Missed You

118 34 3
                                    

Malam di Yogyakarta memiliki pesona yang begitu khas, seakan ada kehangatan yang menyelimuti kota ini. Jalanan dipenuhi oleh deretan lampu-lampu jalan kuning redup yang menyebarkan cahaya lembut, menciptakan bayangan panjang di sepanjang trotoar.

Pemandangan pedagang kaki lima di pinggir jalan tak lepas dari mata dua insan yang kini berada disituasi yang cukup canggung. Playlist lagu-lagu Taylor Swift sedari tadi terputar di dalam mobil BMW M4 Coupe milik Shani menjadi satu-satunya suara yang terdengar.

"Ci" panggil Gracia memecah kesunyian.

"Ya? Kenapa, Gracia?" respon Shani masih menatap jalanan di depannya.

"Cici sejak kapan suka Taylor Swift?" tanya Gracia penasaran. "Ini juga bukan jalanan ke asrama aku, Ci. Cici mau bawa aku kemana?" Gracia kini menatap wanita disebelahnya.

"Sejak setahun yang lalu" jujur Shani. "Mau ke supermarket, beli air putih sama cemilan" Shani menolehkan wajahnya ke sisi kiri, "Untuk kamu. Kamu suka kan?" ucapnya tersenyum. "Kamu pusing ngga sekarang? Kalo pusing aku sekalian mampir apotik" sambungnya dengan pandangan kembali ke depan.

Gracia menggeleng, memang tak merasakan pusing sama sekali karena ia hanya minum seloki. Justru yang tidak baik-baik saja adalah debaran jantungnya, "Setahun lalu berarti pas gue lagi jaga jarak ke dia? Ini kenapa gue deg-degan gini sih.. jangan kepedean Gre.. siapa tau tunangannya juga suka Taylor Swift" ucapnya dalam hati.

And it was enchanting to meet you

All I can say is I was enchanted to meet you

"1 tahun ini, kenapa aku ngerasa kamu jauhin aku?" tanyanya tepat setelah lirik Enchanted milik Taylor Swift berputar, "Aku ada ngelakuin kesalahan ya?" menghentikan mobilnya di parkiran supermarket, menaruh seluruh atensinya kepada gadis di sebelahnya.

Yang ditanya hanya diam, tak berani menatap balik orang yang tengah intens menatapnya. Dirinya hanya memandang keluar jendela menampilkan tempat parkir yang mulai sepi. Shani dengan sabar menunggu jawaban, meskipun ia sangat penasaran.

"Aku ke dalem dulu ya? Kamu mau ikut atau nunggu disini?" tanya Shani sambil mengambil tas kecilnya di kursi belakang.

"Ci Shani setahun ini bahagia ga?" tanya Gracia tiba-tiba.

Shani yang telah memegang tas kecilnya itu, tersenyum senang. "Iya, aku bahagia setahun ini. Kamu gimana?" jawabnya bertanya kembali.

Hening. Lagi, Gracia hanya diam tak menjawab pertanyaan Shani. Bukan tak mau menjawab, hanya saja ia takut jawabannya salah. Shani masih dengan senyumannya pun tak memaksa Gracia berbicara, ia pun beranjak membuka pintu mobilnya.

"Aku tinggal bentar ya. Disini aja, jangan kemana-mana" ucapnya sebelum menutup pintu mobil.

Selang beberapa menit, karena bosan, Gracia kemudian mengambil ponselnya di dalam tas, melihat jam menunjukan pukul 10.15, "Hah ini udah jam segini tapi Bunda tumben banget ga telfon, bahkan ga ngechat juga" gumamnya pelan. Pukul 10 malam adalah jam malam Gracia yang ditetapkan Bundanya, sang Bunda akan menghubungi Gracia entah itu sekedar chat, voice call, bahkan video call sebelum ia tidur. Namun, malam ini berbeda, tak ada itu semua.

"Bunda udah aku kabarin, kalo kamu lagi sama aku" ucap Shani tiba-tiba sambil membuka pintu belakang, kemudian meletakkan belanjaannya di kursi belakang.

"Hah? Cici kapan ngabarinnya?" tanya Gracia heran.

"Sebelum aku ajak kamu kesini, aku udah bilang kalo aku yang anter kamu, sekalian mampir sebentar" ucap Shani yang telah duduk kembali di kursi kemudi.

"Cici kok tau aku punya jam malem?"

"Coba kamu tanya lagi, apa yang ga aku tau tentang kamu?" ucapnya memeringkan badan, menatap wajah Gracia yang telah bersemu merah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ForelsketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang