part 16: tawuran 2 gus

27 3 0
                                    

Kini Chanda masih menutup netranya, Rasa sakit pada kepalanya membuat ia hanya bisa tidur untuk saat ini. Dan tanpa disadarinya Darah mulai merembes dari hidungnya.

Di Ndalem, tepatnya didapur. Seorang santri sedang heboh menemui Abah.

"Assalamualaikum Bahhhhhh!!" Pekiknya membuat semua pengurus yang sedang memasak dibuat tutup telinga rapat-rapat, Takut gendang telinga mereka bisa pecah karena lelaki satu ini.

"Waalaikum salam. Kenapa Van? Kenapa sampai berteriak seperti itu?" Tanya Abah yang berdiri ditangga berniat turun..

Remaja bernama Jauvan itu menggeruk tengkuknya yang tak gatal, merasa malu karena berteriak tanpa menyadari jika disana ada Santriwati yang amat dia kagumi..

"Ngapunten Bah. Hafidz kalih Gus Fathur tawuran malih" Ucapnya membuat Abah Bahdad menepuk jidatnya.

Ia lelah mengurus 2 bayi beruang yang dapat bertengkar tanpa melihat waktu, Namun ia juga merasa lega karena tlah ada Chanda yang kemungkinan dapat menenangkan pitra dan Keponakannya.

"Teng pundi?" Tanya Abah menatap Jauvan yang sedang melirik seorang santriwati berjilbab merah.

"Ekhm" Deheman Gus Haqi menyadarkan Jauvan dari lamunanya, Santri itu menatap Gus Haqi yang emnatapnya tajam.

"Ngapunten Bah. Saniki Gus Fathur kalih Hafidz teng kamar putra" Jawabnya menunduk merasa malu dengan kejadian tadi.

"Zi..."Panggil Abah pada putrinya yang sedang menonton kajian di Tv Android.

"Dalem. Na'am Abah?" Tanyanya berjalan menghampiri Abah dan Kakaknya.

"Tolong panggilkan Chanda" Perintahnya langsung dilaksanakan oleh Ning Zia. Gadis itu berjalan riang menuju kamar adik iparnya.

Abah berlalu menemui Umi Halimah, sedngkan Gus Haqi kekeuh menatap Jauvan yang tak menjaga pandangannya.

"Jauvan Hadzani!!" Geramnya membuat Jauvan kembali tersadar.

"Ngapunten Gus. Kula ajeng teng kamar riyen, Assalamualaikum" Pamitnya langsung berlari, Sungguh random sekali santri satu ini?

Gus Haqi hanya menggeleng tak habis pikir dengan santri didikan abahnya yang mayan agak agak ini. Namun ia yakin suatu saat nanti kelak Jauvan akan menjadi pengurus yang dapat diandalkan.

"Ade..." Panggil Gus Haqi pada Ning Zana yang ikut serta membantu santriwati memasak.

"Nggih mas" Jawab Ning Zana langsung berjalan menuju suaminya. Keduanya pun berjalan meninggalkan dapur.

Para pengurus putri mulai tantrum melihat kebersamaan pasutri baru itu. Oh iya..... Kini mereka hanya tahu bahwa Chanda menjadi putri angkat Abahnya dan belum mengetahui jika Chanda adalah istri dari Gus Fathur.

¤~TPA~¤

Ning Zia sampai didepan pintu kamar Gus Fathur, dirinya mencoba mengetuk pintu berwarna biru itu. Namun tak ada sahutan dari seseorang didalam sana.

"Assalamualaikum. Chandaa" Panggilnya tak disahuti.

Tok

"Takdir Pilihan Allah"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang