Udara terasa lebih segar, dengan aroma tanah basah yang masih tertinggal, genangan air dimana mana, membuat siapapun yang menginjaknya akan merasa becek dan kotor, karena bercampur antara air hujan dan butiran tanah yang tak terhitung jumlah nya.
Perban putih yang ku pakai, kini sudah terlihat bercak kecoklatan dari air yang kotor, seakan perban ku ini adalah kanvas putih yang telah di lecehkan.
Menginjak semua genangan yang ada, tak sempat untuk ku berpindah kesatuan sisi jalan yang rata dan kesisi lain nya. Dengan keadaan kaki ku yang seperti ini.
Ku pikir pikir, membawa seekor kucing di pundak, cukup melelahkan, ya?
"Astaga Miw..kau berat sekali" Keluh ku, dipikiran ku. Tapi dia hanya duduk terdiam melihat sekeliling, sepertinya dia cocok menjadi spion motor. Ngomong ngomong soal motor, ku tinggalkan kunci ku di laci dekat kasur, aku tidak memakainya.
Sebenarnya cukup mudah ke pulau itu, jika memakai motor dan menggunakan jalur tikus, tapi itu tidak mungkin. Yang ada aku hanya bisa naik, tidak bisa turun, karena kaki ku lemas.
Kursi panjang dengan atap yang berbentuk lengkungan itu, melindungi kursi kayu dari derasnya hujan. Hanya beberapa sebagian yang basah terkena hujan. Akhirnya aku bisa duduk tenang di kursi halte, mengatur pernapasan ku, cukup melelahkan berjalan dari rumah sampai halte bus, menggendong tas ransel dan menyeret koper. Tidak lupa Miw berada di pundakku.
"Meoww"
Miw mengeong nyaring, tepat di sebelah telingaku.
"Hm? Kenapa Miw"
Kepalaku terolehkan kearah nya, mengecek kondisi Miw yang masih duduk anteng di pundakku. Pupil matanya hanya membesar menatapku, jarang sekali aku melihat Miw seperti itu.
Lalu kepalanya mendusel di wajahku, aku merasakan bulu bulu halusnya mengenai kelopak mataku yang bengkak, sungguh lembut dan sedikit menggelikan.
"Miw.." Aku cekikikan menatapnya, yang terus menduselkan kepala bulunya, di kelopak mataku yang bengkak.
Di sudut mataku, terlihat bus bergerak mendekat, lalu berhenti tepat didepan halte bus, dimana aku duduk dibangku panjang ini, saat aku bergegas berdiri. Secara bersamaan orang-orang keluar dan menyenggol bahuku, membuat keseimbangan tubuhku hilang, dan aku tersungkur terjatuh.
"Aduh! Makanya minggir dong"
Si wanita berjas itu berteriak, sepertinya ia sangat terburu-buru untuk pergi ke tujuannya. Aku tidak menjawab protesnya, bukan karena aku merasa percaya diri atau merasa tidak bersalah, tapi dengan kondisi kakiku yang seperti ini. Aku tidak bisa bergerak secara leluasa, dan menghindar ke tepi.
Si wanita berjas itu, dengan tatapan sinisnya yang dia berikan kepadaku, dia pergi begitu saja dengan tangannya yang masih menggenggam erat tas jinjing hitamnya.
Tin! Tin!
Sopir bus itu, menekan klakson berkali-kali, membuatku segera berdiri dan berjalan masuk kedalam bus, sambil tertatih-tatih. Aku mencari tempat duduk yang kosong.
Aku duduk dengan tenang, dan Miw turun dari pundakku, ke pangkuanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEET YOU, AT THE SEA
AcciónSejak kecil, Varius selalu di perlakukan kasar oleh ayahnya, yang bertujuan agar Varius selalu tetap siaga menghadapi masalah apapun. Namun bukan itu yang di inginkan Varius *** Saat masih kanak kanak, ia selalu di ejek teman temannya, karena Varius...