05. -GR Ashala

72 8 0
                                    

Ruang Musik
Indonesia Surabaya 10.03 WIB
____________________

Ashala dengan tekun nya berlatih dengan koreografer yang di tugaskan sekolah untuk mengajari siswa-siswi yang minat dengan tari. Jatuh dan lelah adalah aktivitas yang selalu ada, sampai sampai lututnya memerah.

"Silahkan istirahat, kamu sudah terlalu lama untuk menari. Apakah perlu saya bantu kompres luka di lutut mu? Terlihat perih dan menyakitkan" Tentu saja lututnya sedikit bergetar karena sangat lelah, tubuhnya langsung tidur terlentang di lantai ruangan.

Tiba tiba ada sentuhan di tangan kirinya, ternyata ada kucing berbulu lebat yang dominan bewarna putih. Ia beranjak duduk dan menghelai satu persatu bulu lebat itu dengan lembut. "Ashala, lutut lo. Gue bantuin kompres air hangat" Rupaya ketua OSIS itu menghampiri nya.

"Ga perlu, nanti gue minta bantuan anak PMR kok. Tenang aja" Arsena mengalah, ia ikut mendekat dan ikut serta membelai lembut bulu kucing tersebut.

"Semangat sambutan nya buat adek adek besok, maaf in paman gue ya. Dia ngasih info in nya sehari sebelum acara nya di mulai" Memang paman Arsena menjabat sebagai kepala sekolah disini. "Btw lo cuman nari doang?" Lanjutnya bertanya.

"Engga, sama nyanyi" Balas Ashala.

"Lo mau nyanyi tentang apa makna lagunya?" Tanya Arsena sekali lagi.

"Cinta, cinta yang tak pernah dilihat. Gue terinspirasi dari salah satu pembuat novel yang memang ga di lirik sama sekali. Kayak nya banyak yang relate."

***

Bel istirahat berbunyi, Rasya yang baru saja ingin mengelurkan kotak bekalnya dengan cepat di tarik oleh Zenanda. "Lepasin anjing Nan!" Umpatnya sembari memeluk kotak bekalnya, ya karena itu adalah kotak bekal kesayangan nya.

Di kantin suasana begitu ricuh, apalagi gadis gadis banyak yang melihat ke arahnya. "Kita bikin onar apa? Sampe di liatin gini?" Bisik Zenanda yang berhenti di depan antrian mie ayam. "Lo narik gue mulu, gue duduk disana. Lo ngantri aja" Zenanda mengangguk, sangat jarang sahabat nya itu lepas darinya.

Di meja yang sudah di duduki, ia membuka kotak bekal bergambar spiderman yang menyalurkan jaring laba-laba. Sangat tidak cocok untuk wajah dingin dan ber-aura garang nya. "Rasya? Kita boleh duduk?" Tanya seseorang berkulit putih.

"Ga ada yang ngelarang." Balasnya singkat kemudian melahap nasi goreng dengan topping telur rebus dan macam macam sayur. Masya langsung duduk bersama dengan Arsena dan Ashala. "Ga beli makanan Sya?" Basa-basi Masya.

"Ngga, kebetulan ga suka makanan dari kantin manapun" Masya mengangguk angguk kan kepalanya, memang the real atlet, Rasya sampai seperhatian itu dengan kondisi badan nya. Apalagi kepada orang yang di sukai. Pikir Masya.

"Kak Ashala, ga pesen?" Ashala tersenyum mendengar perhatian kecil dari adik kelasnya yang terus mengganggu pikiran nya.

"Engga, kata koreo ku harus lebih ngecilin badan lagi" Rasya mengangguk, ia sedikit menggeser kotak bekalnya ke arah Ashala. Lalu membersihkan sudut bibirnya yang sedikit belepotan, dan tanpa aba aba ia langsung meninggalkan meja tersebut, ia tidak membawa kotak bekal kesayangan nya.

***

Saat Rasya tiba tiba pergi tiga menit kemudian ponsel Ashala sedikit berdering menandakan ada notif masuk. Dengan cepat Ashala merogoh handphonenya di saku rok nya. Sudut bibirnya terangkat jelas yang membuat Masya kepo.

FRANS!SCO! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang