Malam ini Bitha menginap di rumah Tante Lala. Dia tidak keberatan karena memang ia merasa nyaman selama di sini. Lagipula setiap kamar di rumah Tante Lala dilengkapi dengan AC. Selama kamar yang ditempati dingin, dia pasti bisa tidur dengan nyenyak. Kini ia tidak tidur sendirian. Ada gadis kecil yang minta tidur bersamanya.
"Aku mau tidur sama Tante Bitha," celetuk Emily membuat semua mata menatap ke arahnya.
"Lho, nggak mau tidur sama Mbah Uti?" tanya Tante Lala pada cucunya.
Dengan polosnya Emily menggeleng. "Mau sama Tante Bitha aja."
"Tante Bitha itu bau, mending tidur sama Pakdhe aja," ucap Galen, berusaha membujuk.
Emily melipat kedua tangannya dan mengerucutkan bibirnya. "Pakdhe kok jahat sih. Tante Bitha kan harum. Nggak kayak Pakdhe yang tadi bau tai ayam."
Bitha tak bisa menahan tawanya. Anak kecil selalu jujur. Kalau tadi Emily memujinya cantik, pasti apa yang saat ini dikatakan Emily tentang Galen juga benar.
Ketika Bitha menemani Galen ke pasar dan peternakan ayam, ia tidak mencium aroma tidak sedap dari tubuh Galen. Entah karena bau parfumnya yang terlalu kuat, atau karena memang Galen memang tidak bau.
Karena kesal, Galen menggelitiki Emily sampai keponakannya itu tertawa kegelian. Ia tidak berhenti menggelitiki sampai Emily memohon ampun padanya.
"Ampun, Pakdhe!" teriak Emily sambil tertawa kegelian.
Pukulan Tante Lala berhasil menghentikan Galen. "Kamu itu iseng banget sama Emily. Lagian apa yang dibilang Emily benar kok. Kamu tadi tuh bau tai ayam, makanya Mama suruh mandi," ucap Tante Lala membela cucunya.
Emily menjulurkan lidahnya dengan tertawa lebar.
Galen yang hendak menggelitiki Emily lagi, ternyata gadis kecil itu segera berlindung di balik tubuh Bitha.
"Pakdhe pasti nggak berani deh kalo sama Tante Bitha," ledek Emily.
"Wah, kecil-kecil udah bisa ngeledek," decak Galen.
Tiba-tiba Emily berbisik pada Tante Bitha. "Aku kasih tau, Tante jangan dekat-dekat sama Pakdhe. Soalnya Pakdhe suka bau tai ayam. Terus, Pakdhe itu kalo lagi marah nyeramin. Pokoknya Tante jangan bikin Pakdhe marah."
Senyum Bitha muncul mendengar itu.
Galen menatap Bitha yang tengah tersenyum ke arahnya. "Dia bisikin apa ke kamu?" tanyanya penasaran.
Emily buru-buru menutup mulut Tante Bitha dengan tangan mungilnya. "Jangan dikasih tau, Tan!"
"Kok Pakdhe nggak boleh tau?"
"Ini rahasia perempuan."
Tante Lala terhibur melihat perdebatan antara anak pertama dan cucu pertamanya. "Mbah Uti kan perempuan. Berarti Mbah Uti boleh dikasih tau dong?"
Emily mengangguk kuat. Kemudian ia berpindah duduk di sebelah Mbah Utinya, dan membisikkan hal yang sama seperti yang ia bisikkan pada Tante Bitha.
Baru mendengar kalimat pertama, Tante Lala sukses tertawa. Sembari tertawa, ia menatap ke arah anaknya yang nampak penasaran.
"Mending nggak usah tau, Mas. Daripada Mas Galen makin kesal," celetuk Bitha berusaha kuat menahan tawanya.
Galen mendengus keras.
Kemudian Emily meminta Bitha untuk menemaninya mewarnai buku gambar yang ia bawa dari rumah. Emily mewarnai sebuah gambar beruang.
"Beruangnya mirip sama Pakdhemu," celetuk Bitha saat melihat gambar yang diwarnai oleh Emily.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitha for the Beast
ChickLitMenjadi putri dari pasangan pengusaha dan cucu seorang politikus terkenal membuat hidup Tsabitha Alisha Mahawira tidak bisa bebas. Perempuan yang biasa dipanggil dengan nama Bitha selalu memiliki pengawal yang selalu mengikutinya, mencegah dirinya a...