enambelas

1.2K 129 23
                                    









Suara erangan kesakitan terdengar mengudara disalah satu ruangan kedap suara yang ada dirumah lama milik haechan. Jeno tengah terkapar lemah dengan tubuh yang penuh lebam dan darah karena tendangan dan pukulan yang haechan layangkan. Sedangkan sang istri jaemin kini tengah menangis sembari memandang nanar suaminya yang rela menanggung akibat dari kecerobohannya.

"Beritahu istrimu yang ceroboh itu untuk jangan memunculkan wajahnya dihadapanku dulu Jen atau aku akan menghabisinya"

Jeno hanya mengangguk lemah menanggapi peringatan haechan sembari terbatuk batuk. Haechan melayangkan satu tendangan kembali untuk yang terakhir kali dan melenggang pergi.

Jaemin segera menghampiri suaminya untuk mengecek keadaannya yang tidak baik-baik saja.

"Hiks maaf. Maafkan aku karena ku, kau jadi begini" sesalnya.

"Tidak masalah sayang. Tenang haechan hanya marah untuk sementara saja nanti kalau keadaannya sudah kondusif aku yakin semua akan kembali seperti semula"

Jaemin hanya mengangguk patuh dengan ucapan suaminya. Jeno benar Haechan itu tipe yang langsung meledak ketika marah dan tidak segan-segan untuk berbuat kejam akan tetapi ia tidak akan menyimpan dendam yang cukup lama terhadap orang yang disayanginya termasuk kedua sahabatnya itu.

"Bagaimana dengan gadis itu? " tanya haechan kepada salah satu bawahannya setelah mereka berada didalam mobil.

"Gadis itu sudah meninggal dalam kecelakaan yang kami atur tuan"

"Baguslah. Batalkan kerjasama kita dengan perusahaan itu, stop proyeknya dan putus semua koneksi dengan mereka. Bilang juga pada mereka kalau perusahaan mereka sama sekali tidak kompeten dan banyak kendala yang terjadi pada karyawannya. Aku tidak mau mereka mengirim seseorang lagi untuk menjalankan proyek disini lalu bertemu dengan istriku. Kita tidak boleh lengah barang sedikitpun mulai sekarang. Aku tidak mau hal ini terulang kembali"


"Baik tuan"















.







.











.











Renjun sedang merajut baju bayi diruang tamu sembari bersenandung pelan. Setidaknya dengan merajut ia bisa menepis rasa bosannya barang sejenak. Renjun berhenti dari acara merajutnya dan memandang ke arah jendela transparan dihadapannya. Hari sudah mulai gelap akan tetapi haechan belum pulang juga. Haechan bilang dia ada urusan dikota.

Renjun jadi ingat insiden kemarin saat dirinya pertama kali kepusat kota setelah sekian lama dikurung disini. Dirinya bertemu dengan ningning teman satu divisinya dulu. Jadi ningning lah yang ditugaskan untuk menggantikan dirinya menjalankan proyek disini. Namun ada hal lain yang mengganjal dihatinya.
Kenapa kantornya dulu seolah olah telah melupakan dirinya begitu saja? Apa tidak ada pencarian orang hilang atau hal semacamnya? Bahkan keluarganya juga melupakan dirinya.

Renjun masih ingat raut wajah bahagia dari istri dan anaknya yang ditunjukkan jaemin kepadanya dengan seorang pria bule yang tampan didepan rumah mereka dulu. Ia jadi merindukan Putri kecilnya Huang Tera. Tidak bisakah ia bertemu dengan anaknya kembali untuk sebentar saja? Renjun menitikan air matanya. Tangannya mengusap perutnya pelan. Sekarang dia juga akan segera memiliki anak dari pria yang menculiknya.

Renjun mengusap air matanya kasar. Dia tidak boleh sedih begini bukankah dia sudah berjanji untuk menerima haechan dan hidup bersama sampai tua? Mereka juga sudah menikah walaupun dia sedang tidak sadarkan diri dan dipaksa, akan tetapi sekarang statusnya sudah menjadi seorang istri dari lee haechan sang pengusaha kaya. Renjun harus bisa memulai kehidupannya yang baru serta merawat dan membesarkan anak mereka nanti. Lagipula kalau boleh jujur dia sudah mulai jatuh hati dengan suaminya itu meskipun pria itu sering kali bertingkah menyebalkan dan pemaksa.


Renjun tersenyum geli mengingat kehidupannya sekarang sangat berbanding terbalik dengan yang dulu. Dia mulai bisa menikmati statusnya yang menjadi submisif dan sudah tidak kaku lagi ketika haechan melakukan skinship kepadanya. Renjun bahkan sudah rela untuk digagahi sang suami ketika haechan sedang menginginkannya. Mendengar dirinya yang mendesah pasrah dibawah kuasa suaminya kadang membuat renjun malu dan geli sendiri membayangkannya.


"Bahkan sekarang aku dipanggil Nyonya" kekeh renjun.

Hidupnya yang sekarang sudah bergelimang harta tanpa harus ia bekerja dengan susah payah untuk mencarinya. Ternyata menjadi nyonya muda dirumah ini tidak buruk juga. Setelah dipikir-pikir meskipun hidupnya terkurung dirumah ini dengan banyaknya bodyguard yang menjaganya, renjun sudah tidak merasa terbebani lagi. Ia tidak kekurangan apapun. Haechan selalu memberinya cinta dan kasih yang berlimpah dan sekarang mereka sedang dikaruniai anak yang sedang ia kandung. Bukankah sudah seharusnya renjun merasa cukup dengan ini semua?

"Sayang aku pulang" teriak haechan.

Renjun tersentak dari acara melamunnya. Dia lalu menampilkan senyum terbaiknya ketika haechan berjalan mendekati dirinya.

"Sayang kau sedang apa? " tanya haechan saat ia mendudukan bokongnya disebelah renjun

"Aku sedang merajut baju untuk bayi kita nanti"

"Bagus sekali, terimakasih sayang" ucap haechan sembari mengelus surainya yang panjang.

"Terimaksih untuk apa? "

"Untuk menjadi ibu dari anakku"

Renjun memukul dada haechan pelan. Pipinya bersemu. Ia lalu ingat sesuatu.

"Haechan bagaimana dengan keadaan Jaemin, apa dia baik-baik saja? " tanya renjun khawatir.

"ya dia baik-baik saja" suara haechan berubah menjadi dingin ketika istrinya menanyakan kabar jaemin.

"Syukurlah kalau begitu. Sungchan bilang ususnya ada yang bocor aku panik sekali saat dia berteriak kesakitan"

Haechan menghela nafasnya pelan mendengar cerita renjun. Istrinya ini terlalu polos atau bodoh sih? Bahkan mimik wajah haechan yang berubah menjadi kesal saja renjun tidak peka. Pantas saja dia mudah percaya dengan acting murahan jaemin. Padahal haechan sudah was-was dan berspekulasi akan kemungkinan yang bisa terjadi kedepannya jika renjun melakukan pemberontakan atau curiga kepadanya. Namun yang didapati justru istrinya yang berceloteh akan kekhawatirannya dengan jaemin dan berencana menjenguknya kalau dia diperbolehkan.

"Kau bisa menemuinya kapan-kapan sayang, lagipula perjalanan ke kota itu lumayan lama. kandungan mu juga sudah besar aku takut jika terjadi sesuatu kepadamu, aku yakin jaemin akan paham dengan keadaan mu"

"Kau benar. Baiklah aku akan menjenguknya kapan-kapan saja kalau begitu"

"Bagus, istriku kalau penurut begini jadi cantik sekali" kekehnya.

"Demi baby haechan, dan jangan panggil aku cantik "

"Kenapa? Toh kau memang cantik kok sayang, akui saja apa susahnya "

"Tidak aku ini pria kalau kau lupa"

"Iya-iya pria dengan perut besar yang berisi bayi dan dada yang besar juga hm" Haechan berlari setelah ia berhasil menggoda istrinya dan sempat meremas dadanya sebentar hingga membuat renjun memekik sakit.

"Haechannn!!!!! Awas kau ya!!!!" teriak renjun dengan kesal.
Haechan itu kalau tidak menyebalkan ya mesum. Renjun hanya geleng-geleng kepala saja menghadapi kelakuan suaminya.

"Jangan seperti Daddymu ya nak" usapnya pelan pada perutnya.











Tbc




Aku seharian cuma rebahan doang, daripada sedih mending aku nulis dan jadilah chapter ini.

Jangan lupa buat vote dan komen.

Makasih.

Sellena.








Lasciami Andare [HYUCKREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang