CHAPTER 5

19 16 2
                                    

Tidak ada yang spesial kegiatan ku di pagi hari, hanya belajar sebelum aku bersiap untuk sekolah, membuat sarapan dan bekal ku sendiri, lalu berangkat menggunakan motorku.

Tapi diselangi dengan, membersihkan kamar yang bau akan sperma.

Dengan memakai masker yang menutupi mulut dan hidungku, agar bau menyengat itu tidak memasuki paru paru ku, sarung tangan plastik yang terpasang di kedua tanganku. Dengan jijik aku mengambil bekas kondom yang berceceran dilantai. Aku membenci kegiatan seperti ini.

Ku beri semprotan pewangi ruangan, mengepel lantai keramik hingga aku bisa melihat bayanganku sendiri di lantai itu.

"Orang gila mana yang melakukan sex sampai berceceran seperti ini?"

"Entah berapa ronde yang sudah mereka lakukan"

Keluhku kesal, mengkritik ayahku sendiri. Sejujurnya aku tidak peduli apa yang mereka lakukan dirumah ini, aku bisa saja pergi dari rumah sementara, untuk tidak mengganggu mereka. Tapi perintah tetap perintah dan harus kulakukan.

"Sekarang kita sudah ada di mal, ayo berbelanja!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sekarang kita sudah ada di mal, ayo berbelanja!"

Teriak antusias dari Vara, tepat dia memeluk lengan Sina dan Sina hanya tersenyum mengerutkan keningnya melihat antusias itu.

Aku hanya menghela nafas berat, entah bagaimana aku bisa berada di posisi ini, tapi sudah pasti si petuduh itu yang merencanakan ini. Dia bilang hanya aku dan dia berdua pergi ke mall, tapi kenapa dua perempuan ini ikut serta?

"Vara, lu sama gua aja" Ajak Cikay menarik tangan Vara, melepaskan nya yang memeluk lengan Sina.

"Apasih! gak mau, gua mau bareng Varius"

Vara merengek, dan menepis tangan Cikay, untuk melepaskan diri dari genggaman nya. Tapi genggaman itu semakin di eratkan.

"Ini sesuai rencana tolol, udah ikut gua aja" Cikay berbisik, di telinga Vara. Mengingatkan hal yang sudah mereka rencanakan, tanpa di ketahui oleh siapapun, Vara berdecih kecewa.

"Iya"

Cikay merangkul pundak kecil Vara, dan menepuk pundak ku.

"Duluan ya" cekikikan nya, dan berjalan pergi meninggalkan ku dan Sina berdua di lobby mall.

Apalah dia.

Aku dan Sina saling pandang memandang gugup, aku tidak terlalu kenal dengan nya, begitu juga dirinya. Tapi Cikay selalu saja mencoba untuk mendekatkan diriku dengan nya, mungkin agar kami bisa mendapatkan cinta lokasi. Entah apa yang dia pikirkan.

"Ini bukan yang aku inginkan, dia yang memaksa" Jelasku kepadanya, sambil mataku tetap menatap wajah cantik dan bingung nya.

"Eh?"

Belajar itu penting, sejak kecil aku sudah di perintahkan untuk selalu dekat dengan benda mati, tidak berbicara, mempunyai kulit, dan banyak cerita. Iya itu buku.

MEET YOU, AT THE SEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang