan rimbun. Sungguh, aku tidak percaya laki-laki seumur Mahendra memiliki mr.p sebesar dan sepanjang ini. Perasaanku bercampur baur antara ngeri, gemes, dan penasaran.
Kini, tubuh telanjang Mahendra mendekapku. Darahku seperti terkesiap ketika merasakan dada bidang Mahendra menempel erat dengan dadaku. Ada sensasi hebat yang melandaku, ketika dada yang kekar itu merapat dengan tubuhku. Ohh, baru kali ini kurasakan dekapan lelaki lain selain suamiku. Ia masih menciumi dan menjilati sekujur tubuhku, sementara kedua tangannya juga tidak kenal lelah meremas-remas buah dadaku yang semakin kenyal. Sekali lagi, sebelumnya tidak pernah kurasakan sensasi dan rangsangan se-dashyat ini.
Aku tersentak ketika kurasakan ada benda yang masuk dan menggelitik lubang miss.vku. Ternyata, Mahendra nekat memasukkan jari telunjuknya ke celah lubang miss.vku. Ia memutar-mutar telunjuknya didalam lubang miss.vku. Oohh, gesekan jari telunjuknya betul-betul pas mengenal titik sensitif milikku sehingga aku benar-benar hampir tidak kuat lagi menahan kenikmatan yang menderaku. Mendapat serangan yang luar biasa nikmat itu, secara refleks aku memutar-mutar pantatku. Akan tetapi, aku masih berusaha menolaknya.
"Ndra, jangan sampai dimasukkan jarinya! cukup diluaran saja..!" Pintaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
21+ Pilihan Jalan Seorang Istri (Cuck Warning)
RomanceAku bekerja sebagai accounting manager pada sebuah perusahaan distributor yang cukup besar di kota Jakarta. Aku juga menjadi instruktur bermacam-macam kelas di tempatku fitness, seperti body combat, body language, dan body pump. Aku merupakan orang...