Chapter 17. Pelajaran Formalitas

22 3 0
                                    

Season 1: Hidden Truth______

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Season 1: Hidden Truth
______

Setelah melalui lorong panjang yang diterangi oleh obor-obor berkedip di dinding batu, Pangeran Darius melangkah mantap menuju aula besar. Saat pintu terbuka, karpet merah tebal tampak mengular dari ambang pintu hingga ke kaki singgasana. Di ujungnya, duduk Raja Sargon, senyumnya tipis menyambut kedatangan putranya.

Tak menunggu lama, Pangeran Darius melangkah maju, lalu berlutut dengan punggung tegap dan kepala tertunduk rendah.

"Apa yang membawamu kemari, Pangeran Darius?" tanya Raja Sargon, matanya menelusuri sosok putranya yang masih dalam sikap rendah.

Pangeran Darius bangkit perlahan, menjaga sikap hormat meski kini berdiri tegap. "Hari ini aku tak datang sebagai seorang pangeran, melainkan sebagai seorang anak."

Mata Raja Sargon menyipit, menimbang emosi yang tergurat di wajah Pangeran Darius. "Aku mendengar keributan di Istana Primrose, tepat saat Duke Lucherne dan Duchess Anastasia datang sebagai tamuku," ucapnya dengan penuh wibawa.

Pangeran Darius menunduk, bayangan sendu menghiasi wajahnya. "Maafkan aku, Ayah. Ketika melihat kebersamaan Duke Lucherne dan Duchess Anastasia, aku teringat pada mendiang istriku ...," suaranya bergetar, tapi tatapannya segera kembali tegar. "Itulah sebabnya aku datang. Bukan untuk mengungkit luka, melainkan untuk meringankan beban kita."

Raja Sargon menegakkan tubuhnya, harapan terlukis di wajahnya. "Kau telah menemukan pembunuh Putri Haura?"

"Aku datang bukan untuk membahas hal itu, Ayah."

Raja Sargon menaikkan dagunya. "Lalu, apa maksudmu?"

Pangeran Darius menarik napas panjang, bersiap untuk mengungkapkan sesuatu yang tak mudah. "Izinkan aku membawa seorang wanita ke Istana Primrose," katanya dengan penuh keyakinan.

Raja Sargon mengernyit. "Dalam keadaan seperti ini, kau berani meminta hal yang tak masuk akal padaku?" ucapnya, menahan ledakan emosi yang siap meletus. "Aku tak membesarkanmu menjadi pria yang dikuasai oleh hawa nafsu!"

"Ayah, ini bukan soal nafsu. Aku-"

"Bukan soal nafsu?" potong Raja Sargon. "Putri Haura baru saja pergi! Luka atas kepergiannya belum sembuh. Dan sekarang, kau meminta izin untuk membawa wanita lain ke istana?!" Dia menggeram, berdiri dari singgasananya. "Pembunuh Putri Haura masih bebas di luar sana, sedangkan kau di sini berbicara tentang wanita lain. Apakah kehormatan istrimu begitu mudah kau lupakan?"

"Ayah, setiap hari di Istana Primrose adalah hal menyakitkan bagiku karena aku terus teringat pada mendiang istriku. Aku berusaha bertahan, tapi duka ini terlalu berat untuk kutanggung seorang diri."

Raja Sargon memejamkan matanya, merasakan luka yang sama. Namun, hatinya tetap teguh. "Ini bukan saat yang tepat, Darius."

Dorongan yang semakin kuat membuat Pangeran Darius menekuk kedua lutut di lantai, kali ini benar-benar menyerahkan dirinya untuk permintaan tersebut. "Ayah, aku memohon padamu. Sebagai anakmu, izinkan aku untuk melanjutkan hidup. Biarkan aku menikah kembali."

The Duke's Criminal WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang