01. -Kejauhan

258 9 0
                                    

Surabaya Indonesia 06.45
HOME AMBRAMA FAM.

Lelaki berhidung mbangir dengan paras tampan nya sudah siap melaksanakan MPLS nya sebagai murid di sekolah SMA ternama di Surabaya. Ia tak sabar, tak sabar bertemu sang panitia.

"Rasya, pengenalan lingkungan sekolah kali ini kamu sudah bikin twibbon nak?" Tanya sang ibunda yang menyiapkan bekal nya, karena sekolah baru nya kali ini mengadakan sarapan bersama. Meskipun sedikit konyol bak anak SD.

"Sudah, sebelum Ibun nanya. Rasya sudah buat," Rasyaka Ambrama- lelaki mapan dengan hidup sederhana nya ia bisa berkarya, ia sudah banyak menuliskan buku-buku tentang percintaan di Gramedia Surabaya. Selain itu, dia juga atlet bulutangkis.

"Sudah siap bekal nya. Kamu mau jemput Zenanda dulu?" Rasya mengangguk, ia memasukkan kotak bekal nya kedalam tas ransel nya, lalu mencium punggung tangan sang ibu.

"Makasih Ibun, Rasya berangkat. Assalamualaikum" Ibunda Rasya yang bernama Shanria memeluk singkat sang anak semata wayang nya. "Waalaikumsalam, hati hati!" Teriak Shanria yang melihat anak nya yang sudah makin menjauh dari netra nya.

***

Gang kecil penuh kenangan yang di lalui lelaki berhelm full face itu sedikit ramai, karena ada pengajian di sekitar rumah nya tadi. Terlihat dari kejauhan, lelaki berkacamata bulat dengan tas ransel bewarna merah. "Zenanda, buruan naik. Udah telat nih" Zenanda Aslaka- sahabat sebaya nya yang terus bersama, tidak ada kata berpisah.

"Tai, lu telat jemputnya. Liat! Sampe-sampe mak lu gue misscall lima belas kali" Zenanda menunjukkan beranda WhatsApp nya, tetapi Rasya hanya mengacuhkan nya. Yang terpenting bukan notifnya yang jebol.

***

SMA Surabaya- MPLS

Terlihat siswa-siswa baru yang sama seperti Rasya dan Zenanda sekarang sedang berbaris mendengarkan panitia menjelaskan materi yang akan di lakukan, tampak wajah kegirangan Rasya membuat Zenanda sedikit bingung. "Sst.. Lu kenapa?"

Yang di kode hanya senantiasa menatap kesalah satu panitia dengan jepitan biru, "Serius amat ngeliatin nya, lu ada naksir salah satu nya ya" Rasya tersadar karena kekehan kecil dari sahabat nya, dengan cepat Rasya sedikit kuat menginjak kaki Zenanda.

"Ikan sepat ikan tongkol" Kalian pasti tidak menyangka sikap dengan penampilan Zenanda, penampilan Zenanda memang sedikit culun dan cupu. Tetapi sifat nya benar benar bertolak belakang dengan penampilan.

-3 jam setelahnya~

Sekarang adalah waktu nya sarapan bersama, sebenarnya tak layak di katakan sarapan, karena kegiatan ini di lakukan pada pukul sepuluh. Karena banyak siswa baru yang di berikan hukuman karena tidak membawa perlengkapan yang harus di bawa, salah satunya sahabatnya sendiri.

"Pegel gue Sya jalan bebek muterin lapangan, mana luas bet lagi ni sekolahan" Lenguh Zenanda dengan keringat bercucuran, Rasya hanya memberikan selembar kain untuk mengusap keringat Zenanda.

"Tapi di liat liat cantik juga panitia nya, gue naksir Sya! Rela gue di hukum muterin lapangan sambil kayang" Lanjutnya, sedangkan Rasya bergulat dengan pikiran nya. Siapa yang di maksud 'panitia yang cantik' itu?

"Panitia yang mana?" Tanya nya cepat, tentu saja di hadiahi tatapan sigma mewing seribu aura Zenanda. "Gue nanya, bukan mau kawinin" Lanjutnya menyendokkan ayam goreng yang di bekali ibunda.

"Yang bening bet, dia pake pita merah di seragam nya" Rasya ber-oh ria. Ternyata bukan dia.

Saat sedang makan, netra nya tertuju pada panitia beraksasoris japitan biru yang ia perhatikan sedari tadi. Wanita itu sedang mengambil kotak box makanan untuk di bagikan ke panitia yang lain, terlihat ada gadis yang di maksud Zenanda itu juga menatap dirinya. Dengan cepat Rasya memalingkan wajahnya.

Ia hanya takut pujaan hatinya melihatnya, rambut di gerai dengan jepitan biru yang setia menemani aktivitas wanita itu. Tuhan, tolong kuat kan hati salah satu hamba mu ini, rasanya pipi ku akan bersemu merah merona jika gadis itu mengikuti netra gadis yang di maksud Zenanda.

























"Lo ngeliat sono mulu, ada apaan sih? Janda pirang?" Tanya Zenanda ngelantur, ia mendongak kan kepalanya menatap sahabat nya.

"Ga, gue abis ngeliat masa depan gue" Balas nya yang mampu membuat Zenanda tersedak hebat.

"Uhuk... Uhuk! Moncong lo jujur banget. Gue harus kasih rewards buat cewe yang mampu bikin lo bucin dongo!"

"Gue suka dia dari SD, Nan."

_________________________












TBC

-647 kata/short bab

FRANS!SCO! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang