16. -Selamat hari pernikahan.

88 6 4
                                    

NTB, Rinjani- 23 Oktober 2024

Hubungan nya berjalan dengan baik, sekarang mereka sedang mendaki gunung Rinjani, di Nusa Tenggara Barat. Sungguh indah nya melihat awan-awan yang berkumpul. "Rasya, makasih." Rasya menoleh menaikkan satu alisnya.

"Tanpa kamu, mana bisa aku kesini." Rasya tersenyum, dirinya membenarkan topi pendaki yang di kenakan Ashala.

"Tanpa kamu juga, aku gabakal bisa se-bahagia ini. Makasih ya, udah mau nerima 77 pertanyaan dari Tuhan." Ashala menatap balik manik mata pemuda bermata teduh itu.

"Tapi maaf." Rasya melihat Ashala yang beranjak dari duduknya.

"Maaf untuk apa?" Pelan-pelan bulir mata bening itu menghujam pipi nya, Rasya menyela air mata tersebut.

"Kamu kenapa. Hey?" Ashala menyeka air matanya dengan cepat, tiba tiba dirinya mengangkat satu tangan nya.

"Kenapa?" Ashala menunjuk jari manis nya yang sudah terisi dengan cincin emas dengan aksesoris berlian putih, wanita itu kembali menangis.

"Ashala, jangan bercanda. Aku baru aja lulus, dan kamu yang udah ngabulin permintaan kamu yang bakal kuliah di kampus favorit. Jangan ngerusak moment, oke dear?" Rasya tetep kekeuh dengan pendirian nya, ia berniat menyapa Rinjani dengan orang kecintaan nya.

"Maaf, tapi ini udah dari tiga bulan yang lalu. Udah ya? Kita gabisa." Tubuh nya merosot, ia dengan cepat merogoh saku nya. Menampilkan dua sepasang cincin yang bentuknya sama.

"Aku udah nunggu waktu ini, kita berhasil. Berhasil menyapa Rinjani. Aku udah mimpikan ini dari kecil, menyapa Rinjani dengan orang tersayang. Tapi ini ada apa? Lagi ada acara apa?"

Rasya membungkuk menatap cincin hasil tabungan nya yang sudah di basahi oleh air mata nya sendiri.

"Sejuta maaf aku ucapin buat kamu Rasyaka Ambrama, maaf. Ayah aku jodohin aku sama temen kecil aku yang baru pulang dari Belanda." Rasya benar benar tak kuat menahan untuk tidak memeluk gadis itu.

Rasa benci nya sekarang kepada gadis itu terkalahkan dengan rasa cinta nya yang tak terhingga ke Ashala.

"Jadi, hampir genap tiga tahun ini, nyata nya sia-sia. Ya?" Kayu bertuliskan 'Rinjani 3726 Mdpl' itu ia taruh pelan-pelan, memandang kembali wajah cantik Ashala yang di hujani air mata.

"Temukan yang lebih baik dari aku, ya?" Pemuda itu tersenyum getir, ketakutan nya memulai hubungan terulang lagi.

"Kalo kamu udah yang terbaik, kenapa harus mencari yang lebih baik? Kalo waktu bisa aku putar, lebih baik kita ga memulai hubungan. Aku benci kamu, tapi aku juga sayang kamu.."














































































































"Rasya, udah ya? Jangan buat aku susah lupain kamu." Pemuda itu enggan lagi menatap gadis yang sudah membuang habis air matanya.

"Pelukan terakhir?" Pemuda itu menolak, ia mengantongkan kembali kotak cincin bewarna merah kedalam saku nya.

"Engga, takut suami kamu marah. Selamat menikah, ya?" Hati gadis itu seperti di tusuk oleh ribuan pisau ketika Rasya menyebut 'Suami kamu.'

__________________















































END (Extra Part)

"Nyata nya, berpamitan secara
baik-baik rasanya jauh dari
kata sakit, sangat sakit."
(Rasyaka Ambrama, 2024)

"Jadi, ini titipan salam.
untuk mu, Rinjani."
(Rasyaka Ambrama, 2024)

"Walaupun kita tak lagi bersama,
setidaknya kita mempunyai kenangan
yang indah." -3726 Mdpl

" -3726 Mdpl

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Author's note:

Selama pun mengejar dia, jika takdir berkata tidak. Semua, isi dalam bumi ini, rasanya mustahil. Kan?

Jadi gimana? Extra part yang lebih bahagia, kan?

See you next story, inget ya.
#authordelshel.
Jadi khusus kapal Adel-Ashel, dan peran nya pasti di antara kedua nya.

Selamat bertemu,
di November.









533 kata/last bab+short bab

FRANS!SCO! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang