Wolf Team

83 11 0
                                    

Peter melepas helmnya sembarangan, dengan cepat ia menekan bell yang ada di luar gerbang rumah bertingkat itu. Berharap penghuninya segera keluar.

"Ayo ayo ... kumohon." gumamnya dengan gelisah sambil terus menekan bell dengan tak sabaran.

Benar saja, selang beberapa saat seorang berpakaian santai keluar dan menghampiri Peter.

"Letnan Peter?" ucapnya begitu memastikan bahwa yang memencet tombol dengan brutal itu adalah bawahan dari komandannya di kantor.

"Yo, Bapak ada?" tanya Peter pada ajudan Inspektur Levi, komandan divisi mereka.

Aryo menatap Peter tajam sebelum kemudian mengangguk ragu, "Ada, memangnya ada apa Letnan?"

"Izinkan saya masuk. Ada hal darurat yang harus dibicarakan dengan Bapak. Ini tentang tim saya. Tolong." Peter memelas, berharap Aryo tidak perlu mempersulit dirinya kali ini.

"Yasudah Letnan tunggu disini,saya tanya Bapak dulu."

"Siapa di luar?" Levi yang sengaja mengintip dari celah jendela rumahnya langsung bertanya begitu melihat ajudannya kembali masuk.

"Izin Ndan, itu Letnan Peter. Katanya ada masalah darurat dengan tim mereka."

Levi mengerutkan dahinya sebelum menggeram kesal, masalah apa lagi yang kini ditimbulkan tim pembuat onar itu. "Suruh masuk!" titahnya kemudian.

Levi memperhatikan penampilan Peter dari atas hingga bawah saat orang itu sudah berdiri di hadapannya, celana piyama dipadukan dengan jaket kulit, tidak mungkin terjadi jika bukan situasi darurat sungguhan.

"Ada apa Letnan?" Tanya Levi tenang setelah mempersilahkan Peter duduk.

"Apa komandan yang memerintahkan tim kami untuk berburu malam ini?"

Levi mengerutkan dahinya, "Berburu bagaimana maksudmu?"

"Seluruh anggota tim kecuali saya, Gia dan Haikal, semuanya menghilang Ndan. Dan menurut orang kantor, mereka minta senjata keluar. Tidak ada jejak, mereka pakai mobil pribadi Kolonel Johan dan tidak bisa dideteksi." Peter menjelaskan.

"Kasus apa yang sedang kalian tangani?"

Peter diam, mencoba mengingat kasus apa saja yang mungkin diburu timnya malam ini. "Ada tiga Ndan. Kasus mutilasi pasangan lansia, kasus pembunuhan tentara dan keluarganya, atau kasus kematian Jenderal Ronald."

Levi terdiam sembari memijat pelipisnya. Pria itu mencoba membendung emosinya agar tidak meledak. Kapan tim ini akan berhenti membuatnya dapat masalah. "Hubungi polantas, minta mereka periksa CCTV di jalur dekat kantor, ikuti kemana mobil Johan bergerak. Benar-benar bikin repot."

Tubuh Peter seketika menegang, "Jadi bukan komandan yang kasih perintah?"

Levi menatap Peter tajam, "Kamu pikir saya akan bertanya kalau saya yang beri perintah?" tanyanya ketus.

Peter hanya bisa menunduk dan membuang nafas kasar, pikirannya semakin tak karuan.

"Cepat!" titah Levi lagi.

"Siap Ndan!"

Sementara di tempat terpisah, lima orang personil kepolisian yang sedang mengendap-endap di tengah malam itu terlihat sangat fokus, alat komunikasi sudah tersambung, perlengkapan juga sudah siap, tinggal tunggu perintah untuk eksekusi.

"Langit apa yang kamu liat?" Johan berbicara pada handie talkie nya.

Gala memindai sekeliling rumah target, namun tidak ada yang mencurigakan, "Clear Ndan."

"Mohon petunjuk, Ndan." ujar Rey dengan senjata aktif yang moncongnya ia arahkan kebawah.

Johan menatap satu persatu anggotanya bergantian, "Menurut kalian?" tanyanya.

A SECRET [POOHPAVEL] ✅Where stories live. Discover now