𝐃𝐞𝐦𝐢 𝐤𝐞𝐛𝐢𝐣𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚, 𝐜𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 🔞 𝐝𝐢𝐤𝐮𝐧𝐜𝐢.
***
Dituduh sebagai pembunuh, nasib Alicia berputar saat dia diikat dalam pernikahan dengan sang duke-seorang pemimpin yang seharusnya menangkapnya.
Di tengah pusaran int...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Season 1: Hidden Truth _______
Anastasia mondar-mandir di dalam kamar, kegelisahan memenuhi setiap hela napasnya. Kamar itu bukan sekadar ruang istirahat, melainkan sebuah tempat yang disiapkan khusus untuknya dan sang duke, lengkap dengan tirai sutra dan perabotan yang berukir indah.
Matanya berulang kali tertuju pada pintu yang terkunci rapat, satu-satunya perlindungan yang dapat dia andalkan. Dalam diam, dia berusaha keras meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja, tapi di lubuk hatinya, dia sadar bahwa saat ini dia benar-benar sendirian-dikelilingi oleh musuh yang bersembunyi dalam kedok keramahan istana.
Pikiran-pikiran gelap kembali menguasai benaknya. Bagaimana jika keberadaannya di kamar ini hanyalah tipu muslihat kerajaan untuk menjebaknya? Bukankah mungkin saja, saat ini sang duke dan Raja Sargon tengah membicarakan soal penangkapannya?
Pada akhirnya, Anastasia memutuskan untuk bertindak. Dia harus mencuri dengar percakapan antara sang duke dan Raja Sargon. Jika kekhawatirannya terbukti benar, maka dia harus segera melarikan diri sebelum semuanya terlambat.
Di luar kamar, keheningan menyelimuti seisi lorong. Tak ada tanda-tanda kehadiran pelayan atau prajurit. Namun, Anastasia tahu betul, istana kerajaan terlalu luas untuk dijaga setiap sudutnya. Mungkin, para prajurit sedang berjaga di sisi lain, atau berada di luar jangkauannya untuk saat ini ...?
Baru saja Anastasia meresapi sunyinya keadaan, dari sudut lorong yang temaram, seseorang muncul dengan jubah hitam menyelimuti tubuhnya. Wajah orang itu tak terlihat, tertutupi oleh tudung kepala. Hanya tubuhnya yang kurus nan kokoh yang dapat dia kenali sebagai seorang pria.
Keduanya saling memperhatikan dalam diam, jarak di antara mereka hanya terpaut beberapa meter. Sebelum Anastasia sempat bergerak, pria itu mengangkat telunjuknya ke bibir, memberi isyarat tegas agar dia tetap diam.
"Anastasia," suara yang familier tiba-tiba memecah keheningan, membuatnya tersentak. Sang duke muncul dari arah lain, wajahnya penuh kebingungan. "Apa yang kau lakukan di luar?"
Anastasia melirik kembali pria bertudung yang masih berdiri di kejauhan, dan kini ancamannya terasa semakin jelas. Ibu jari pria itu melingkar perlahan di sekitar leher, seolah mengisyaratkan jika dia tak patuh, nyawanya terancam.
"Ki-kita kembali ke kamar," ucap Anastasia dengan suara sedikit bergetar, sembari memutar tubuhnya dengan gerakan kaku dan tegang.
Sang duke tak mengucapkan sepatah kata pun saat mengikuti Anastasia masuk ke kamar. Namun, sebelum menutup pintu, dia sempat melirik ke sudut lorong. Lorong itu tampak biasa saja, diterangi oleh lentera-lentera gantung. Tak ada lagi bayangan ke-tiga yang mengintai antara dirinya dan Anastasia.
Sang duke memasuki kamar, berdiri tegak dengan tangan terlipat di dada, matanya tajam mengawasi Anastasia yang duduk di tepi ranjang.
"Berdirilah. Kita akan menghadiri jamuan makan malam," kata sang duke singkat, tanpa basa-basi.