Huang Renjun mengusap air matanya ketika ia melihat siluet dirinya dicermin. Dia menangis. Sudah enam bulan berlalu semenjak ia dikurung disini dan sudah seminggu berlalu semenjak ia menyadari ada yang salah dengan tubuhnya. Berat badannya naik, Pinggangnya melebar mengikuti bentuk perutnya yang kini membuncit. Renjun pikir awalnya dia terkena tumor atau semacamnya. Akan tetapi setelah ia merasakan pergerakan halus didalam perutnya ia baru sadar.
Kenapa dirinya mudah tertipu? Bahkan gejala yang ia rasakan nampak sama seperti apa yang dulu istrinya alami. Renjun ketakutan. Bagaimana bisa? Ia tentu sudah tahu dan tidak heran kalau ada pria sepertinya yang bisa mengandung. Akan tetapi bagaimana ini bisa terjadi pada dirinya? Kenapa tuhan seolah membuat hidupnya semakin menderita.
Haechan, pria itu menipunya. Dia dilecehkan hingga mengandung anaknya. Apa yang harus renjun lakukan sekarang? Bagaimana bisa dia menerima anak ini? Renjun ingin pulang dan kembali ke keluarganya dikorea, namun naasnya dirinya kini bahkan tengah hamil anak dari pria bajingan yang menculiknya. Haechan telah mengikatnya erat dengan tali tak kasat mata.
Renjun hanya duduk didepan jendela kamar sembari menggigit bibirnya gelisah. Matanya mengerjap linglung. Pikirannya berkelana kemana-mana menyimpulkan sendiri kemungkinan -kemungkinan yang belum pasti akan terjadi kedepannya. Anak ini, seharusnya tidak boleh ada.
Pintu kamar terbuka, Haechan melihat makan siang renjun yang tidak ia sentuh sama sekali.
"sayang" panggilnya.
Renjun menoleh, ia muak sekali melihat wajah haechan yang bersikap biasa saja seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa. Masih ingin berpura-pura huh?! Renjun hanya diam sembari memandangnya dingin saat pria itu berjalan mendekatinya.
"Sayang kau belum makan? " tangan haechan bergerak ingin mengelus kepala istrinya sebelum ditepis dengan kasar.
"Berhenti berpura-pura bajingan! Aku muak dengan sandiwara mu" ucapnya tajam.
Haechan membeku sesaat. Oh istrinya sudah sadar ternyata. Haechan tersenyum simpul menanggapinya. "Aku tidak bersandiwara sayang" ucapnya tenang.
Renjun tersenyum sinis, memandang pembawaan pria itu yang masih tetap tenang. Sial! Orang ini tidak mudah digoyahkan.
"Kau menghancurkan hidupku bangsat! "
"Bagian mana yang aku menghancurkan hidupmu sayang? Aku hanya ingin hidup dengan mu saja tidak lebih dan tidak kurang. Anak itu adalah anugerah, aku akan tetap ingin bersama mu sampai menua meskipun kau tidak bisa memiliki anak" haechan menjelaskannya dengan lembut, berharap renjun akan mengerti.
"Masalahnya aku tidak mau hidup denganmu bajingan! " teriak renjun.
"Anak sialan ini adalah kesalahan! Aku tidak mau mengandungnya! Aku membencinya sama seperti aku membenci mu! Bahkan aku akan membunuhnya kalau perlu!"
Plak
Haechan menamparnya. Renjun memegangi pipinya yang panas bekas tamparan pria itu dengan senyum getir. Bibirnya bergetar dan matanya berkaca-kaca. Nafasnya sampai tak beraturan akibat emosi yang meluap-luap. Renjun hanya muak dan itu membuat amarahnya semakin memuncak.
"Jaga mulutmu renjun. Aku tau kau membenciku tapi anak yang kau kandung itu adalah darah daging mu sendiri. Aku tidak habis pikir bagaimana bisa ada orang seperti mu yang mengatakan ingin membunuh anaknya sendiri?! Salahkan saja aku! Jangan pernah berani menyakitinya, atau kau akan tau akibatnya! "
KAMU SEDANG MEMBACA
Lasciami Andare [HYUCKREN]
FanfictionRenjun pemuda yang telah menikah dan memiliki seorang anak tidak menyangka jika ia harus menjalani hidup yang bagaikan mimpi buruk semenjak dipindah tugaskan oleh kantornya untuk sebuah perjalanan bisnis di italia. Dikurung dalam sebuah kemewahan ba...