𝐃𝐞𝐦𝐢 𝐤𝐞𝐛𝐢𝐣𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚, 𝐜𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 🔞 𝐝𝐢𝐤𝐮𝐧𝐜𝐢.
***
Dituduh sebagai pembunuh, nasib Alicia berputar saat dia diikat dalam pernikahan dengan sang duke-seorang pemimpin yang seharusnya menangkapnya.
Di tengah pusaran int...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Season 1: Hidden Truth ______
Langit mulai gelap, dan suasana dalam kamar terasa menyedihkan. Ketukan pintu dan suara Myla yang menanyakan keadaannya kini tak terdengar lagi, mungkin telah letih menunggu jawaban darinya.
Anastasia memejamkan mata, mencoba menemukan ketenangan sejenak sebelum kembali membukanya. Ada sesuatu yang mengintai di belakangnya, sebuah ancaman yang memaksa pikirannya bekerja cepat, mencari cara untuk menyelamatkan diri.
Siapa yang ada di belakangnya?
Kesedihannya membuat Anastasia hampir lupa bahwa dirinya kini tanpa perlindungan dari sang duke.
Lalu, siapa penghuni Morning Glory yang berniat buruk padanya, selain Gilda?
Dengan hati-hati, Anastasia menyelipkan tangannya ke bawah bantal, meraih sebuah pin rambut berbentuk belati. Pin itu adalah pemberian Myla, yang selalu mengingatkannya untuk tetap waspada.
Mengumpulkan keberanian, Anastasia bangkit, mengacungkan pin rambut itu ke arah sosok di belakangnya. Saat itu juga, pergelangan tangannya ditangkap kuat. Tatapan mereka bertemu, dan perlahan Anastasia menyadari siapa yang ada di hadapannya.
"L-luce?" Anastasia menyebut nama itu dengan ekspresi terkejut, matanya melirik jendela yang ternyata masih terbuka.
"Aku terpaksa masuk lewat jendela karena seseorang di kamar ini memilih mengurung diri," kata sang duke, pandangannya tertuju pada pin rambut yang masih teracung. "Dari mana kau mendapatkan benda itu?"
Anastasia mempererat genggamannya, mengacungkan pin rambut itu lebih dekat. Sang duke mengangkat dagunya sedikit, pandangan tajamnya yang semula tertuju pada benda kecil itu kini beralih ke wajah Anastasia.
"B-bebaskan aku! Biarkan aku pergi dan mencari perlindunganku sendiri," desis Anastasia dengan suara yang bergetar.
"Jika itu yang benar-benar kau inginkan, seharusnya kau menolak saat aku menawarkan pernikahan. Dengan begitu, kau bisa pergi ... dan menunggu diadili. Tapi kau tahu ini sudah terlambat. Semua orang sudah mengenalmu sebagai istriku."
Perasaan ragu merasuki Anastasia, hatinya yang terdalam mengakui kebenaran dari kata-kata sang duke. Melihat celah itu, sang duke bergerak cepat, tangannya cekatan menyingkirkan pin rambut dari genggaman Anastasia. Sebelum Anastasia sempat bereaksi, tubuhnya sudah terhempas ke ranjang, dan dalam hitungan detik, kedua tangannya terkunci di atas kepala.
Jemari sang duke menyentuh lembut area di sekitar mata Anastasia yang sembab. Sentuhan halus itu membuat kelopak mata Anastasia terpejam sejenak, dan ketika dia membuka matanya, pandangan mereka kembali bertemu.
"Aku mendengar kabar bahwa seorang pembunuh telah dikalahkan oleh seorang pengajar yang tak lagi muda, dan pembunuh itu menangis karena kekalahannya."
Merasa tersinggung, Anastasia langsung menjawab, "Aku tak menangis karena kalah!"