ONE

233 30 7
                                    

Hello, Li in here

Happy Reading!

🦋G🦋J🦋

Hiruk pikuk jalanan kota bagaikan lukisan abstrak bagi Huang Junjie yang tengah berdiri dibalkon kamar apartementnya dilantai 14. Itu memang kebiasaannya setiap pagi. Saat merasakan tangan melingkar dipinggangnya, Junjie tidak perlu berbalik untuk tahu siapa itu, karena dia yakin itu kekasihnya.

"Kau sudah bangun?" Junjie mendapat gumaman sebagai balasan dari sang kekasih.

"Aku harus pergi sekarang."

Junjie berbalik, tanpa melepas pelukan kekasihnya. Sekarang mereka saling berhadapan, dengan wajah yang begitu dekat.

"Sepagi ini?"

"Ada sedikit urusan mendadak."

"Baiklah, aku juga harus menemui Xiao Bei." Junjie memeluk kekasihnya, menghirup aroma dari tubuh sang kekasih. Dia selalu suka dengan itu. Dan kekasihnya tentu saja tidak pernah keberatan. "Kita bertemu ditempat biasa nanti malam?"

"Tentu saja." Saat pelukan terlepas, tanpa kata apapun bibir keduanya terjalin. Hanya ciuman ringan. "Kita bertemu di Night King Club setelah aku selesai dengan pekerjaanku."

Setelahnya, pria itu masuk ke kamar Junjie, diikuti Junjie. Memakai jaketnya, kemudian sepatunya, pria itu mengecup pelan dahi Junjie, dan berjalan kearah pintu.

"Linghe." Junjie memanggil tepat saat pintu terbuka. Dan kekasihnya itu hanya menatapnya. "Jangan lupa hubungi aku."

"Aku akan menghubungimu." Linghe tersenyum pada Junjie, sebelum benar-benar menghilang dibalik pintu.

Dengan itu Junjie kini sendirian di kamar apartemennya. Itu hanya apartemen kecil, dengan jenis apartemen studio. Setelah dirinya lulus Sekolah Menengah Atas, Junjie memutuskan pergi dari rumah dan menyewa apartemen. Karena memang dirinya yang tidak pernah sejalan dengan ayahnya. Baginya, setelah ibunya meninggal, ayahnya mulai berubah. Meski seperti itu, ayahnya tidak melupakan kewajibannya sebagai orang tua. Masih tetap membiayainya.

Junjie tinggal seorang diri. Meski terkadang kekasihnya, Linghe menginap di apartemennya. Pria yang dia temui di Clun milik temannya. Pria yang menarik perhatiannya saat pertama kali melihatnya. Dan ternyata Junjie tidak sendirian. Linghe pun merasakan hal yang sama. Keduanya berkenalan, saling berbagi cerita, dan menjalin hubungan.

Perhatiannya teralihkan saat mendengar suara bel. Junjie berjalan kearah pintu dan membukanya. Dan ternyata hanya jasa kirim barang. Setelah menerima paketnya, Junjie kembali masuk dan membuka paket tanpa melihat alamat pengirim.

Ekspresi wajah Junjie berubah lebih datar dari sebelumnya saat mengetahui isi paketnya. Melempar paketnya keatas kasur, Junjie mengetik nomor di handponenya dan menunggu saat nada sambung berbunyi.

"Kita janji bertemu di siang hari. Dan kau mengganggu tidur pagiku!"

Terdengar jelas suara khas bangun tidur seseorang disebrang telephone.

"Ayahku mengirimiku sesuatu."

Junjie bisa mendengar seseorang disebrang sana bangun dari kasurnya. Dan dia yakin kini temannya bahkan sudah tidak merasakan kantuk lagi.

"Bawa itu. Dan kita bicarakan dirumahku."

Dengan itu sambungan telephone terputus. Junnie menyambar Jaketnya dan kunci motornya, tidak lupa dengan barang yang baru dia terima.

🦋G🦋J🦋

"Apa sekarang kau akan menyuruhku pulang lagi?" Junjie berkata disela bibirnya menghisap rokoknya. "Kau bisa lihat sendiri." Jari Junjie menunjuk satu persatu barang yang tergeletak dimeja. "Paspor, uang, tiket pesawat dan kau bisa membaca surat itu sendiri." Temannya hanya diam memperhatikan semua barang diatas meja. "Menurutmu apakah ada seorang ayah yang mengatakan hal seperti itu pada anaknya?"

My Mate [Guangjie]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang