Mission

78 11 0
                                    

"Ndan, belum terlambat untuk mengubah strategi." Rey menahan lengan Johan yang hendak turun dari mobilnya.

Di sekeliling mereka yang terlihat hanya pekatnya malam, tidak ada penerang selain lampu mobil yang masih menyala. "Apa maksudmu?" tanya Johan kasar.

"Ndan, bukankah sebaiknya kita hubungi tim. Minta bantuan dan juga perlengkapan yang lebih memadai, sudah dengar kan dari informan tadi, mereka bukan berjumlah satu orang." desak Rey dengan nada memelas.

"Kenapa? Kau takut?"

Rey menggeram, "Bukan masalah takut, Ndan. Ini juga akan mempengaruhi kinerga tim. Kemungkinan berhasil akan lebih sedikit jika kita hanya bertiga."

"Berlima." ralat Johan. "Bukannya sedari awal sudah saya bilang kalau Heru dan Eki akan bergabung? Saya sudah perintahkan mereka untuk mengambil perlengkapan di kantor, sebentar lagi akan sampai."

Galaksi yang hanya duduk diam di kursinya, menatap canggung dua atasannya yang sedang berdebat itu. Gala percaya sekali pada setiap keputusan Johan, namun melihat konfrontasi Rey Gala mulai ragu, apakah keputusan mereka untuk menerjang ilalang dan memarkirkan kendaraan di sisi jalanan kecil ini adalah keputusan yang tepat. Jujur saja, Galaksi lebih mempercayai Rey.

"Begini saja, kalau kalian tidak siap, turun sekarang dan berlari sekencang mungkin tinggalkan tempat ini, saya akan terjang sendiri." ucapnya sebelum turun dari mobil dan membanting pintu dengan keras.

Rey dan Galaksi yang menyaksikan itu hanya bisa menunduk pasrah. Aturannya, anggota mematuhi komandan, tak ada yang bisa mereka lakukan selain berkata siap.

Rey beralih menatap Galaksi. Tidak ada yang terbaca dari sorot matanya selain rasa khawatir, "Gala...." panggilnya sembari mendekatkan posisinya dan meraih bahu Gala.

"Kamu siap?"

Gala tersenyum lalu mengangguk mantap, "Saya siap, Bang." ujarnya pasti.

Ya Rey juga melihat, tidak ada keraguan di sorot mata itu. "Baiklah. Kalau begitu dengar...."

"Tidak ada radio komunikasi yang membuat kita saling terhubung saat ini, tidak ada night vision, kita hanya mengandalkan cahaya bulan dan lokasi ini becek, semakin mempersulit kita buat melarikan diri. Andai mereka penjahat biasa, ini menguntungkan kita, tapi mereka itu mantan prajurit pasukan khusus. Saya tidak tahu kenapa Komandan begitu terobsesi meringkus orang-orang itu tanpa persiapan, tapi kita sudah disini tidak bisa mundur."

Galaksi mendengarkan dengan seksama sambil sesekali mengangguk paham. Sempat-sempatnya pemuda itu menatap sang atasan dengan kagum.

"Apapun yang terjadi saya ada di depan kamu, jangan takut. Apa kamu paham?"

Gala mengangguk tegas, "Siap paham Bang. Saya mungkin tidak kompeten tapi saya tidak akan gentar," jawabnya yakin.

Rey tersenyum lalu merogoh saku celananya, "Ambil ini, saya tahu kemampuan beladiri satu lawan satu mu luar biasa, kalau terpaksa berhadapan dengan musuh gunakan ini. Tunggu Heru dan Eki disini, dan pergi saat perlengkapan sudah lebih memadai." ujar Rey sambil menyerahkan sebuah belati kearah Gala.

"Tunggu apa lagi, ambil Gala."

Gala menatap belati itu sesaat sebelum mengambilnya, "Terimakasih Bang."

"Saya duluan, ingat keselamatan nomer satu ya. Jangan terluka, kita masih punya banyak hal untuk diselesaikan," Rey menepuk pundak Gala sebelum menyusul Johan keluar dari mobil.

"Abang juga."

Kini tinggal Gala sendirian di dalam mobil, jarak target masih 200 meter di depan, dia diperintahkan untuk menunggu rekan lainnya baru menyusul. Artinya dia masih punya waktu untuk menghubingi Peter kan.

A SECRET [POOHPAVEL] ✅Where stories live. Discover now