THREE

109 17 27
                                    

Junjie menatap sekitarnya. Punggungnya menempel erat dengan dinding. Jantungnya berdetak cukup cepat saat mendengar langkah kaki tidak jauh darinya. Namun kemungkinan apapun yang akan terjadi, Junjie sudah siap menghadapinya.

Setengah jam yang lalu, Junjie sampai di Obsidian. Motornya terpakir tidak jauh dipekarangan bangunan yang menjadi markas besar Obsidian. Setelah mengamati bahwa penjagaan Obsidian tidak seketat penjagaan di rumahnya, Junjie masuk melewati beberapa ruangan sepi, seolah markas Obsidian itu tidak berpenghuni.

Ruangan yang ditujunya adalah ruang kerja sang ayah. Benar-benar tidak ada penjagaan, berbeda dengan dulu, saat dirinya masih di Obsidian.

Memasuki ruangan ayahnya, Junjie mengamati isi ruangan. Kosong. Tidak ada apapun. Bahkan tatanan meja dan kursi disana sama persis seperti di dalam video yang Junjie tonton.

Mencoba mencari apapun yang bisa memberinya petunjuk, Junjie membuka semua lemari, bahkan laci yang ada di sana. Rak buku yang tersusun rapih pun sekarang tidak beraturan lagi dengan beberapa buku terjatuh dan berserakan didekatnya.

Mengumpat pelan saat mendengar langkah kaki seseorang diluar ruangan, Junjie mendekati pintu saat mendengar ketukan. Pintu ruangan memang tidak tertutup dengan benar saat Junjie masuk.

"Xia ge, apa itu kau yang didalam?"

Suara seorang pria terdengar jelas ditelinga Junjie. Saat merasakan pintu mulai terbuka lebih lebar, Junjie mengenakan hoodie untuk menutupi kepalanya.

Tepat saat seseorang itu masuk dan berada tepat dihadapan Junjie, Junjie mengayunkan kaki kanannya 180° searah jarum jam, membuat pria itu terlempar tepat pada guci yang berada diujung ruangan.

Melihat celah tersebut, Junjie berlari keluar dan berlari. Sebelum dirinya benar-benar jauh dari ruangan ayahnya, Junjie dapat mendengar pria yang ditendangnya itu berbicara entah pada siapa, mengatakan ada penyusup di Obsidian.

Mungkin karena dirinya yang panik pria itu mengejarnya, Junjie salah berbelok dan berakhir berada di tempat yang dirinya tidak ketahui. Markas Obsidian sudah banyak berubah sejak terakhir kali dirinya tinggal disini. Membuka salah satu pintu saat merasa ada seseorang tidak jauh dibelakangnya, Junjie mengamati ruangan tersebut.

Ada banyak sekali drum tong besi berukuran 200L. Saat memeriksa salah satunya, Junjie menyadari itu berisi Bahan Bakar Minyak. Mengingat kembali berita-berita yang sedang panas diperbincangkan, sebagian besar masyarakat meributkan tentang kenaikan harga BBM. Junjie berdecak pelan, merasa kesal.

"Jadi ini yang kalian kerjakan di Obsidian?!" Junjie berkata pelan, tangannya melempar salah satu penutup drum. "Sangat rendahan."

Mundur selangkah saat seseorang membuka pintu dan menodongkan pistol padanya, Junjie mengangkat kedua tangannya disisi kepala. Itu pria yang sama yang Junjie tendang. Dan Junjie bisa melihat luka sobek di bibir pria itu.

"Katakan kau dari organisasi mana."

Mendengar suara pria didepannya, Junjie mengerutkan kening bingung. Benar, tidak semua orang Obsidian mengenalnya. Mengetahui sosok Huang Junjie.

"Apa yang kau katakan? Aku hanya sedang singgah saja tadi." Junjie menjawab cukup lantang, matanya melirik kearah jendela yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.

"Kau pikir aku bodoh." Pria itu meninggikan suaranya, dengan pistol yang masih mengarah pada Junjie. "Kau pasti dikirim oleh organisasi lain untuk menyusup ke Obsidian."

Junjie dapat mendengar beberapa langkah kaki diluar ruangan, membuat pria dihadapan Junjie tersenyum miring.

"Dia disini!" Pria itu berteriak, memberitahukan keberadaan Junjie pada temannya. "Lebih baik kau menyerahkan dirimu sekarang."

My Mate [Guangjie]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang